KOMPAS.com – Pemerintah berencana mengembangkan jaringan listrik super yang menyambungkan empat pulau besar Indonesia yakni Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.
Proyek yang diberi nama “Indonesia Supergrid” tersebut dinilai krusial untuk menyalurkan listrik dari pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) ke pusat beban di Pulau Jawa.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman Hutajulu pada salah satu diskusi dalam World Hydropower Congress 2023 di Nusa Dua Bali, Rabu (1/10/2023).
Baca juga: Perusahaan Energi Arab Saudi Minat Bangun EBT di IKN
Jisman menyampaikan, Indonesia memiliki potensi EBT yang melimpah ruah, salah satunya energi air atau hidro yang mencapai 95 gigawatt (GW).
“Sesuai dengan arahan Presiden dan Menteri ESDM, saya ingin menekankan kembali pentingnya pengembangan tenaga hidro dengan teknologi yang efisien dan didukung infrastruktur transmisi,” ujar Jisman, sebagaimana dilansir situs web Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM.
Dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2021-2030, sedianya akan ada pengembangan sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan kapasitas 10 GW.
Di satu sisi, lokasi-lokasi potensi energi hidro masih jauh dari pusat permintaan beban.
Baca juga: 2 PLTU di Sumatera Barat Ditutup 2060, Beralih ke EBT
Untuk itu, kata Jisman, dibutuhkan infrastruktur transmisi listrik untuk listrik yang diproduksi. Dan “Indonesia Supergrid” merupakan salah satu solusinya.
Sebagai contoh, Kalimantan memiliki potensi energi hidro sebesar 13 GW dari Sungai Kayan dan Sungai Mentarang.
Melalui interkoneksi lintas pulau, daya listrik dapat disalurkan ke Pulau Jawa dan Sulawesi dengan potensi industri smelter.
Untuk Papua, pengembangan transmisi diperlukan untuk menyalurkan potensi energi air 7 GW di Sungai Membramo guna mendukung area industri hidrogen.
Baca juga: PLN Butuh Rp 2.450 Triliun Kembangkan EBT, Pemerintah Fokus PLTS
Selain memanfaatkan potensi energi air, pengembangan jaringan super tersebut diharapkan juga dapat meningkatkan penetrasi potensi tenaga surya dan tenaga bayu.
”Kami juga memiliki banyak pulau di Indonesia, terutama di Indonesia Timur yang masih memanfaatkan pembangkit listrik tenaga diesel,” ucap Jisman.
“Pulau-pulau ini membutuhkan pengembangan transmisi untuk meningkatkan stabilitas sistem ketenagalistrikan. Untuk pulau-pulau ini kami membutuhkan pengembangan teknologi kabel bawah laut,” sambungnya.
Jisman berharap, kolaborasi antara partner lokal dan internasional dapat terjalin untuk mengembangkan kerangka kerja kebijakan untuk pengembangan transmisi yang efisien.
Baca juga: Satu Dekade Belt and Road Initiative, Indonesia-China Perlu Pertegas Komitmen Pengembangan EBT
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya