Proses daur ulang di pabrik tersebut pun dapat berjalan baik dengan kolaborasi yang dilakukan bersama Mahija Parahita Nusantara sebagai yayasan yang menyediakan bahan baku untuk fasilitas daur ulang.
Selain itu, yayasan itu juga mendukung komunitas pemulung informal (recycling heroes) dengan pekerjaan yang stabil serta membuka akses terhadap layanan sosial.
Yayasan tersebut pun mendukung penciptaan infrastruktur pengumpulan kemasan botol plastik bekas pakai melalui pengembangan usaha mikro pengumpulan dan berpusat pada usaha sosial serta dukungan masyarakat.
Tri mengungkapkan, kemitraan dengan Mahija Parahita Nusantara tersebut merupakan kolaborasi penting karena kualitas dari botol daur ulang yang dihasilkan bergantung pada proses pengumpulan materialnya.
“Di Indonesia mungkin habit memilah (sampah) itu masih perlu dibangun. Jadi, sering kali (botol plastik bekas pakai) tercampur dengan sampah-sampah lain, dengan kemasan-kemasan lain, bekas-bekas makanan, dan segala macam. (Oleh karena itu) perlu proses untuk mencuci dan membersihkan,” papar Tri.
Sementara itu, Managing Director Amandina Bumi Nusantara sekaligus Wakil Ketua Yayasan Mahija Parahita Nusantara Suharji Gasali menjelaskan, Mahija Parahita Nusantara berfokus pada aktivitas pengumpulan kemasan botol PET bekas pakai.
“(Kami berfokus untuk) bisa mengumpulkan kemasan botol bekas pakai ini secara bertanggung jawab. Kami bekerja sama dengan 24 collection center di mana dari seluruh collection center ini kami estimasi sekitar 27.000 botol terkumpul setiap tahun,” ujar Suharji.
Setelah terkumpul, botol-botol plastik tersebut kemudian disortir dan pilah kembali. Kemudian, dipres dan dikirim ke pabrik daur ulang.
Botol yang sudah dipres itu, lanjut Suharji, kembali disortir untuk memisahkan antara resin dan kotoran menggunakan mesin berteknologi inframerah. Tujuannya, untuk memisahkan plastik PET dan plastik atau bahan-bahan lain yang tidak bisa didaur ulang.
“(Hal itu) agar menghasilkan flake berkualitas tinggi dan bisa diproses menjadi pellet. Kemudian, pellet diproses selama delapan jam yang di saat bersamaan terjadi peningkatan kualitas resin sehingga dapat menjadi food grade,” katanya.
Dengan demikian, pihaknya dapat dihasilkan botol rPET yang memenuhi standar food grade sehingga aman digunakan sebagai kemasan produk minuman.
Saat ini, produk merek Coca-Cola Trademark yang telah menggunakan kemasan rPET adalah Coca-Cola Original, Coca-Cola Zero Sugar, Fanta, Sprite dalam kemasan 390 ml, dan Sprite Waterlymon dalam kemasan 425 ml.
Lebih lanjut, Tri mengakui bahwa proses daur ulang botol kemasan bekas pakai kembali menjadi botol tersebut tidak mudah. Akan tetapi, terdapat dua hal yang terus pihaknya bawa, yakni #BeraniMengubah dan #JagaIndonesia.
“#BeraniMengubah adalah mari kita bersama-sama mengubah pola pikir sehingga plastik-plastik itu tidak dilihat sebagai sampah, tetapi lihatlah sebagai resources yang bisa terus-menerus dipakai. Seharusnya, kita perlu bertanggung jawab untuk setelah kita pakai, kita pilah. Kemudian, kami kirim ke stream yang bisa memastikan bahwa itu terdaur ulang,” paparnya.
Dengan #BeraniMengubah, imbuhnya, pihaknya berharap bisa membantu #JagaIndonesia untuk generasi penerus. Memastikan bahwa Indonesia menjadi negara kepulauan yang alamnya terjaga bisa semakin terwujud.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya