Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembalakan Liar dan Konflik Ubah Hutan Suriah Jadi Tanah Tandus

Kompas.com, 21 Agustus 2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Di tepi Sungai Efrat di utara Suriah, tanah tandus nan gersang terhampar memilukan. Batang-batang pohon sisa penebangan menyembul dari tanah yang kering dan rapuh.

12 tahun sudah negara tersebut diguncang perang saudara, jutaan orang terjebak dalam kemiskinan ekstrem. Lemahnya pengawasan negara dan konflik membuat pembalakan liar menjadi-jadi.

Hutan dan pepohonan hijau yang dulu lebat di tepi Sungai Efrat kini berubah jadi padang tandus. Kondisi tersebut diperparah dengan perubahan iklim dan sejumlah faktor lainnya.

Baca juga: Lestarikan Orangutan Berarti Turut Selamatkan Hutan

Ahmed al-Sheikh (40), pemilik toko di Desa Jaabar, Provinsi Raqa, Suriah, menyampaikan bahwa hutan di tepi Sungai Efrat menyusut setiap tahunnya.

Ahmed menuturkan, pemandangan di daerah tersebut dulunya sangat indah dan menarik wisatawan datang untuk berpelesir sekaligus menyejukkan udara sekitar.

Akan tetapi, semua berubah ketika perang saudara pecah. Kemiskinan merajalela dan membuat orang-orang menebang pohon untuk dijual atau dibakar sebagai penghangat kala musim dingin yang menusuk kulit.

Baca juga: Perubahan Iklim Bikin Kebakaran Hutan di Eropa Makin Ganas

“Beberapa orang menebang pohon untuk dijual dan mendapatkan uang, yang lain untuk tetap hangat selama musim dingin. Jika ini terus berlanjut, penggurunan akan terjadi,” ucap Ahmed, sebagaimana dilansir AFP.

Sejumlah penduduk mengatakan kepada AFP, mereka mendengar para penebang mengendarai sepeda motor ke hutan pada malam hari untuk menebang pohon.

Bahkan di siang bolong, beberapa pemuda nekat menyelinap ke dalam hutan untuk menebang pohon, menghindari segelintir penjaga hutan yang berpatroli di ruang hijau yang luas.

Baca juga: 12 Negara Termasuk Indonesia Desak Negara Kaya Beri Uang Pelestarian Hutan

Tak ada yang tersisa

Perang saudara di Suriah telah menewaskan lebih dari 500.000 jiwa dan menelantarkan jutaan lainnya.

Perang juga telah menghancurkan lingkungan serta menghilangkan tutupan hutan dengan skala yang mengkhawatirkan di seluruh negeri.

Menurut data dari Global Forest Watch, Suriah mengalami penurunan luas tutupan hutan sebesar 26 persen sejak 2000.

Sekitar 10 kilometer (km) dari Jaabar, nasib yang sama menimpa hutan Tuwayhina.

Baca juga: Polemik Tambang dalam Kawasan Hutan Lindung

“Waktu kecil, kami biasa datang ke sini bersama teman-teman untuk duduk di bawah naungan pohon eucalyptus dan pinus,” kata Mohammed Ali, warga setempat.

“Tapi sekarang menjadi tanah tandus. Kini, tidak ada naungan yang tersisa, hanya panas matahari di mana-mana,” ungkapnya kepada AFP.

Foto sisa penebangan pohon di Tabqa Reserve dekat desa Jaabar, di timur laut Provinsi Raqa, Suriah pada 11 Juli 2023. Di utara Suriah, lonjakan pembalakan liar akibat konflik selama 12 tahun, bersamaan dengan dampak perubahan iklim dan lainnya faktor, telah mengikis hutan lebat menjadi tanah yang tandus dan kering.AFP/DELIL SOULEIMAN Foto sisa penebangan pohon di Tabqa Reserve dekat desa Jaabar, di timur laut Provinsi Raqa, Suriah pada 11 Juli 2023. Di utara Suriah, lonjakan pembalakan liar akibat konflik selama 12 tahun, bersamaan dengan dampak perubahan iklim dan lainnya faktor, telah mengikis hutan lebat menjadi tanah yang tandus dan kering.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
Panas Ekstrem dan Kelembapan Bisa Berdampak pada Janin
LSM/Figur
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Waspada Hujan Lebat Selama Natal 2025 dan Tahun Baru 2026
Pemerintah
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
Pakar Kritik Sistem Peringatan Dini di Indonesia, Sarankan yang Berbasis Dampak
LSM/Figur
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Hutan Lindung Sungai Wain di Balikpapan Dirambah untuk Kebun Sawit
Pemerintah
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Menteri LH Sebut 4,9 Juta Hektar Lahan di Aceh Rusak akibat Banjir
Pemerintah
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
Sebulan Pasca-banjir Aceh, Distribusi Logistik Dinilai Belum Merata Ditambah Inflasi
LSM/Figur
1.050 Petugas Kebersihan Disiagakan Saat Ibadah Natal 2025 di Jakarta
1.050 Petugas Kebersihan Disiagakan Saat Ibadah Natal 2025 di Jakarta
Pemerintah
2 Nelayan Perempuan Asal Maluku dan Papua Gerakkan Ekonomi Keluarga Pesisir
2 Nelayan Perempuan Asal Maluku dan Papua Gerakkan Ekonomi Keluarga Pesisir
Pemerintah
Saat Anak Muda Diajak Kembali ke Sawah lewat Pendekatan Inovatif
Saat Anak Muda Diajak Kembali ke Sawah lewat Pendekatan Inovatif
Pemerintah
4 Orangutan Korban Perdagangan Ilegal Dipulangkan ke Indonesia dari Thailand
4 Orangutan Korban Perdagangan Ilegal Dipulangkan ke Indonesia dari Thailand
Pemerintah
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
IPB Latih Relawan dan Akademisi di Aceh Produksi Nasi Steril Siap Makan
Pemerintah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Sistem Transportasi dan Logistik Dinilai Perlu Berubah
LSM/Figur
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
SMBC Indonesia Tanam 1.971 Pohon melalui Program BerDaya untuk Bumi di Garut
Swasta
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Tempat Penyimpanan Karbon Dioksida Pertama di Dunia Bakal Beroperasi di Denmark
Swasta
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
Bencana Makin Parah, Kebijakan Energi Indonesia Dinilai Tak Menjawab Krisis Iklim
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau