KOMPAS.com – Dunia saat ini menghadapi gejala perubahan iklim yang semakin parah, ditandai dengan naiknya suhu Bumi dan kacaunya pola cuaca.
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam pola fenomena alam mulai dari iklim lokal, regional, hingga global, sebagaimana dilansir situs web National Oceanic and Atmospheric Administration (NOOA).
Penyebab perubahan iklim juga tak lepas dari berbagai aktivitas manusia yang berlebihan, terutama pembakaran bahan bakar fosil yang meningkatkan emisi gas rumah kaca (GRK).
Baca juga: Perubahan Iklim Berdampak Buruk terhadap Kesehatan Mental Anak dan Remaja
Perubahan iklim juga memicu berubahnya fenomena alam lainnya seperti El Nino, La Nina, Pacific Decadal Oscillation, mencairnya es kutub, dan lain-lain.
Selan itu, perubahan iklim juga memicu meningkatnya cuaca ekstrem seperti angin topan, gelombang panas, kebakaran hutan, kekeringan, banjir, dan curah hujan.
Selain berdampak terhadap lingkungan, perubahan iklim juga berdampak langsung terhadap kesehatan manusia.
Bahkan, jurnal ilmiah The Lancet menyebut perubahan iklim adalah ancaman kesehatan global terbesar yang dihadapi dunia pada abad ke-21.
Dilansir dari Fortune, berikut enam contoh dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia.
Baca juga: Perubahan Iklim Sebabkan Produksi Listrik PLTA Menurun karena Kekeringan
Berbagai penelitian telah menyimpulkan, kondisi panas ekstrem memiliki kaitan dengan peningkatan serangan jantung, stroke, dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Panas ekstrem membuat tubuh berkeringat lebih banyak, dehidrasi, dan kehilangan garam dalam sistem tubuh.
Bila cairan tubuh banyak yang keluar, darah menjadi lebih kental dan menyebabkan jantung bekerja lebih keras.
Panas juga memicu peradangan, yang dapat berdampak buruk pada jantung menurut Kai Chen, asisten profesor di Yale School of Public Health dan Direktur Penelitian Yale Center on Climate Change and Health.
Baca juga: Pendidikan Lingkungan Hidup Penting Jadi Dasar Upaya Perlawanan Perubahan Iklim
Baca juga: Bencana Akibat Perubahan Iklim Sebabkan 43,1 Juta Anak Mengungsi
Perubahan iklim membuat pola cuaca berubah. Musim bisa datang lebih cepat atau lambat. Situasi ini meningkatkan risiko penyakit menular sebesar 58 persen.
Chen mencatat, pemanasan iklim telah memungkinkan nyamuk, kutu, dan serangga pembawa penyakit lainnya memperluas jangkauan geografis mereka.
“Di musim dingin, suhu tidak cukup dingin untuk membunuh serangga, sehingga ada lebih banyak peluang untuk menularkan virus,” ucap Chen.
Selain meningkatnya potensi penyakit menular, berbagai peristiwa seperti badai, banjir, dan kejadian cuaca ekstrem lainnya telah meningkatkan risiko global munculnya patogen lain, termasuk hantavirus, adenovirus, ensefalitis, hingga Covid-19.
Baca juga: KTT AIS 2023 Pertajam Strategi Bersama Atasi Perubahan Iklim
Perubahan iklim membuat kebakaran hutan menjadi lebih sering dan parah. Kebakaran melepaskan partikel-partikel halus yang mencemari udara.
Partikel-partikel halus ini bila terhirup dan masuk paru-paru berdampak buruk dalam jangka panjang, termasuk kemampuan kognitif manusia.
“Jika Anda melihat jenis polusi udara yang meningkatkan risiko demensia, kebakaran hutan adalah nomor satu,” kata Dale Bredesen, profesor di University of California.
Materi partikulat dari kebakaran hutan rupanya memiliki kaitan dengan risiko lebih tinggi terkena demensia.
Beberapa perkiraan menunjukkan bahwa hal ini dapat menyebabkan hingga 188.000 kasus demensia setiap tahunnya.
Baca juga: Bali Harap KTT AIS Sepakati Komunike Perkuat Mitigasi Perubahan Iklim
Bagi mereka yang bekerja di luar ruangan, panas dan kelembapan yang tinggi dapat berdampak buruk pada ginjal.
Pada hari-hari dengan cuaca sangat panas, terjadi peningkatan jumlah kunjungan ke ruang gawat darurat karena infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan cedera ginjal akut.
“Kebanyakan orang tidak memahami bahwa panas merupakan risiko kesehatan yang serius,” kata Kristie Ebi, profesor di Center for Health and the Global Environment University of Washington.
Heat stress merupakan faktor risiko utama berkembangnya penyakit ginjal kronis. Penyakit ini menyasar pekerja yang melakukan pekerjaan lapangan di lingkungan panas.
Baca juga: Studi Yale, 75 Persen Responden Tuntut Pemerintah Bisa Tangani Perubahan Iklim
Meningkatnya suhu juga berpengaruh terhadap naiknya alergen. Saat ini, 99 persen populasi global menghirup udara yang melebihi batas polusi yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia.
“Partikel dengan ukuran tertentu tertanam jauh di dalam paru-paru, diserap oleh jaringan paru-paru, masuk ke dalam tubuh kita, dan menyebabkan masalah pernapasan,” kata Ebi.
Polusi udara juga telah lama dikaitkan dengan berbagai penyakit pernapasan mulai dari pneumonia, penyakit paru obstruktif kronik, hingga kanker paru-paru.
Penyakit-penyakit pernapasan ini bertanggung jawab atas 6,4 juta kematian setiap tahunnya.
Baca juga: Penanggulangan Perubahan Iklim Perlu Fokus ke Desa Pesisir dan Pulau
68 persem orang dewasa mengaku merasa cemas atau khawatir terhadap dampak perubahan iklim, menurut survei American Psychological Association (APA).
Perubahan iklim memang mempunyai dampak yang sangat nyata terhadap kesejahteraan manusia.
Sejumlah penelitian menemukan, gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) sering terjadi terhadap orang yang pernah mengalami peristiwa cuaca ekstrem seperti angin topan dan kebakaran hutan.
Rawat inap karena gangguan kejiwaan dan angka bunuh diri juga tampaknya lebih tinggi selama gelombang panas.
Chen menyebutkan, masalah tidur juga menjadi penyebab potensial terhadap kesehatan mental akibat dampak dari perubahan iklim.
“Saat cuaca sangat panas, Anda mungkin tidak akan bisa tidur nyenyak jika tidak memiliki AC. Gangguan tidur juga bisa memicu gangguan jiwa,” jelas Chen.
Baca juga: Ketegangan Geopolitik Dunia Ancam Penanganan Perubahan Iklim
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya