Perubahan penggunaan lahan dapat dimonitor dari peta penggunaan lahan. Bisa jadi sebelum lahan banyak tertutup bangunan, air hujan berkesempatan meresap ke dalam tanah, lebih banyak daripada aliran permukaan.
Namun saat banyak lahan terbangun menjadi hunian dan industri, akan banyak konblok dan aspal, air tidak berkesempatan meresap ke dalam tanah, kebanyakan menjadi aliran permukaan, terakumulasi masuk saluran drainase.
Saluran drainase menjadi tidak mencukupi kemudian meluap dan menggenang menjadi banjir genangan. Dengan demikian, peta perubahan penggunaan lahan sangat penting untuk antisipasi banjir.
Masyarakat juga perlu terus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kebencanaan, agar lebih waspada dan dapat melakukan kesiapsiagaan.
Kewaspadaan dan kesiapsiagaan dapat mengurangi risiko bencana yang mungkin terjadi di sekitar kita.
Mumpung belum terlambat, kita perlu berbedah, cek kembali kapasitas badan-badan air seperti embung, waduk, kolam, dan empang.
Apabila terjadi pendangkalan perlu direoptimalisasi, agar kapasitasnya memadai untuk menampung air hujan.
Cek kembali drainase, selokan, dan gorong-gorong di sekitar kita, dipastikan berfungsi dengan baik, tidak ada sedimentasi dan sumbatan.
Sumur-sumur resapan perlu dipastikan dapat berfungsi dengan baik untuk menampung limpahan aliran permukaan agar bisa masuk ke dalam tanah, menjadi cadangan air tanah kembali.
Badan Informasi Geospasial (BIG) telah membuat peta rawan banjir skala 1:50.000 dan 1:25.000 untuk seluruh Indonesia.
Peta ini dapat diakses oleh masyarakat dan pemerintah daerah, untuk membantu kesiap-siagaan menghadapi bencana.
BIG juga telah menyusun metode pemetaan rawan banjir, sudah terstandardisasi dengan SNI, Standar Nasional Indonesia no 8197:2015.
Tentu dokumen ini dapat menjadi panduan yang memudahkan penyusunan peta rawan banjir di setiap daerah di Indonesia dengan skala yang lebih detail, baik untuk banjir bandang, banjir sungai maupun banjir pesisir.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya