"Jadi kami fokus selama tiga bulan, mulai pagi, siang, malam, anak-anak diberi makanan bergizi. Karena dengan makanan tambahan, kita lihat tidak terlalu berdampak signifikan," kata dia.
Untuk lebih fokus, Adrianus bekerjasama dengan ibu-ibu PKK. Anggaran itu diberikan langsung kepada mereka untuk memasak makanan, termasuk juga setiap petugas PKK menangani setiap anak.
"Ibu-ibu PKK Kabupaten yang kelola dana itu dengan memasak dan tiap orang tangani serta kontrol setiap anak," kata Adrianus.
Selain itu, para pengurus PKK ini juga membuat laporan pertanggungjawaban pengelolaan program itu secara detail dan diserahkan ke Bank NTT.
"Intinya ini masalah sosial luar biasa dan kami berharap bantuan itu bisa bermanfaat buat anak-anak stunting," imbuhnya.
Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho mengatakan, dalam tiga tahun terakhir ada 2.288 anak stunting yang mendapat bantuan tambahan makanan.
Ribuan anak itu tersebar di 21 kabupaten dan satu kota di NTT. Paling banyak di Kota Kupang 624 anak, kemudian Kabupaten Sikka 153 anak, Kabupaten Belu 150 anak, dan Kabupaten Ende dan Kabupaten Sumba Timur, masing-masing 100 anak. Sedangkan Kabupaten lainnya di bawah 100 anak.
Baca juga: Angka Stunting di NTT Turun 2,5 Persen
Bantuan makanan tambahan itu diberikan sejak tahun 2020 hingga Bulan Februari 2023, dengan total anggaran sebesar Rp 457,6 juta yang berasal dari urunan karyawan Bank NTT.
"Teman-teman merasa terpanggil, akhirnya setiap bulannya para karyawan menyisihkan uang antara Rp 200.000 sampai Rp 300.000 dan diakumulasikan untuk membantu kebutuhan makanan anak-anak balita dan baduta yang tergolong kurang gizi," kata Alexander.
Menurut Alexander, pemerintah daerah dan pusat, tidak harus bekerja sendiri menangani masalah stunting, sehingga butuh dukungan dari sejumlah pihak termasuk pihak perbankan.
Demikian halnya dengan Bank NTT sebagai Bank pembangunan daerah, tidak hanya membangun ekonomi dan sistem pembayaran, tetapi juga harus membangun manusia.
"Salah satu kontribusinya dengan segala daya dan upaya, kami berkolaborasi dengan tim penanganan stunting Provinsi dan Kabupaten serta Kota, ikut ambil bagian dalam upaya penanganan stunting,"kata Alexander.
Program bantuan ini akan terus dikerjakan sampai tahun-tahun berikutnya karena panggilan sosial dan komitmen untuk membangun NTT. Selain itu juga pihaknya akan menjadi orangtua asuh bagi anak-anak stunting.
Bantuan yang sudah diberikan kepada ribuan anak stunting pun berbuah manis, berupa perubahan signifikan.
Alexander berharap, model partisipasi seperti ini bisa menggerakkan kepedulian orang lain karena stunting ini cukup banyak di NTT.
Dia pun mengajak para pihak untuk bersama menuntaskan stunting, sehingga generasi masa depan NTT bisa berada pada standar hidup yang lebih sehat.
"Sebagai Dirut, saya juga sangat apresiasi dan bangga punya karyawan, walaupun di tengah kesibukan dan keterbatasan masih ada kepedulian dan berbagi pada anak-anak stunting," tuntasnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya