Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Pihak Peringatkan Taktik “Greenwashing” Terselubung Energi Fosil dalam COP28

Kompas.com - 06/11/2023, 18:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Karim Elgendy, seorang peneliti di Chatham House, menyampaikan bahwa jika manusia tidak segera memangkas emisi, situasinya akan semakin kritis setiap tahunnya.

Sementara itu, menurut Droubi, meskipun Jaber memiliki "konflik kepentingan" yang jelas sebagai bos ADNOC, Jaber sebenarnya telah mengatakan hal paling progresif dari presiden-presiden COP sebelumnya.

Di balik berbagai upaya perlawanan pemanasan global, sejumlah raksasa energi fosil dari berbagai negara termasuk UEA, Arab Saudi, dan Amerika Serikat (AS), malah mengusulkan untuk melanjutkan investasi minyak dan gas sebelum akhirnya terjadi transisi energi.

Usul investasi tersebut disampaikan atas nama stabilitas pasar energi.

Baca juga: COP28 Umumkan Program Tematik

Pada Oktober, Jaber mengatakan, manusia tidak bisa begitu saja meninggalkan energi fosil sebelum membangun sistem baru di masa depan.

Dia pun mendesak para aktivis untuk lebih realistis dan menjauhi fantasi.

Padahal, agar suhu Bumi tidak naik 1,5 derajat celsius, Badan Energi Internasional atau IEA telah menyerukan diakhirinya investasi baru pada batu bara, minyak, dan gas alam.

Menurut Elgendy, perhatian lebih besar harus diberikan pada solusi-solusi penting, termasuk memotong subsidi minyak dan gas.

Menurut Dana Moneter Internasional atau IMF, subsidi yang digelontorkan untuk minyak dan gas di seluruh dunia totalnya mencapai 7 triliun dollar AS pada 2022 alias 7 persen dari PDB global.

Baca juga: COP28 dan UNFCCC Tanda Tangani Perjanjian Tuan Rumah

Bukan membatasi bahan bakar fosil

Tuan rumah COP28, UEA, mengaku telah lama melakukan diversifikasi perekonomiannya dan menyampaikan bahwa saat ini 70 persen PDB-nya berasal dari sektor non-minyak.

Negara di Teluk Arab ini juga telah menjanjikan investasi energi terbarukan sebesar puluhan milliar dollar AS.

“Tetapi bagi mereka, hal itu berarti memperluas ke arah energi terbarukan, bukan membatasi bahan bakar fosil,” menurut Droubi.

Pada COP28, banyak negara termasuk UE, akan mendebat komitmen mengenai peralihan dari bahan bakar fosil.

Negara-negara Teluk mengatakan bahwa akan selalu ada kebutuhan akan minyak.

Elgendy menuturkan, karena perusahaan di Teluk Arab mengaku sebagai yang “termurah dan terbersih” di dunia, maka mereka harus menjadi “produsen terakhir yang bertahan”.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com