Hansen dan timnya menyimpulkan, sebagian besar pemanasan pada abad yang lalu rupanya juga diimbangi oleh efek pendinginan dari aerosol buatan manusia.
Menurut penelitian tersebut, jumlah aerosol telah menurun sejak 2010 karena berkurangnya polusi udara di China dan pembatasan global terhadap emisi aerosol dari kapal.
“Pengurangan aerosol ini baik bagi kesehatan manusia, karena polusi udara partikulat membunuh beberapa juta orang per tahun dan memberikan dampak buruk terhadap kesehatan lebih banyak orang,” kata Hansen.
“Namun, pengurangan aerosol kini mulai mengungkap pemanasan GRK yang disembunyikan oleh pendinginan aerosol,” sambungnya.
Baca juga: Akibat Pemanasan Global, Kemampuan Fotosintesis Hutan Tropis Dapat Berkurang
Studi ini merekomendasikan tiga aksi yang dapat dilakukan umat manusia untuk menghindari kenaikan suhu global sebesar 2 derajat celsius.
Pertama, memajaki emisi GRK dengan harga yang mahal secara global disertai dengan pengembangan energi bersih yang optimal.
Kedua, penguatan kerja sama Timur-Barat sehingga mengakomodasi kebutuhan negara berkembang.
Ketiga, melakukan penelitian dan pengembangan untuk tindakan sementara guna mengatasi ketidakseimbangan energi yang sangat besar di dunia saat ini.
“Kita hidup di planet dengan iklim yang ditandai dengan respons yang tertunda, yang merupakan penyebab terjadinya ketidakadilan antargenerasi,” ucap Hansen.
“Kaum muda perlu memahami situasi dan tindakan yang diperlukan untuk menjamin masa depan yang cerah bagi diri mereka sendiri dan anak-anak mereka,” lanjutnya.
Baca juga: Pemanasan Global Bisa Mengancam Kesehatan Ginjal
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya