Sementara itu, Asosiasi Air Minum Dalam Kemasan Internasional mengatakan dalam sebuah pernyataan.
“Saat ini terdapat kurangnya metode [pengukuran] standar dan tidak ada konsensus ilmiah mengenai potensi dampak kesehatan dari partikel nano dan mikroplastik. Oleh karena itu, pemberitaan media tentang partikel-partikel ini dalam air minum hanya menakut-nakuti konsumen," ujar mereka.
Dewan Kimia Amerika, yang mewakili para produsen plastik di negara tersebut, juga menolak memberikan komentar.
Baca juga:
Adapun Program Lingkungan Hidup PBB menyatakan bahwa, dunia mulai tenggelam karena beban polusi plastik, dengan lebih dari 430 juta ton plastik diproduksi setiap tahunnya.
Sedangkan mikroplastik yang ditemukan di lautan, makanan, dan air minum di seluruh dunia, beberapa di antaranya berasal dari pakaian dan filter rokok.
Sementara itu, para penulis penelitian tersebut mengatakan sudah mengurangi penggunaan air kemasan. Hal itu juga dilakukan ahli kimia fisik Columbia Wei Min, yang memelopori teknologi mikroskop laser ganda.
Ia mengatakan telah mengurangi setengah penggunaan air kemasan dari sebelumnya, sementara itu, Stapleton juga saat ini lebih mengandalkan air yang disaring di rumahnya.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya