KOMPAS.com – Anak yang sudah telanjur stunting harus tetap terus distimulasi agar otaknya tetap berkembang dengan baik.
Hal tersebut disampaikan pelaksana tugas Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lovely Daisy di Jakarta, Kamis (5/10/2023).
“Anak yang sudah stunting tetap kita lakukan tata laksana, intervensi gizi kita sesuaikan dengan status gizinya, kemudian distimulasi perkembangannya,” kata Lovely sebagaimana dilansir Antara.
Baca juga: Hapuskan Stunting di Babel, Intervensi Gizi Balita Digencarkan
Dia menjelaskan, anak yang telanjur mengalami gangguan pertumbuhan seperti stunting bukan hanya fisiknya yang bermasalah.
Akan tetapi, otaknya juga pasti mengalami gangguan sehingga perlu terus distimulasi dan dipantau gizinya.
“Jadi tetap dipantau pertumbuhannya, kemudian gizi tetap diberikan sesuai dengan status gizinya, dan dilakukan stimulasi terhadap perkembangannya,” papar Lovely.
Lovely menyampaikan, stimulasi harus tetap dilakukan agar otak anak tetap berkembang, meski tubuhnya sudah telanjur tidak berkembang optimal.
Baca juga: Ibu Hamil yang Anemia Pengaruhi Kecerdasan Bayi Hingga Stunting
Dia menuturkan, Kemenkes terus berupaya meningkatkan intervensi spesifik dengan langsung menyasar keluarga berisiko stunting mulai dari sebelum hamil, saat hamil, sampai kelahiran bayi, balita, hingga imunisasi.
“Ada satu intervensi sensitif (tidak langsung) dari Kemenkes yaitu setop buang air besar sembarangan, tetapi yang lainnya intervensi spesifik,” terang Lovely.
Sebagian intervensi spesifik yang sudah dilakukan sudah mencapai target, sebagian lagi ada yang belum, salah satunya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, 18,5 persen dari bayi lahir sudah pendek, sehingga intervensi perlu terus dilakukan sebelum bayi lahir.
Baca juga: 6 Kabupaten di Sulawesi Tenggara Jadi Fokus Upaya Penurunan Stunting
“Mesti terus diintervensi pada remaja, calon pengantin, ibu hamil harus periksa hamil secara rutin minimal enam kali, minum tablet tambah darah, ibu hamil yang kurang energi kronis diberikan makanan tambahan,” ujar Lovely.
Dia menekankan, Kemenkes terus memperkuat intervensi spesifik untuk penanganan stunting.
“Kalau ada masalah ditemukan kita tata laksana. Kalau ada ibu hamil kurang energi kronis, kita tata laksana,” ucap Lovely.
Dia berujar, ibu hamil ini harus periksa kehamilan minimal enam kali, di mana dua kalinya dengan dokter.
“Kalau semua sudah dikerjakan dan semua masyarakat mau hadir fokus untuk stunting, pasti teratasi,” tutur Lovely.
Baca juga: Cegah Stunting, Papua dan Papua Barat Didorong Tekan Perkawinan Usia Muda
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya