Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PLTU Batu Bara Ditinggal, Penambahan Pembangkit Listrik Fokus ke EBT

Kompas.com - 12/09/2023, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – PT PLN tengah menggodok perubahan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) hingga 2040 bersama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Salah satu perubahan yang dilakukan dalam RUPTL tersebut adalah penambahan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) yang mencapai 75 persen.

Jumlah kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis EBT diproyeksikan akan bertambah 60 gigawatt (GW) hingga 2040.

Baca juga: Akselerasi EBT, SUN Energy Resmikan PLTS Terbesar di Sektor Pendidikan Indonesia

Sementara sisanya, yakni 25 persen, akan berupa pembangunan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG). Ini berarti, tidak ada lagi penambahan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di masa depan.

Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PT PLN Darmawan Prasodjo dalam PLN Nusantara Power Connect di Jakarta, Senin (11/9/2023).

Darmawan menyampaikan, peningkatan penambahan pembangkit listrik berbasis EBT merupakan upaya penyelarasan pertumbuhan ekonomi dan keberlajutan lingkungan.

“Dengan adanya perancangan RUPLT yang baru ini, harapannya adalah pertumbuhan ekonomi bisa terjaga,” kata Darmawan sebagaimana dilansir Antara.

Baca juga: Bahan Bakar Nabati Diintegrasikan dalam Peta Jalan EBT ASEAN

Darmawan mengungkapkan, upaya pengembangan pembangkit listrik berbasis EBT saat ini masih menghadapi beberapa tantangan.

Salah satunya adalah lokasi sumber EBT baseload atau beban listrik dasar yang berskala besar berjauhan dengan pusat permintaan.

Untuk diketahui, baseload sangatlah penting untuk menopang permintaan minimum yang harus dipenuhi selama 24 jam.

Darmawan menyampaikan, PLN akan melakukan pemetaan antara sumber EBT baseload berskala besar yang berpencar dan berjauhan dengan pusat permintaan.

Baca juga: Pembangkit Listrik EBT Baru Naik 91 MW, Energi Fosil Bertambah 900 MW

Rencananya, kapasitas terpasang pembangkit EBT baseload diproyeksikan bertambah 32 GW ke dalam ekosistem ketenagalistrikan hingga 2024.

Selain mengembangankan EBT, perubahan RUPTL juga akan memasukkan infrastruktur Green Enabling Transmission Line.

Infrastruktur tersebut dipakai untuk menyesuaikan pembangkit listrik berbasis EBT dengan sumber permintaan.

Selain itu, dibangun juga smart grid with the state of the art of technology, skenario flexible generation, smart transmission, smart control center, smart distribution, dan smart meter.

Baca juga: Optimalisasi EBT Dukung Ketahanan Energi Nasional

Target penambahan pembangkit listrik berbasis EBT dalam perubahan RUPTL ini lebih banyak dibandingkan sebelumnya.

Dalam RUPTL 2021-2030, PT PLN menargetkan penambahan pembangkit EBT sebesar 20,9 GW atau 51,6 persen dari total rencana pembangkit.

Sementara rencana penambahan PLTU batu bara dalam RUPTL 2021-2030 mencapai 13,8 GW atau 34,1 persen dari total rencana pembangkit.

Baca juga: Pembangkit Listrik EBT 2060 Ditarget 700 GW, Capaian 2022 Masih 12,5 GW

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun 'Smart Grid' dan Jaringan Transmisi

Genjot Pemanfaatan EBT, PLN akan Bangun "Smart Grid" dan Jaringan Transmisi

BUMN
Rektor IPB: Tak Hanya Sawit, Indonesia Punya Banyak Sumber Bioenergi

Rektor IPB: Tak Hanya Sawit, Indonesia Punya Banyak Sumber Bioenergi

LSM/Figur
Teknologi Baru Ini Diklaim Bisa Ubah Air Limbah Jadi Avtur Berkelanjutan

Teknologi Baru Ini Diklaim Bisa Ubah Air Limbah Jadi Avtur Berkelanjutan

Pemerintah
Bahlil: Industri Mobil Listrik Global Andalkan RI untuk Pasok Nikel

Bahlil: Industri Mobil Listrik Global Andalkan RI untuk Pasok Nikel

Pemerintah
Berbagai Cara Pelestarian Mangrove, Rehabilitasi sampai Libatkan Masyarakat

Berbagai Cara Pelestarian Mangrove, Rehabilitasi sampai Libatkan Masyarakat

LSM/Figur
Ketahui Sumber-sumber Jejak Karbon yang Dihasilkan Manusia

Ketahui Sumber-sumber Jejak Karbon yang Dihasilkan Manusia

Pemerintah
15 Tahun The Climate Reality Indonesia, Amanda Katili Niode Luncurkan 'Memoar Pegiat Harmoni Bumi'

15 Tahun The Climate Reality Indonesia, Amanda Katili Niode Luncurkan "Memoar Pegiat Harmoni Bumi"

LSM/Figur
Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Penolakan Proyek Geothermal di Padarincang: Dilema Energi Terbarukan

Pemerintah
Mengenal 'Net Zero Emission' hingga Strateginya

Mengenal "Net Zero Emission" hingga Strateginya

LSM/Figur
Deforestasi RI Terburuk Kedua di Dunia, 1,18 Juta Hektare Hutan Rusak

Deforestasi RI Terburuk Kedua di Dunia, 1,18 Juta Hektare Hutan Rusak

LSM/Figur
Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan, Ini Isinya

Peta Jalan Penyelenggaraan dan Pembinaan Bangunan Gedung Hijau Diluncurkan, Ini Isinya

Pemerintah
Prancis Berencana Jadikan 'Spare Part' PLTN yang Ditutup jadi Alat Dapur, Amankah?

Prancis Berencana Jadikan "Spare Part" PLTN yang Ditutup jadi Alat Dapur, Amankah?

Pemerintah
Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

Akibat Krisis Iklim, Risiko Tabrakan Hiu Paus dengan Kapal Semakin Tinggi

Pemerintah
Koalisi Masyarakat Minta Pemerintah Tingkatkan Perlindungan Nelayan Kecil

Koalisi Masyarakat Minta Pemerintah Tingkatkan Perlindungan Nelayan Kecil

LSM/Figur
KLHK dan UNEP Jalin Kolaborasi di Bidang Hutan dan Lingkungan

KLHK dan UNEP Jalin Kolaborasi di Bidang Hutan dan Lingkungan

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau