KOMPAS.com - Saat ada perayaan tertentu yang menjadi momen seorang anak meminta hadiah, kado berupa mainan anak-anak seringkali menjadi pilihan utama.
Misalnya, ketika Natal, atau perayaan ulang tahun, anak-anak meminta kepada orangtua mereka untuk dibelikan hadiah mainan.
Beberapa mainan anak memang memberikan dampak positif seperti memberi anak kesempatan untuk belajar dan merasa ingin tahu, melibatkan imajinasinya dalam bermain, dan bersosialisasi dengan orang lain.
Sayangnya, 80 persen mainan akan berakhir di tempat pembuangan sampah, insinerator, atau laut.
Dilansir dari Channel News Asia, Selasa (2/1/2024), industri mainan menggunakan 40 ton plastik untuk setiap 1 juta dollar AS pendapatan yang dihasilkannya, sehingga memiliki jejak karbon yang berlebihan.
Iklan di televisi, pusat perbelanjaan, maupun media lainnya memanfaatkan keinginan anak-anak dan mendorong mereka untuk meminta kepada orang tua.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak rentan terhadap taktik persuasif iklan, yang akan berdampak pada peningkatan polusi plastik.
Dengan iklan yang menarik, dapat membujuk mereka untuk memohon dan meminta orang tua mereka agar memberikan uang untuk membeli berbagai mainan.
Adapun para pengiklan menciptakan keterikatan emosional pada mainan di benak anak-anak sebagai kunci. Keterikatan dengan makanan, kesenangan, pakaian, dan musik, yang menciptakan spiral hasrat yang terkait dengan merek.
Hanya pada usia sembilan hingga 11 tahun lah anak-anak mulai sadar akan merek, dan sadar akan mata pengaruh sosial yang dihadirkan oleh kekuatan merek.
Baca juga: Dukungan Orangtua, Kunci Kesuksesan Penyandang Cerebral Palsy
Lantas, apa yang sebaiknya dilakukan para orangtua?
Dengan memberikan ruang kepada anak-anak untuk berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan yang berpotensi membahayakan lingkungan, orang tua dapat mengatasi kerentanan anak terhadap iklan yang agresif.
Penelitian psikologis terhadap 16.000 anak di dunia menunjukkan bahwa memberikan anak-anak pemahaman tentang krisis iklim dapat menjadi solusi.
Sebab, ketika ada kesempatan, anak-anak dan remaja mengungkapkan empati mereka terhadap situasi pencemaran lingkungan, dan bahkan mungkin cenderung merasa cemas.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya