KUPANG, KOMPAS.com - Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan International Centre for Research in Agroforestry (Icraf) mengadakan lokakarya pelatihan (lokalatih), di Hotel Sotis, Kupang, Selasa (21/11/2023).
Lokalatih ini membahas tentang kajian kerentanan terhadap perubahan iklim dan langkah yang diperlukan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampaknya.
Kepala Bappelitbangda Provinsi NTT Alfonsus Theodorus mengatakan, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pendugaan dan kajian kerentanan perubahan iklim dalam penyusunan perencanaan pertumbuhan ekonomi hijau.
Menurutnya, hasil kajian tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan strategi dan kebijakan, terutama yang terkait dengan ketahanan pangan serta kemampuan masyarakat menangani persoalan akibat perubahan iklim.
"Termasuk juga menjadi masukan untuk perencanaan pertumbuhan ekonomi hijau," ujar Alfonsus.
Baca juga: 3 Alasan Pentingnya Pendidikan Perubahan Iklim untuk Adaptasi Menurut PBB
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 7 Tahun 2018 tentang kajian kerentanan, risiko, dan dampak perubahan iklim, diperlukan sebagai salah satu dasar penyusunan kebijakan pemerintah.
Dia berharap sekali kegiatan ini bisa melahirkan banyak hal sehingga lokalatih saat ini bisa diwujudkan dalam konsep-konsep pembangunan ekonomi hijau dan merujuk kepada bagaimana ekonomi biru.
Perubahan iklim, lanjut dia, memang menjadi salah satu isu strategis dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, yang mendukung Visi Indonesia Emas 2045.
Hal itu sejalan dengan komitmen dalam Persetujuan Paris 2015 untuk membatasi pemanasan global di bawah 2 derajat celsius.
Indonesia, menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca serta peningkatan ketahanan masyarakat.
Baca juga: 2 Kunci Melawan Perubahan Iklim: Restorasi Hutan dan Pangkas Emisi
Dalam melaksanakan lokalatih kajian kerentanan perubahan iklim ini, Bappelitbangda didukung oleh Proyek Sustainable Landscapes for Climate-Resilient Livelihoods in Indonesia (Land4Lives) yang dijalankan Icraf dan Global Affair Canada.
Koordinator Provinsi Icraf di NTT Yeni Fredik Nomeni mengatakan, Icraf telah melakukan kajian awal dengan mengidentifikasi berbagai jenis kerentanan yang memengaruhi mata pencaharian berbasis pertanian di tingkat provinsi beserta potensi untuk adaptasinya.
Yeni berharap, kegiatan lokalatih ini dapat menghasilkan kesamaan persepsi dan pemahaman dengan berbagai pemangku kepentingan di Provinsi NTT.
“Hal ini juga kita lakukan sebagai upaya untuk menyusun strategi dan langkah-langkah bersama dalam merespons perubahan iklim yang telah kita hadapi bersama,” ungkapnya.
Kajian yang dilaksanakan bersama Bappelitbangda juga diharapkan dapat memperkuat posisi masyarakat sehingga lebih berdaya dalam menghadapi perubahan iklim serta berbagai akibatnya.
Baca juga: Daftar Indikator Tujuan 13 SDGs Penanganan Perubahan Iklim
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya