BATAM, KOMPAS.com – Forum Bisnis Kerja sama Segitiga Pertumbuhan Indonesia, Malaysia, Thailand-Growth Triangle (IMT-GT) telah dilangsungkan sejak Rabu (28/9/2023) di Batam, Kepulauan Riau (Kepri).
Kegiatan ini mempertemukan kalangan pengusaha untuk berdiskusi serta membuka peluang investasi dan kerja sama di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI) di wilayah IMT-GT.
“Kegiatan ini juga merupakan salah satu implementasi Cetak Biru IMT-GT 2022-2026 untuk mengambil langkah strategis dalam memanfaatkan pendekatan koridor ekonomi dengan mengembangkan jaringan produksi lintas batas dan regional,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto, Jumat (29/9/2023).
Mengusung tema “Emerging Opportunities of IMT-GT Economic Zones“, kegiatan ini juga dihadiri oleh Menteri Ekonomi Malaysia Rafizi Ramli yang turut menyampaikan pidato kunci.
Baca juga: Kawasan Hutan untuk Food Estate
Menurut Rafizi, selain keunggulan lokasi dan kekayaan sumber daya alam, IMT-GT perlu mengatasi berbagai tantangan, seperti kesenjangan infrastruktur, inkonsistensi peraturan, dan terbatasnya akses terhadap pendanaan.
“Kolaborasi dan integrasi di sub-kawasan menghadirkan peluang yang sangat besar untuk mengatasi tantangan tersebut,” sebut Rafizi.
Airlangga menambahkan, ajang ini dapat menjadikan pemersatu bangsa sekaligus mempererat sinergi antar negara di kawasan Asean.
“Dengan bertumbuhnya, ekonomi koridor di kawasan IMT-GT ini, diharapkan bisa memperkuat sinergitas, khususnya tourism yang mana itu menjadi andalan,” ungkap Airlangga.
Pemerintah memprioritaskan penguatan koridor ekonomi melalui pengembangan jaringan produksi lintas batas dan regional.
Baca juga: Batam Resmi Memulai Pembangunan Kawasan Industri Hijau Rp 20 Triliun
“Dengan pendekatan spasial, kami optimalkan potensi kawasan ekonomi strategis seperti Kawasan Industri, Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Perbatasan, sebagai instrumen utama pertumbuhan ekonomi sub-regional,“ terang Airlangga.
Selama 30 tahun berjalan pertumbuhan ekonomi mengalami kemajuan yang ditunjukkan oleh PDB pada tahun 1993 hanya 20 miliar dollar AS dan pada 2021 sudah mencapai 460 miliar dollar AS.
“Investasi dan perdagangan juga meningkat sekitar 20 miliar dollar AS dan sektor pariwisata juga sudah bangkit kembali. Hal Ini adalah langkah-langkah konkret yang kita dorong,” papar Airlangga.
Menurutnya, ada beberapa hal yang dibahas dalam IMT-GT. Antara lain, ekonomi hijau (green economy) hingga green growth.
Baca juga: PLTU di Kawasan Industri Hijau Berpotensi Bikin Rugi Rp 3,93 Triliun
Hal ini mengingat, pengembangan hilirisasi karet dan sawit sangat penting lantaran tiga negara di IMT-GT merupakan produsen utama bahan baku yang dimaksud.
“Ada juga pengembangan industri kreatif dan digital yang berbasis halal. Serta sinergi antar kawasan yang menjadi penting,” sebut Airlangga.
Selain itu, dilakukan promosi bersama KEK dan KI. Dengan terbangunnya KEK akan menjadi katalisator bagi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan transfer teknologi.
“Kolaborasi dalam mempromosikan KEK akan dapat menyatukan sumber daya, pengetahuan, dan keahlian untuk menarik investasi, mempromosikan inovasi, dan menumbuhkembangkan perekonomian yang berkelanjutan dan kompetitif di wilayah IMT-GT,“ pungkas Airlangga.
Untuk diketahui, terdapat 36 proyek konektivitas pada tahun 2023 dengan nilai 57 miliar dollar AS. Ada KEK yang lokasinya di 152 titik dengan investasi 434 miliar dollar AS, dan juga ada kerjasama hilirisasi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya