Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/12/2023, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sanitasi adalah upaya untuk menciptakan suatu keadaan yang baik dalam bidang kesehatan, termasuk kesehatan masyarakat

Kehadiran sanitasi penting untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi masyarakat.

Apabila sanitasi tidak diupayakan dengan baik, maka akan muncul dampak buruk bagi kesehatan masyarakat, termasuk bayi di bawah lima tahun (balita).

Dikutip dari artikel ilmiah "Penyakit Infeksi Balita sebagai Dampak Sanitasi Lingkungan yang Buruk: Studi Literatur", sanitasi yang buruk dapat memicu berbagai penyakit dan infeksi pada balita.

Artikel ilmiah tersebut diterbitkan oleh Jurnal Kesehatan Masyarakat pada 1 Mei 2023. Berikut lima dampak sanitasi yang buruk terhadap kesehatan balita.

Baca juga: 27 Juta Anak Tak Punya Akses Sanitasi Dasar di Sekolah, Ini Kepedulian WINGS

1. Diare

Sanitasi lingkungan yang buruk dapat menyebabkan diare pada balita.

Infeksi ini tidak bisa dianggap remeh, sebab, jumlah kematian akibat diare di Indonesia mencapai 1,4 juta pada 2016.

Dari jumlah tersebut, 432.000 di antaranya disebabkan karena sanitasi yang tidak memadai.

Sanitasi lingkungan yang baik seperti ketersediaan air bersih di tempat tinggal dapat mengurangi kemungkinan terjadinya diare pada anak hingga 24 persen.

Peningkatan akses sanitasi mencapai 100 persen di tingkat rumah tangga yang memiliki balita rumah tangga tanpa akses ke sanitasi dikaitkan dengan peluan yang lebih rendah pada diare

Daerah dengan tingkat cakupan air bersih yang lebih tinggi mengurangi risiko diare pada anak dibandingkan daerah yang memiliki cakupan air bersih yang lebih rendah.

Baca juga: Enam Remaja Beraksi, Bangun Akses Air Bersih dan Sanitasi Warga

2. Stunting

Sumber air bersih memiliki pengaruh terhadap kejadian stunting.

Balita yang tinggal di rumah dengan sumber air bersih tanpa pengolahan mempunyai risiko terjadinya untuk mengalami stunting 0,13 kali lebih besar dibandingkan balita yang tinggal dengan sumber air bersih yang sudah diolah.

Rumah tangga dengan akses sumber air bersih memiliki risiko mengalami kejadian stunting lebih kecil dibandingkan dengan rumah tangga dengan akses sumber air bersih yang sulit.

Rendahnya akses sumber air bersih menjadi salah satu tantangan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi.

Anak dengan akses sanitasi di rumah tangga yang tidak baik mempunyai peluang mengalami stunting lebih tinggi.

Baca juga: Daftar Indikator Tujuan 6 SDGs Air Bersih dan Sanitasi Layak

3. Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)

Sanitasi lingkungan yang buruk memiliki kaitan yang erat terhadap kejadian ISPA pada balita.

Beberapa faktor seperti ventilasi rumah, kepadatan hunian, dinding rumah, dan pencahayaan rumah berpengaruh terhadap kejadian ISPA balita.

Ruangan dengan jumlah anggota keluarga yang melebihi batas persyaratan kesehatan rumah sehat dapat meningkatkan risiko kejadian ISPA.

Pasalnya, mikroorganisme dapat dengan mudah menyebarkan atau menularkan bakteri pada anggota keluarga lainnya.

Selain itu, kepadatan hunian dalam satu ruangan juga memengaruhi tingkat konsumsi oksigen masing-masing anggota keluarga.

Baca juga: Percepat Penurunan Stunting, Sarpras Air Bersih dan Sanitasi Berbiaya Rp 1,047 Triliun Digenjot

4. Tuberkulosis TBC

Selain ISPA, kejadian TBC juga dikaitkan dengan kondisi ventilasi rumah yang kurang.

Hal tersebut berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya hubungan
ventilasi dengan kejadian TBC pada balita.

Selain itu, kondisi kelembapan rumah juga berpengaruh terhadap kejadian TBC pada balita.

Rumah dengan ventilasi yang kurang baik dapat menyebabkan sirkulasi udara tidak berjalan lancar dan sinar matahari yang masuk menjadi sedikit.

Hal tersebut dapat membuat keadaan dalam ruangan rumah menjadi lembab, kondisi yang disukai oleh mikroorganisme penyebab TBC tumbuh.

Baca juga: Air Bersih dan Sanitasi Layak Bantu Turunkan Angka Stunting

5. Kecacingan

Sanitasi lingkungan yang buruk berpengaruh pada kejadian kecacingan pada balita.

Air bersih yang buruk dapat justru menjadi bumerang terhadap upaya pembersihan seperti mandi, mencuci tangan, minum, dan lainnya.

Pasalnya, air dengan kondisi yang buruk tersebut terkontaminasi bakteri,
kuman, maupun cacing.

Kondisi jamban juga merupakan faktor penyebab terjadinya kecacingan.

Jamban yang tidak memenuhi syarat seperti tidak tertutup ataupun tidak berlantai mempermudah penularan cacing yang berasal dari tinja ke manusia.

Baca juga: Manfaat Toilet dan Sanitasi yang Layak

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com