KOMPAS.com – Setiap aktivitas manusia menghasilkan produk buangan berupa sampah. Sampah yang dihasilkan bisa berupa sampah organik atau nonorganik.
Sampah menjadi salah satu permasalahan besar dan merupakan salah satu pencemar lingkungan bila tidak dikelola dengan baik.
Di Indonesia, menurut data yang dikumpulkan di 137 Kabupaten atau kota pada 2023 dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), timbulan sampah mencapai 14,187 ton setiap tahunnya.
Baca juga: Semangat Sehat Mahija Hadirkan Layanan Kesehatan bagi Pekerja Informal Sampah Daur Ulang
Dari jumlah tersebut, 68,2 persen atau 9,651 juta ton sampah terkelola. Sedangkan 31,98 persen atau 4,537 juta ton sampah tidak terkelola.
Salah satu pemanfaatan sampah yang cukup efektif adalah mengubahnya menjadi sumber energi.
Selain mengatasi permasalahan sampah, teknik ini dapat menghasilkan energi untuk berbagai kebutuhan manusa seperti listrik dan industri.
Dilansir dari publikasi berjudul "Technical, Economic, and Environmental Review of Waste to Energy Technologies from Municipal Solid Waste", ada empat metode mengubah sampah menjadi energi.
Publikasi ilmiah ini terbit dalam Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 21 Issue 3 yang dirilis pada 2023.
Baca juga: Djarum Paparkan Inisiatif Pengolahan Sampah Organik di COP28
Metode konversi fisik adalah proses pengolahan sampah secara fisik untuk dijadikan bahan bakar padat sebagai sumber energi.
Proses dalam metode konversi fisik mengubah sampah menjadi bahan bakar padat meliputi penyaringan, penyortiran, pemisahan, pencacahan, dan pengeringan.
Beberapa sampah yang bisa dijadikan sebagai bahan bakar dalam metode ini contohnya adalah plastik yang tidak dapat didaur ulang, kertas, karton, dan bahan mudah terbakar lainnya.
Produk dari metode ini dimanfaatkan untuk pabrik semen, pabrik kapur, dan pembangkit listrik sebagai pengganti atau pencampur bahan bakar konvensional seperti batu bara.
Baca juga: Pemuda Penyelamat Biota Laut dari Sampah itu Bernama Radith
Metode konversi biokimia adalah metode di mana sampah organik diproses secara mikrobiologis dalam ruang tertutup untuk menghasilkan biogas.
Komponen utama biogas adalah metana. Metode konversi biokimia biasanya memanfaatkan proses anaerobik dari penimbunan sampah.
Proses ini dilakukan untuk mengolah sampah yang memiliki kandungan air tinggi seperti sampah organik dan limbah pertanian.
Dalam metode konversi termal, sampah yang ada dimanfaatkan langsung untuk menghasilkan energi panas.
Energi panas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan pembangkitan listrik. Konversi termal meliputi insinerasi, gasifikasi, gasifikasi plasma, dan pirolisis.
Baca juga: Dukung Ekonomi Sirkular, Kemenkeu Resmikan Program Pengelolaan Sampah
Metode konversi bio-elektrokimia meliputi microbial fuel cells (MFC) dan microbial electrolysis cells (MEC).
MFC melibatkan proses aerobik dan anaerobik yang menggunakan bakteri sebagai katalis. Berbagai sampah organik seperti sampah rumah tangga atau kotoran hewan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses ini.
Sedangan cara kerja MEC adalah proses elektrokimia yang memanfaatkan bakteri untuk mengubah sampah menjadi hidrogen dan bahan kimia lainnya.
Metode bio-elektrokimia merupakan metode terbaru dari mengubah sampah jadi energi yang memanfaatkan peran mikroba untuk menghasilkan bahan bakar hidrogen dan listrik.
Baca juga: Potret Sampah 6 Kota, Ini Paparan Litbang Kompas dan Net Zero Waste Management Consortium
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya