Selain Maria Jacinta, dalam diskusi panel menjelang ICFBE 2023 tersebut turut hadir Iman Permana (Dekan Fakultas Bisnis), Jhanghiz Syahrivar (Dosen Prodi Manajemen yang juga Co-Chairperson ICFBE 2023), beberapa dosen dan sejumlah pembicara lain.
Ajang ICFBE 2023 akan mengusung tema "Moving Forward, Moving Upward: Resilience and Innovation for Family Business and SMEs" dan akan menghadirkan lima pembicara utama.
Mereka adalah Prof. Kim Ki-Chan (Chairman International Council of Small Business yang juga International Chancellor Presuniv), Tamas Gyulavari (Assc. Professor Corvinus University of Budapest, Hungaria), Uma Jogulu (Edith Cowan University, Australia), Hamrila binti Abdul Latief (Assc. Professor Universiti Malaysia Sarawak, Malaysia), dan Nurliza (Assc. Professor Universitas Tanjung Pura, Indonesia).
Ada 10 topik utama akan dibahas dalam konferensi internasional kali ini, yakni (1) agribisnis, sirkular ekonomi, (2) perubahan iklim, (3) green hospitality and tourism, (4) food waste, (5) safety, security, and marketing; (6) gender, (7) health and nutrition, (8) sustainable family business practices; (9) teknologi dan inovasi, (10) ketahanan masyarakat pasca Covid-19, dan isu-isu manajemen.
Dekan Fakultas Bisnis PresUniv Iman Permana menjelaskan, “sepuluh topik tersebut memiliki relevensi yang mendalam pada lanskap bisnis keluarga yang sangat dinamis pada saat ini."
Contohnya topik tentang limbah makanan, keselamatan dan keamanan, dan marketing. Isu ini sangat penting bagi bisnis keluarga untuk merancang strategi yang dapat meminimalkan pemborosan makanan, memastikan keamanan pangan, dan merumuskan taktik pemasaran yang efektif.
"Apalagi banyak perusahaan keluarga yang menggeluti bisnis makanan. Upaya semacam ini, penting bukan hanya untuk mendorong bisnis yang berkelanjutan, tetapi juga untuk menjaga kesehatan masyarakat," tegasnya.
Baca juga: Sektor Bisnis Berminat Kembangkan Energi Terbarukan, Perlu Kebijakan yang Konsisten
Mengenai topik praktek bisnis yang berkelanjutan dalam ICBFE kali ini, Jhanghiz Syahrivar mengungkapkan, bisnis keluarga memiliki posisi unik untuk memperjuangkan hal tersebut.
“Pada topik ini, kami akan mengeksplorasi berbagai pendekatan yang bertanggung jawab dari bisnis keluarga terhadap lingkungan dan sosial,” kata dia.
Isu-isu semacam itu, ungkap Jhanghiz, sekarang menjadi sangat mengemuka ketimbang isu-isu lama, seperti persoalan tata kelola dan perencanaan suksesi di perusahaan keluarga.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya