Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perubahan Iklim Bikin Kebakaran Hutan di Eropa Makin Ganas

Kompas.com - 18/08/2023, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.comEropa kembali bertarung dengan panas ekstrem pada musim panas tahun ini. Kebakaran hutan juga berkobar luas di “Benua Biru”, dari kawasan Mediterania hingga Spanyol.

Perubahan iklim ditengarai sebagai salah satu penyebab utama dari panas ekstrem dan kebakaran hutan yang ganas di di Eropa.

Dilansir Reuters, Kamis (17/8/2023), perubahan iklim membuat gelombang panas menjadi lebih ganas dan semakin sering.

Baca juga: Selain Ancam Lingkungan, Perubahan Iklim Tingkatkan Risiko Infeksi dan Keracunan Makanan

Kesimpulan tersebut dikonfirmasi oleh panel ilmuwan iklim global PBB, the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

Banyaknya emisi gas rumah kaca (GRK) yang lepas ke atmosfer dari aktivitas manusia membuat panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi jadi semakin banyak.

Akibat banyaknya panas matahari yang terperangkap, dunia menjadi semakin hangat. suhu Bumi naik sekitar 1,2 derajat celsius sejak masa pra-industri. 

Baca juga: Perempuan Jadi Kelompok Paling Terdampak Perubahan Iklim di Indonesia

Panas ekstrem

Di daratan, panas ekstrem yang biasanya terjadi setiap 10 tahun sekali, sekarang bisa menjadi tiga kali lebih sering karena perubahan iklim, menurut ilmuwan iklim ETH Zurich Sonia Seneviratne.

Suhu hanya akan berhenti naik jika manusia berhenti menghentikan aktivitas yang melepaskan emisi GRK dalam jumlah yang besar ke atmosfer.

Sampai saat itu, gelombang panas diprediksi masih akan memburuk. Kegagalan untuk mengatasi perubahan iklim akan membuat panas ekstrem meningkat bahkan lebih berbahaya.

Di bawah Perjanjian Paris pada 2015, negara-negara di seluruh dunia sudah sepakat mengurangi emisi GRK dan membatasi kenaikan suhu Bumi tidak melampaui 1,5 derajat celsius di atas era pra-industri.

Baca juga: Gender dan Perubahan Iklim Jadi Topik dalam Dialog Nasional yang Digelar KPPPA dan KLHK

Akan tetapi, berbagai kebijakan yang diambil saat ini dinilai tidak dapat memangkas emisi GRK dengan cukup cepat untuk memenuhi tujuan tersebut.

Seneviratne menyampaikan, jika suhu Bumi dibiarkan naik melampaui 1,5 derajat celsius, panas ekstrem akan lebih sering terjadi.

Tanpa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia, cuaca ekstrem yang dialami di seluruh dunia musim panas ini akan sangat jarang terjadi, menurut sebuah studi oleh World Weather Attribution.

Studi tersebut menemukan, perubahan iklim berkontribusi besar terhadap gelombang panas ekstrem yang melanda Amerika Utara, Eropa, dan China pada Juli.

Baca juga: Jadi Tuan Rumah Temu Pejabat Lingkungan ASEAN, Indonesia Ajak Atasi Perubahan Iklim

Kebakaran hutan

Sebuah pesawat pemadam kebakaran milik maskapai penerbangan Canadair menyemprotkan air ke arah api di Gennadi, di bagian selatan pulau Rhodes, Yunani, pada 25 Juli 2023, saat terjadi kebakaran hutan. Kebakaran hutan Yunani di tengah suhu udara yang sangat panas, memaksa evakuasi massal di beberapa tempat wisata termasuk di pulau Rhodes dan Corfu. AFP/SPYROS BAKALIS Sebuah pesawat pemadam kebakaran milik maskapai penerbangan Canadair menyemprotkan air ke arah api di Gennadi, di bagian selatan pulau Rhodes, Yunani, pada 25 Juli 2023, saat terjadi kebakaran hutan. Kebakaran hutan Yunani di tengah suhu udara yang sangat panas, memaksa evakuasi massal di beberapa tempat wisata termasuk di pulau Rhodes dan Corfu.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

COP16 Riyadh: Kesehatan Tanah Jadi Cermin Kualitas Makanan

LSM/Figur
Punya Peran Penting untuk Ketahanan Pangan Dunia, Petani Gurem Masih Terus Diabaikan

Punya Peran Penting untuk Ketahanan Pangan Dunia, Petani Gurem Masih Terus Diabaikan

LSM/Figur
Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

Hampir Semua Es Laut Arktik Diperkirakan Bisa Mencair pada Musim Panas 2027

LSM/Figur
Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Bisakah Serangga Jadi Solusi Limbah Plastik Dunia?

Pemerintah
Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

Pegiat Lingkungan Raih Penghargaan Kehati Award 2024

LSM/Figur
Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Perubahan Iklim Bisa Rugikan Stadion FIFA hingga 800 Juta Dollar AS

Pemerintah
Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

Pengelolaan Lahan dan Air Berkelanjutan Perlu Investasi Rp 4,8 Kuadriliun Per Tahun

LSM/Figur
Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Tantangan Konservasi di Indonesia, Mulai dari Pendanaan hingga Kebakaran

Pemerintah
42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

42 Perusahaan Raih Penghargaan Investing on Climate Editors’ Choice Award 2024

Pemerintah
Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Anggaran Konservasi Turun Rp 300 Miliar dalam APBN 2025

Pemerintah
Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

Masyarakat di Desa Guci Tegal Berhasil Kembangkan Hutan Wisata Berkelanjutan

LSM/Figur
Jadi Utusan Khusus Sekjen PBB, Retno Marsudi: Dunia Masih Belum Sadar Krisis Air

Jadi Utusan Khusus Sekjen PBB, Retno Marsudi: Dunia Masih Belum Sadar Krisis Air

LSM/Figur
Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak

Warga di Berau Manfaatkan Lahan Hutan Mangrove untuk Bertambak

Pemerintah
COP16 Riyadh: Investasi Restorasi Lahan Berdampak Ekonomi 30 Kali Lipat

COP16 Riyadh: Investasi Restorasi Lahan Berdampak Ekonomi 30 Kali Lipat

LSM/Figur
Kendaraan di Dunia Lepaskan 6 Juta Ton Serpihan Mikroplastik Per Tahun

Kendaraan di Dunia Lepaskan 6 Juta Ton Serpihan Mikroplastik Per Tahun

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau