“Di musim dingin, suhu tidak cukup dingin untuk membunuh serangga, sehingga ada lebih banyak peluang untuk menularkan virus,” ucap Chen.
Selain meningkatnya potensi penyakit menular, berbagai peristiwa seperti badai, banjir, dan kejadian cuaca ekstrem lainnya telah meningkatkan risiko global munculnya patogen lain, termasuk hantavirus, adenovirus, ensefalitis, hingga Covid-19.
Baca juga: KTT AIS 2023 Pertajam Strategi Bersama Atasi Perubahan Iklim
Perubahan iklim membuat kebakaran hutan menjadi lebih sering dan parah. Kebakaran melepaskan partikel-partikel halus yang mencemari udara.
Partikel-partikel halus ini bila terhirup dan masuk paru-paru berdampak buruk dalam jangka panjang, termasuk kemampuan kognitif manusia.
“Jika Anda melihat jenis polusi udara yang meningkatkan risiko demensia, kebakaran hutan adalah nomor satu,” kata Dale Bredesen, profesor di University of California.
Materi partikulat dari kebakaran hutan rupanya memiliki kaitan dengan risiko lebih tinggi terkena demensia.
Beberapa perkiraan menunjukkan bahwa hal ini dapat menyebabkan hingga 188.000 kasus demensia setiap tahunnya.
Baca juga: Bali Harap KTT AIS Sepakati Komunike Perkuat Mitigasi Perubahan Iklim
Bagi mereka yang bekerja di luar ruangan, panas dan kelembapan yang tinggi dapat berdampak buruk pada ginjal.
Pada hari-hari dengan cuaca sangat panas, terjadi peningkatan jumlah kunjungan ke ruang gawat darurat karena infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan cedera ginjal akut.
“Kebanyakan orang tidak memahami bahwa panas merupakan risiko kesehatan yang serius,” kata Kristie Ebi, profesor di Center for Health and the Global Environment University of Washington.
Heat stress merupakan faktor risiko utama berkembangnya penyakit ginjal kronis. Penyakit ini menyasar pekerja yang melakukan pekerjaan lapangan di lingkungan panas.
Baca juga: Studi Yale, 75 Persen Responden Tuntut Pemerintah Bisa Tangani Perubahan Iklim
Meningkatnya suhu juga berpengaruh terhadap naiknya alergen. Saat ini, 99 persen populasi global menghirup udara yang melebihi batas polusi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya