Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gletser Gunung Cilo di Turkiye Mencair Cepat, Alarm Nyaring Pemanasan Global

Kompas.com, 8 Agustus 2023, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Lapisan es atau gletser di Gunung Cilo, Hakkari, Turkiye, mencair dengan cepat akibat cengkeraman pemanasan global yang semakin parah.

Temuan terbaru tersebut diketahui setelah tim ilmuwan dari Istanbul University melakukan ekspedisi ke puncak tertinggi kedua di Turkiye tersebut.

Dilansir dari Daily Sabah, Senin (6/8/2023), mencairnya gletser di Gunung Cilo dengan cepat tersebut membuat para ilmuwan semakin resah.

Baca juga: Terus Mencair, Salju Abadi Puncak Jaya Terancam Musnah Akibat Pemanasan Global

Sebelumnya, pada 16 Juli, gletser di pucak Gunung Cilo pecah karena mencairnya lapisan es dan salju abadi di gunung tersebut.

Dalam kejadian itu, Menteri Dalam Negeri Turkiye Ali Yerlikaya menyampaikan bahwa dua orang tewas dan dua orang mengalami cedera.

Peristiwa tersebut mendorong tim ahli dari Departemen Teknik Geologi Istanbul University mendaki Gunung Cilo pada 26 Juli dengan misi melakukan penelitian atas insiden tersebut.

Tim tersebut juga mencakup Profesor Huseyin Ozturk, Profesor Nurullah Hanilci, dan anggota fakultas Aynur Dikbaa.

Baca juga: KPU Didorong Angkat Isu Krisis Iklim dalam Pemilu 2024

Ozturk menuturkan, kurang lebih 15 tahun terakhir, para ilmuwan dari Departemen Teknik Geologi Istanbul University telah berkomitmen untuk mempelajari wilayah Hakkari.

“Upaya yang kami lakukan mencakup lokakarya dan penelitian mencakup mineralisasi, kegempaan, dan katastrofisme,” kata Ozturk, sebagaimana dilansir Daily Sabah.

“Namun, kali ini, kami menghadapi peristiwa yang berbeda. Ada gambaran yang nyata tentang krisis iklim, sebuah iklim transformatif dan perubahan lingkungan kita yang meresahkan,” sambungnya.

Dia menuturkan, berdasarkan ekpedisinya, disimpulkan bahwa gletser yang menjadi simbol keindahan alam di Gunung Cilo telah mencair dengan cepat.

“Bahkan gletser di puncak gunung yang lebih tinggi juga mencair. Aliran deras yang muncul semakin mengikis dasar gletser,” papar Ozturk.

Baca juga: Perempuan Jadi Kelompok Paling Terdampak Perubahan Iklim di Indonesia

Dia menambahkan, perubahan iklim yang terjadi sudah sangat parah.

Beberapa peristiwa yang terjadi akibat perubahan iklim juga sudah dilihat dengan jelas seperti bencana alam, kerawanan pangan, dan meningkatnya risiko kebakaran hutan.

“Kita harus bergulat dengan ketidakpastian ini dan mengkalibrasi ulang tindakan kita sesuai dengan itu,” ucap Ozturk.

Ozturk memperingatkan bahwa perubahan dan mencairnya gletser merupakan pertanda bahaya.

“Kami telah memperkuat ini dengan dokumentasi drone, menangkap perkembangan massa glasial yang meresahkan menuju disintegrasi. Intervensi cepat sangat penting untuk mencegah bencana,” tutur Ozturk.

Baca juga: Gender dan Perubahan Iklim Jadi Topik dalam Dialog Nasional yang Digelar KPPPA dan KLHK

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
Biasanya Jadi Gula, Kini Pertamina Pikirkan Ubah Aren Jadi Bioetanol
BUMN
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Perusahaan RI Paling Banyak Raih Penghargaan Asia ESG Positive Impact Awards
Swasta
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pastikan Kawanan Gajah Aman, BKSDA Riau Pasang GPS pada Betina Pemimpinnya
Pemerintah
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Bukan Cuma Beri Peringatan, Taiwan Tetapkan Panas Ekstrem sebagai Bencana Alam
Pemerintah
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
Ilmuwan Desak Pemimpin Global Batasi Biofuel Berbasis Tanaman
LSM/Figur
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Gates Foundation Gelontorkan 1,4 Miliar Dollar AS untuk Bantu Petani Adaptasi Iklim
Swasta
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
Krisis Iklim dan Penggunaan Pestisida di Pertanian Ancam Populasi Kupu-Kupu
LSM/Figur
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Asia ESG PIA Digelar, Pertemukan 39 Perusahaan yang Berkomitmen Jalankan ESG
Swasta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik, PLN Resmikan SPKLU Center Pertama di Yogyakarta
BUMN
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Bumi Memanas, Hasil Panen di Berbagai Benua Menurun
Pemerintah
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
BMKG Peringatkan Potensi Hujan Lebat yang Bisa Picu Banjir Sepekan ke Depan
Pemerintah
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
4 Pemburu Satwa Liar di TN Merbabu Terancam 15 Tahun Penjara
Pemerintah
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Dekan FEM IPB Terima Penghargaan Dean of the Year pada LEAP 2025
Pemerintah
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
Akademisi UI: Produksi Etanol untuk BBM Tak Ganggu Ketersediaan Pangan
LSM/Figur
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
Kata Walhi, RI dan Brasil Kontraproduktif Atasi Krisis Iklim jika Transisi Energi Andalkan Lahan
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau