Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes Sebut Rokok Biang Keladi Masalah Multidimensi di Dunia

Kompas.com - 16/10/2023, 19:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Ngabila mengusulkan kepada pemangku kepentingan terkait agar lebih memperketat regulasi perihal iklan rokok.

"Fenomenanya dengan melihat iklan, maka kemungkinan seseorang untuk dapat merokok (menjadi) lima kali lipat lebih besar," ucap Ngabila.

Baca juga: Pasien Kanker Paru Indonesia Lebih Muda daripada Luar Negeri, Rokok Penyebabnya

Kontributor kemiskinan

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, konsumsi rokok masih menjadi salah satu kontributor terbesar terhadap garis kemiskinan di Indonesia.

Menurut data Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rokok menjadi penyumbang garis kemiskinan terbesar kedua setelah beras.

Beras berkontribusi terhadap 19,35 persen garis kemiskinan di perkotaan dan 23,73 persen garis kemiskinan di pedesaan.

Sedangkan rokok menyumbang 12,14 persen garis kemiskinan di perkotaan dan 11,34 persen garis kemiskinan di pedesaan.

Masih menurut data Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2023, pengeluaran untuk membeli rokok lebih besar dibandingkan protein hewani yaitu daging ayam dan telur ayam.

Kontribusi daging ayam terhadap garis kemiskinan adalah 4,53 persen di perkotaan dan 3,34 persen di pedesaan.

Sedangkan sumbangan telur ayam terhadap garis kemiskinan adalah 4,22 persen di perkotaan dan 2,93 persen di pedesaan.

Baca juga: Puntung Rokok Berpotensi Meracuni Lingkungan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau