Lamun, misalnya, meskipun hanya menutupi sekitar 0,1 persen dasar laut, diperkirakan menyimpan sekitar 10 hingga 18 persen karbon lautan.
Jumlah karbon terbesar yang disimpan di lautan diserap oleh air itu sendiri. Diperkirakan lautan mampu mengkonsentrasikan karbon 50 kali lebih banyak dibandingkan atmosfer.
Namun demikian, para peneliti khawatir bahwa perubahan iklim dan pengasaman laut akan mengurangi potensi laut dalam menyerap karbon.
Baca juga: OIKN Luncurkan Cetak Biru Perubahan Iklim pada COP28 di Dubai
Sejauh ini, beberapa pendekatan telah diusulkan untuk memanfaatkan potensi karbon biru, contohnya perluasan hamparan rumput laut alami, lamun, atau bakau.
Namun, kendala dan kekhawatiran utama terkait karbon biru adalah laju hilangnya ekosistem laut.
Menurut perkiraan, 2-7 persen dari ekosistem lautan hilang setiap tahunnya, lebih cepat dibandingkan hilangnya hutan hujan dunia.
Hal ini tidak hanya berarti berkurangnya karbon yang diserap namun juga karbon yang sebelumnya tersimpan dilepaskan ke atmosfer, sehingga berkontribusi terhadap pemanasan global.
Baca juga: Memahami Ekonomi Hijau dan Biru
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya