KOMPAS.com – Eropa kembali bertarung dengan panas ekstrem pada musim panas tahun ini. Kebakaran hutan juga berkobar luas di “Benua Biru”, dari kawasan Mediterania hingga Spanyol.
Perubahan iklim ditengarai sebagai salah satu penyebab utama dari panas ekstrem dan kebakaran hutan yang ganas di di Eropa.
Dilansir Reuters, Kamis (17/8/2023), perubahan iklim membuat gelombang panas menjadi lebih ganas dan semakin sering.
Baca juga: Selain Ancam Lingkungan, Perubahan Iklim Tingkatkan Risiko Infeksi dan Keracunan Makanan
Kesimpulan tersebut dikonfirmasi oleh panel ilmuwan iklim global PBB, the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).
Banyaknya emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dari aktivitas manusia membuat panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi jadi semakin banyak.
Akibat banyaknya panas matahari yang terperangkap, dunia menjadi semakin hangat. suhu Bumi naik sekitar 1,2 derajat celsius sejak masa pra-industri.
Baca juga: Perempuan Jadi Kelompok Paling Terdampak Perubahan Iklim di Indonesia
Di daratan, panas ekstrem yang biasanya terjadi setiap 10 tahun sekali, sekarang bisa menjadi tiga kali lebih sering karena perubahan iklim, menurut ilmuwan iklim ETH Zurich Sonia Seneviratne.
Suhu hanya akan berhenti naik jika manusia berhenti menghentikan aktivitas yang melepaskan emisi GRK dalam jumlah yang besar ke atmosfer.
Sampai saat itu, gelombang panas diprediksi masih akan memburuk. Kegagalan untuk mengatasi perubahan iklim akan membuat panas ekstrem meningkat bahkan lebih berbahaya.
Di bawah Perjanjian Paris pada 2015, negara-negara di seluruh dunia sudah sepakat mengurangi emisi GRK dan membatasi kenaikan suhu Bumi tidak melampaui 1,5 derajat celsius di atas era pra-industri.
Baca juga: Gender dan Perubahan Iklim Jadi Topik dalam Dialog Nasional yang Digelar KPPPA dan KLHK
Akan tetapi, berbagai kebijakan yang diambil saat ini dinilai tidak dapat memangkas emisi GRK dengan cukup cepat untuk memenuhi tujuan tersebut.
Seneviratne menyampaikan, jika suhu Bumi dibiarkan naik melampaui 1,5 derajat celsius, panas ekstrem akan lebih sering terjadi.
Tanpa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, cuaca ekstrem yang dialami di seluruh dunia musim panas ini akan sangat jarang terjadi, menurut sebuah studi oleh World Weather Attribution.
Studi tersebut menemukan, perubahan iklim berkontribusi besar terhadap gelombang panas ekstrem yang melanda Amerika Utara, Eropa, dan China pada Juli.
Baca juga: Jadi Tuan Rumah Temu Pejabat Lingkungan ASEAN, Indonesia Ajak Atasi Perubahan Iklim
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya