Setiap hari, pagi dan sore, Len rutin memberi makan dengan menu variatif, mulai ikan, daging, telur, sayur dan buah.
Berat badan Rivaldo saat itu hanya delapan kilogram. Setelah mendapat bantuan makanan tambahan, berat badannya kini menjadi 10,7 kilogram.
Tak hanya memberikan makanan, Len bahkan rutin membersihkan luka Rivaldo di kaki menggunakan sabun antiseptik hingga sembuh.
Baca juga: Stunting Harusnya Dicegah, Bukan Diobati
Rivaldo kini bisa seperti anak-anak lainnya. Gizinya pun telah terpenuhi. Selain Rivaldo, dari 18 anak yang dibantu, 16 di antaranya telah bebas dari stunting.
"Kalau yang dua anak itu masih stunting karena penyakit bawaan," kata Len.
Len dan Paulina berharap, bantuan dari Bank NTT ini bisa terus berlanjut, agar gizi anak-anak ini tetap terjaga.
"Jadi kami berterima kasih kepada bank NTT. Kami senang karena ada program ini dan kami dari mama asuh minta untuk dilanjutkan," kata Len.
"Terima kasih sudah bantu kami dan memberikan perhatian lebih buat anak kami dan kami berharap, bantuan ini tetap berlangsung terus," sambung Paulina.
Kepala Bank NTT Cabang Atambua, Adrianus M. Pontus, mengaku, inisiatif untuk membantu ratusan anak stunting di wilayah dilakukan spontanitas.
Di Kabupaten Belu kata Adrianus, ada 150 anak stunting yang mendapat bantuan dari Bank NTT.
Pada bulan Juli 2022 lalu, pihaknya mendapat dana Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) perusahaan untuk memberikan bantuan tambahan makanan bagi 200 anak stunting di Kabupaten Belu.
Saat itu, Bank NTT Atambua berkolaborasi dengan PKK Kabupaten Belu dan sejumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Namun, makanan tambahan yang diberikan itu hanya satu kali dalam sehari.
"Saat itu, kami menemukan, ternyata stunting itu lebih gawat dari yang sebenarnya. Dengan hanya makanan tambahan dengan pola makan sehari satu kali saja tidak cukup," kata Adrianus.
Tak hanya itu, dia juga menemukan ada beberapa tempat di Kota Atambua yang krusial.
"Kalau di desa-desa itu kurang. Di kota ini, satu Posyandu, ada belasan anak stunting," ujar Adrianus lagi.
Melihat itu, dia pun kembali ke kantor dan mengumpulkan semua stafnya. Mereka bersepakat membantu anak-anak stunting di Kota Atambua.
"Kami lihat ini yang paling gawat, khususnya anak-anak warga eks Timor Timur (Timtim)," ujar dia.
Mereka lalu mengumpulkan uang dari gaji masing-masing. Mulai dari sopir, petugas kebersihan, hingga dia sebagai pimpinan. Akhirnya terkumpul uang sebanyak Rp 50 juta.
Baca juga: Anak Stunting Perlu Diobati untuk Perkembangan Otak
Setelah itu, Adrianus berbicara langsung dengan Ketua PKK Kabupaten Belu soal pola makan untuk anak-anak stunting. Bantuan ini bukan hanya berupa makanan tambahan tapi memberikan makanan utama.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya