JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, pada tahun 2022, terdapat sekitar 242 perusahaan yang telah melaporkan bauran energi mereka di Indonesia.
Dari 242 perusahaan ini, total penggunaan energi adalah 852,126 GWh, dengan penghematan energi mencapai 20,461 GWh atau setara dengan pengurangan emisi sebesar 11,7 juta ton CO2 ekuivalen.
Selama ini, sebanyak 52,8 persen dari penggunaan energi tersebut berasal dari batu bara, khususnya dalam industri kertas, semen, dan baja, karena panas yang dihasilkan sangat stabil sehingga membantu proses pembakaran bahan-bahan.
Bahan bakar ini, menurut Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Gigih Adi Utomo, memang termasuk yang paling murah dan penggantinya hingga saat ini adalah energi biomassa.
Baca juga: Pensiun Dini PLTU Batu Bara Makin Dorong Pengembangan Energi Terbarukan
Kemudian untuk sektor alat-alat elektronik, penggunaan energi listrik diatur dalam Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM), yang dimaksud untuk membatasi jumlah konsumsi energi maksimum pada produk-produk seperti AC, rice cooker, kipas angin, kulkas, lampu LED, dan TV.
"Hal ini dapat mengurangi penggunaan listrik sebesar 787 MW dan menghemat energi sebanyak 3.8 TWh pada tahun 2030," ujar Gigi dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (15/11/2023).
Sedangkan untuk transportasi, penggunaan energi terbesar dalam subsektor transportasi darat. Misalnya, truk dengan teknologi mesin pembakaran dalam Internal Combustion Engine (ICE) masih mendominasi pengguna bahan bakar minyak, yang menjadi sumber utama polusi udara.
Rekomendasi untuk Mempercepat Transisi Energi
Transisi energi dapat dilakukan dengan beberapa langkah strategis, seperti mengadopsi energi alternatif macam biomassa untuk menggantikan batu bara dalam kegiatan produksi, dan mengubah jenis kendaraan operasional bisnis menjadi kendaraan berbahan bakar listrik.
Kemudian mengganti atau menggunakan peralatan listrik sesuai dengan Standar Kinerja Energi Minimum pada gedung-gedung operasional perusahaan.
Baca juga: Kementerian ESDM Masih Optimalkan Gas Bumi untuk Transisi Energi
Selain upaya tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempercepat transisi energi adalah dengan mengimplementasikan penjualan karbon.
"Melalui sistem perdagangan karbon, pemerintah dapat mengawasi jumlah karbon yang dihasilkan dan pengendalian emisi gas yang dilepaskan ke atmosfer bumi dapat dilakukan lebih efektif,” imbuh Gigih.
Pendiri Foreign Policy Community Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menambahkan, langkah-langkah transisi energi yang sejalan dengan adopsi prinsip ESG harus dilakukan oleh seluruh perusahaan dan bisnis di Indonesia, yang tidak hanya mampu mengurangi emisi namun bisa menghemat penggunaan energi dan biaya energi ke depannya.
"Di sisi lain, keterlibatan anak muda sebagai agen penggerak juga menjadi poin penting," ujar Dino.
Sementara itu, Chairman Society of Renewable Energy Rauf Usman menjelaskan, diperlukan kebijakan yang dapat menyasar anak muda, untuk mendukung berbagai inisiasi transisi energi yang bisa dilakukan oleh generasi muda ke depannya.
Salah satu pemain industri semen yang telah melakukan peran meningkatkan penggunaan energi terbarukan adalah Siam Cement Group (SCG).
Baca juga: Mayoritas Emiten Energi Punya Tingkat Risiko ESG Tinggi, Siapa Paling Parah?
Executive Vice President SCG, Thammasak Sethaudom menuturkan, sebagai perusahaan berorientasi masa depan, SCG berkomitmen untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dalam operasional.
Langkah menuju Net Zero Emission (NZE) diwujudkan melalui inisiasi teknologi daur ulang, yang sejalan dengan kerangka ESG 4 Plus yang melibatkan Net Zero 2050, Go Green, Reduce Inequality, Embrace Collaboration, serta Keadilan dan Transparansi.
"Kami juga percaya kerjasama dengan pemerintah dan sektor lainnya adalah kekuatan utama untuk membawa perubahan positif," ujar Thammasak.
Di Indonesia, SCG telah mengimplementasikan berbagai inisiasi transisi energi. Pertama, PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi menggunakan teknologi Alternative Fuel and Alternative Raw Material (AF/AR) untuk menghasilkan energi dan bahan baku alternatif dari limbah industri dan bekerja sama dengan berbagai pelaku industri di Sukabumi untuk mendapatkan limbahnya.
Kedua, PT Fajar Surya Wisesa Tbk (FajarPaper), anak perusahaan SCG di lini Packaging, menggunakan Sistem Pengolahan Anaerobik (Anaerobic Treatment System) untuk mengolah air limbah dan menghasilkan biogas sebagai bahan bakar alternatif.
Selain kedua inisiasi tersebut, PT Semen Jawa dan PT Tambang Semen Sukabumi juga sedang mengembangkan teknologi Refuse-Derived Fuel (RDF) pertama di Sukabumi, yang juga bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Sukabumi untuk mengolah sampah kota menjadi energi alternatif pengganti bahan bakar fosil.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya