Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/09/2023, 09:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Tidak perlu merusak lingkungan untuk menjadi negara sukses. Indonesia bisa berhasil dengan melakukan pembangunan berkelanjutan.

Hal tersebut disampaikan Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional Sustainable Development Goals (SDGs) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Yanuar Nugroho di Gedung Kadin, Jakarta Selatan, Selasa (26/9/2023).

Menurutnya, saat ini persepsi yang populer di kalangan publik adalah suatu negara tidak perlu memperhatikan pembangunan berkelanjutan dalam berproses untuk menjadi negara maju.

Baca juga: Luncurkan Program Mapan, Ajinomoto Jajaki Bisnis Berkelanjutan

Padahal, pandangan tersebut merupakan sebuah kekeliruan.

"Untuk menjadi negara sukses kita tidak perlu merusak lingkungan. Kita bisa maju, jadi berhasil dengan tetap sustain (berkelanjutan)," kata Yanuar sebagaimana dilansir Antara.

Yanuar menekankan, untuk meluruskan persepsi tersebut, penting untuk melakukan edukasi kepada publik

Salah satu yang berperan dalam melakukan edukasi adalah jurnalis yang menurutnya merupakan garda terdepan dalam memberikan edukasi kepada masyarakat umum.

Baca juga: Komitmen Berkelanjutan Bikin Daya Saing UMKM Meningkat di Dunia

"Saya ingin sekali teman-teman yang ada di media ini ada pada forefront (garis depan) untuk membantu mendidik publik bahwa untuk maju itu kita tidak mengorbankan sustainability (keberlanjutan)," ujar Yanuar.

Dia menambahkan, pemerintah mendukung SDGs untuk digalakkan di Indonesia. Salah satu dorongan yang diberikan pemerintah untuk mewujudkan target tersebut adalah mengembangkan SDGs Financing Hub.

Yanuar menerangkan, SDGs Financing Hub adalah wadah investasi yang disediakan pemerintah sebagai tempat para pelaku bisnis untuk menginvestasikan modalnya untuk pembangunan berkelanjutan sekaligus menutup kesenjangan pembiayaan SDGs pemerintah.

Baca juga: Hari Jadi ke-21 Kepri Jadi Momentum Parade Pembangunan Berkelanjutan

Sejak pandemi Covid-19, kebutuhan untuk pendanaan pembangunan berkelanjutan mengalami pembengkakan dan tidak mungkin dipenuhi pemerintah.

"Sebelum Covid-19 saja kebutuhannya adalah Rp 14.000 triliun untuk mencapai SDGs tahun 2030. Setelah Covid-19 dihitung ulang kebutuhannya adalah Rp 24.000  triliun sampai dengan 2030," terang Yanuar.

Oleh karena itu, kesenjangan pembiayaan dalam mewujudkan SDGs dapat diatasi dengan menggaet pelaku bisnis yang menanamkan modalnya untuk dialokasikan kepada proyek-proyek pembangunan berkelanjutan.

"Bukan charity (penggalangan dana) memberikan uang, tetapi investasi jangka panjang dan berdampak yang bisa memengaruhi dan memperbaiki hidup banyak orang," terang Yanuar.

Baca juga: Pembiayaan Berkelanjutan Jadi Standar Umum 10 Tahun ke Depan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

Ternyata Semut Bisa Bantu Lindungi Tanaman dari Perubahan Iklim

LSM/Figur
Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

Dukung Pelestarian Lingkungan, Pertamina Tanam Pohon di Hulu Sungai Ciliwung

BUMN
Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Rendahnya Efisiensi Investasi Masih Bayangi Indonesia

Pemerintah
Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Jakarta Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah lewat Pungutan Retribusi

Pemerintah
Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Shell dan Microsoft Masuk 10 Pembeli Kredit Karbon Terbesar 2024

Swasta
Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek 'Biochar' di India

Google Beli 100.000 Sertifikat Karbon dari Proyek "Biochar" di India

Swasta
Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

Bencana Hidrometeorologi Ekstrem Risiko Terbesar 10 Tahun ke Depan

LSM/Figur
Mencairnya Es Antarktika Bisa 'Bangunkan' 100 Gunung Berapi Bawah Laut

Mencairnya Es Antarktika Bisa "Bangunkan" 100 Gunung Berapi Bawah Laut

LSM/Figur
Grab-BYD Kerjasama Sediakan 50.000 GrabCar Listrik di Asia Tenggara

Grab-BYD Kerjasama Sediakan 50.000 GrabCar Listrik di Asia Tenggara

Swasta
Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Menteri Lingkungan Hidup: Limbah Makan Bergizi Gratis Akan Jadi Kompos

Pemerintah
Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Anjlok 50 Persen akibat Perubahan Iklim

LSM/Figur
Perdagangan Karbon Internasional di RI Sempat Terkendala Peraturan Ini

Perdagangan Karbon Internasional di RI Sempat Terkendala Peraturan Ini

Pemerintah
Perdagangan Karbon, Upaya Pemerintah Ubah 'Aset Hijau' Jadi Pendorong Ekonomi Berkelanjutan

Perdagangan Karbon, Upaya Pemerintah Ubah "Aset Hijau" Jadi Pendorong Ekonomi Berkelanjutan

Pemerintah
Tanam Mangrove Ditarget 1.500 Hektare Lahan Setahun ke Depan

Tanam Mangrove Ditarget 1.500 Hektare Lahan Setahun ke Depan

Pemerintah
2,48 Juta Karbon dari Indonesia Dijual ke Luar Negeri Mulai 20 Januari

2,48 Juta Karbon dari Indonesia Dijual ke Luar Negeri Mulai 20 Januari

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau