“Alasan kegagalan ini adalah kurangnya investasi, khususnya di negara-negara berkembang dan emerging markets di luar China,” kata Stern.
Baca juga: COP28 Sambut Platform Investasi Solusi Iklim, Nilainya Rp 11,6 Triliun
“Tantangan utamanya adalah mempercepat dan melaksanakan pembinaan dan pembiayaan investasi ini dari berbagai sumber,” sambungnya.
Negara-negara rentan yang dilanda bencana iklim yang merugikan meminta bantuan miliaran dollar AS melalui dana bencana yang baru dibentuk. Dana yang dijanjian sejauh ini berjumlah sekitar 700 juta dollar AS.
Perdana Menteri Barbados Mia Mottley, mengungkapkan, penerapan pajak global sebesar 0,1 persen terhadap jasa keuangan, misalnya, dapat menghasilkan 420 miliar dollar AS.
Sementara pajak 5 persen yang diterapkan atas keuntungan minyak dan gas global pada 2022 akan menghasilkan sekitar 200 miliar dollar AS.
Baca juga: COP28 Sepakati Dana Kerugian dan Kerusakan untuk Negara Miskin
“Planet ini membutuhkan tata kelola global bukan dalam bentuk yang besar, namun dalam cara yang sederhana yaitu kita bekerja sama satu sama lain untuk dapat bekerja dengan institusi yang kita miliki,” kata Mottley.
Delegasi lain, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, menyerukan diakhirinya subsidi bahan bakar fosil yang mencapai 7 triliun dollar AS per tahun.
Di sisi lain, Asian Peoples' Movement on Debt and Development mengatakan mereka khawatir jumlah yang dijanjikan tidak akan mencukupi.
“Pendanaan iklim yang mereka janjikan pada COP28 ini tidaklah cukup,” kata aktivis asal Pakistan, Zaigham Abbas.
“Kami tidak mencari bantuan amal di sini. Skala bencana yang kami lihat belum pernah terjadi sebelumnya,” sambungnya.
Baca juga: Indonesia Kawal 4 Agenda Krusial dalam COP28
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya