Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com, 18 September 2023, 06:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

KOMPAS.com - Denmark secara resmi meluncurkan kapal kontainer ramah lingkungan pertama di dunia, pada Jumat (14/9/2023) yang dihadiri oleh Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.

Laura Maersk akan menjadi kapal kontainer pertama yang seluruhnya menggunakan metanol ramah lingkungan.

"Laura Maersk" disematkan karena nama tersebut berakar kuat pada beberapa pencapaian awal perusahaan, yakni ketika Kapten Peter Maersk Moller membeli kapal uap pertamanya pada tahun 1886, dan menamainya “Laura”.

Dengan mesin uapnya, “Laura” merupakan produk revolusi industri kedua, yang memberikan dampak signifikan terhadap industri pelayaran.

Baca juga: Signify Hidupkan Aek Natolu dengan Lampu Tenaga Surya Ramah Lingkungan

Penggunaan metanol hijau pada Laura MAersk dianggap merupakan tonggak sejarah yang menjanjikan bagi industri pelayaran internasional, yang menghasilkan sekitar tiga persen emisi gas rumah kaca dan berharap mencapai nol emisi pada tahun 2050.

Menurut Ursula, Laura Maersk merupakan perwujudan keputusan Eropa untuk memelopori perjuangan melawan perubahan iklim.

“Ketika saya menjabat beberapa tahun lalu, gagasan sektor pelayaran net zero bukanlah apa-apa. tapi sebuah mimpi,” katanya memuji Maersk karena memanfaatkan peluang yang diberikan oleh Kesepakatan Hijau Eropa dan faktor-faktor lainnya.

Kapal berwarna biru langit sepanjang 172 meter ini adalah yang pertama dari 25 kapal bertenaga metanol yang dipesan oleh Maersk dan akan berlayar pada tahun 2030.

Kapal ini diklaim dapat menghemat 2,75 juta ton CO2 per tahun, menyusul puncak penggunaan tenaga surya di Denmark.

Adapun rute pelayaran perdana Laura Maersk dimulai di Korea Selatan, tempat kapal itu dibangun, menuju Denmark pada bulan Juli 2023 lalu.

Baca juga: Indonesia-Korsel Sepakat Mendukung Investasi Ramah Lingkungan

Maersk mengatakan, kapal raksasa ini akan berada di kawasan Toldboden di pelabuhan Kopenhagen selama seminggu lagi, dan akan memberikan pengalaman operasional nyata bagi para pelaut dan perusahaan yang menangani mesin baru yang menggunakan metanol hijau sebagai bahan bakar.

“Keberhasilan melakukan dekarbonisasi pelayaran, kami tidak hanya mempromosikan perjuangan kami melawan perubahan iklim, juga menciptakan rantai pasokan baru, industri baru, dan ribuan lapangan kerja baru yang baik,” kata Ursula.

Metanol hijau

Metanol sendiri merupakan cairan tidak berwarna yang dapat digunakan sebagai sumber bahan bakar mesin. Bahan ini dinyatakan hijau jika dibuat dari sumber rendah karbon seperti hidrogen atau biomassa.

Menurut Methanol Institute, dibandingkan dengan bahan bakar konvensional seperti bensin atau solar, metanol hijau dapat mengurangi emisi CO2 sebesar 60-95 persen.

Kandungan sulfurnya juga lebih rendah, sehingga mengurangi emisi oksida sulfur yang berkontribusi terhadap polusi udara dan hujan asam.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
SBTi Rilis Peta Jalan untuk Industri Kimia Global
Pemerintah
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Bukan Murka Alam: Melacak Jejak Ecological Tech Crime di Balik Tenggelamnya Sumatra
Pemerintah
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Agroforestri Sawit: Jalan Tengah di Tengah Ancaman Banjir dan Krisis Ekosistem
Pemerintah
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Survei FTSE Russell: Risiko Iklim Jadi Kekhawatiran Mayoritas Investor
Swasta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau