KOMPAS.com - Pemerintah optimistis target netralitas karbon atau net zero emission (NZE) dapat tercapai pada 2060 atau bahkan lebih cepat.
Hal tersebut disampaikan Direktur Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Gigih Udi Atmo pada Rabu (13/9/2023).
Gigih menyampaikan, salah satu sektor yang digenjot untuk bisa mencapai NZE adalah energi, termasuk ketenagalistrikan.
Baca juga: PLTU Batu Bara Ditinggal, Penambahan Pembangkit Listrik Fokus ke EBT
Pemerintah menyasar suplai dan permintaan di sektor energi untuk mencapai NZE di sektor ketenagalistrikan.
Di sisi suplai, pemerintah melakukan optimalisasi energi baru terbarukan (EBT) untuk transisi energi dari bahan bakar fosil. Sedangkan dari segi permintaan, efisiensi energi menjadi strateginya.
Optimalisasi pemanfaatan EBT merupakan langkah yang harus dikejar pemerintah karena potensinya sangat besar di Indonesia.
"Indonesia dikaruniai sumber EBT yang besar," kata Gigih dalam media briefing bertajuk "Mempersiapkan Transisi Energi Indonesia dan Antisipasi Implikasinya serta Peluncuran The Indonesia Energy Transition Dialogue (IETD) 2023" yang digelar oleh Institute for Essential Services Reform (IESR).
Baca juga: Akselerasi EBT, SUN Energy Resmikan PLTS Terbesar di Sektor Pendidikan Indonesia
Potensi energi terbarukan di Indonesia sangatlah melimpah, mencapai 3.687 gigawatt (GW) yang tersebar di seluruh wilayah. Sedangkan pemanfaatannya baru 12,669 GW.
Selain itu, untuk mencapai NZE, pemerintah juga menyiapkan lima strategi yang diterapkan di sektor energi guna mencapai target yang telah ditetapkan.
Kelima target tersebut adalah elektrifikasi di berbagai bidang, pengembangan EBT, moratorium pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sekaligus pensiun dini PLTU, teknologi penyimpan dan penangkap karbon, pengembangan sumber enegri baru, dan penerapan efisiensi energi.
"Kalau ada dukungan dari internasional, dekarbonisasi (dari sektor energi) dapat dipercepat," papar Gigih.
Baca juga: Bahan Bakar Nabati Diintegrasikan dalam Peta Jalan EBT ASEAN
Sementara itu, Konsultan ASEAN Energy Transition Outlook IRENA Adam Adiwinata menyampaikan, ada banyak dukungan untuk pengembangan transisi energi.
Oleh karenanya, kesempatan tersebut perlu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh Indonesia. Apalagi, Indonesia memiliki potensi EBT yang besar namun belum tergarap maksimal.
Selain itu, dari sisi sumber daya manusia (SDM), Indonesia juga sangat kuat. 70 persen populasi Tanah Air masuk dalam usia produktif.
"SDM ini kita persiapkan untuk menghadapi transisi energi, baik dari kapasitasnya, maupun pembekalan teknis mengenai teknologi rendah karbon," ucap Adam.
Baca juga: Pembangkit Listrik EBT Baru Naik 91 MW, Energi Fosil Bertambah 900 MW
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menyampaikan, keberhasilan transformasi di sektor ketenagalistrikan akan mendorong transisi yang lebih cepat di sektor lain.
Pasalnya, sektor ketenagalistrikkan merupakan sektor yang paling gampang dijangkau untuk proses transisi dibandingkan industri dan transportasi.
"Tujuan transisi di sektor ketenagalistrikan adalah mendorong pertumbuhan energi ternarukan dan mengurangi ketergantungan dari bahan bakar fosil," ucap Fabby.
Baca juga: Optimalisasi EBT Dukung Ketahanan Energi Nasional
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya