Berbagai teknologi ramah lingkungan sekalipun seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan kendaraan listrik tetap membutuhkan mineral sebagai bahan bakunya. Contoh mineral tersebut adalah kobalt, litium, dan tembaga.
Akan tetapi, pasokan mineral yang ada saat ini tidak cukup untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.
Pada 2030, perkiraan permintaan litium akan lima kali lipat dari pasokan global saat ini, menurut Badan Energi Internasional.
Kini pemerintah, peneliti, dan perusahaan menggunakan AI untuk mengeksplorasi mineral penting.
Colin Williams, koordinator program sumber daya mineral untuk Survei Geologi AS menyampaikan, timnya menggunakan AI untuk menganalisis data guna mencari tahu wilayah di "Negeri Paman Sam" yang memiliki potensi terbaik untuk menambang mineral kritis.
Dengan menggunakan AI, survei yang dilakukan akan menghemat waktu secara signifikan.
Penggunaan AI untuk keperluan survei mineral penting untuk menyaring semua data di bawah permukaan Bumi dan membantu meminimalkan ketidakpastian.
Muaranya, penggunaan AI dapat membantu menghemat banyak waktu dan uang dalam menemukan lokasi mineral secara tepat.
Baca juga: Percepat Pencapaian SDGs, Badan Penasihat PBB Kaji Penggunaan AI
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya