Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/01/2024, 09:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam langkah signifikan menuju transformasi teknologi pertanian di Indonesia, DayaTani, startup agritech yang fokus pada pertanian, meraup pendanaan Rp 35,7 miliar atau 2,3 juta dollar AS dalam putaran awal (seed round financing).

Putaran ini melibatkan partisipasi dari para modal ventura terkemuka, yaitu KBI Investment dan MDI Ventures yang didukung oleh Ascent Venture Group yang memimpin putaran ini, bersama dengan Northstar Ventures, BRI Ventures, dan Gentree Fund.

Putaran awal secara keseluruhan ini merupakan sinyal kembalinya rasa optimisme untuk industri agritech dan memperkuat keyakinan investor terhadap kemampuan DayaTani untuk mengubah pertanian Indonesia dengan teknologi sambil menciptakan dampak sosial yang signifikan.

Co-founder DayaTani Deryl Lu mengatakan, DayaTani didirikan dengan visi untuk meningkatkan hasil petani Indonesia melalui teknologi dan menciptakan dampak sosial yang signifikan.

Baca juga: Bioenergi Beririsan dengan Pangan dan Lahan, Perlu Tenggat Waktu Transisi Energi

"Investasi ini menunjukkan kepercayaan terhadap model bisnis dan teknologi kami. Kami berkomitmen untuk meningkatkan petani Indonesia melalui teknologi inovatif dan kemitraan," ujar Deryl dalam keterangan, Kamis (18/1/2024).

Sektor pertanian Indonesia, yang memberikan kontribusi sekitar 13 persen terhadap PDB dan menyerap hampir 29 persen dari angkatan kerja, menghadapi perubahan signifikan1, terutama dengan pengenalan teknologi digital.

Keamanan pangan tetap menjadi tujuan penting bagi Indonesia, dan meskipun telah ada kemajuan dalam produksi pangan pokok sejak UU Pangan 2012, tantangan masih ada, terutama dalam hal keterjangkauan dan kualitas gizi pangan.

Krisis Covid-19 telah mengekspos kerentanan dalam sistem agri-pangan, namun juga menyajikan peluang untuk transformasi.

Sektor pertanian Indonesia umumnya ditandai oleh praktik tradisional, namun kini transformasi terjadi oleh teknologi digital.

Saat ini, DayaTani mengoperasikan beberapa situs penelitian dan pengembangan pertanian di pulau Jawa untuk beberapa tanaman hortikultura serta tanaman pangan seperti padi, jagung, cabai, tomat, kentang, kol, dan bawang merah untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi hasil di suatu wilayah.

Baca juga: Food Estate Dianggap Tidak Menjamin Tercapainya Ketahanan Pangan

Penelitian dan pengembangan pertanian membantu dalam membangun SOP praktik terbaik yang berfungsi untuk wilayah tersebut, yang kemudian mereka bagikan kepada para petani dalam model bisnis bagi hasil yang didukung oleh dukungan agronomi yang intensif, pembiayaan input berkualitas tinggi, dan alat digital untuk mengukur dan mengendalikan tindakan di ladang.

Dalam hal transformasi digital, pertanian di Indonesia masih menjadi salah satu sektor yang paling sedikit terdigitalisasi, meninggalkan banyak ruang untuk peningkatan produktivitas dan peluang pengembangan.

Co-founder DayaTani Ankit Gupta menambahkan, DayaTani sedang membangun agen agronom semi-bionik yang memiliki akses ke semua alat dan teknologi relevan untuk menyelesaikan masalah pertanian seorang petani.

Versi pertama chatbot LLM agri mereka sudah aktif di aplikasi agen lapangan dan WhatsApp untuk para petani.

"Sekarang, agronom dan petani dapat bertanya tentang pertanyaan spesifik pertanian kepada bot dalam bahasa daerah mereka melalui teks atau ucapan. Ini juga mendukung kemampuan multimodal seperti pengunggahan gambar untuk mendiagnosis masalah tanaman dengan presisi tinggi dan menghasilkan rekomendasi kustom," paparnya.

DayaTani berencana untuk menginstal lebih dari 100 perangkat Internet of Things (IoT) di seluruh Jawa dalam waktu satu tahun, menciptakan jaringan stasiun cuaca.

Jaringan ini akan memberikan informasi cuaca yang tepat dan spesifik lokasi serta peringatan cuaca yang lebih relevan bagi para petani.

Baca juga: Generasi Muda Kunci Ketahanan Pangan, tapi Pemuda Berbondong-bondong Tinggalkan Pertanian

Perusahaan sedang bekerja untuk membangun perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk jaringan ini, termasuk mengembangkan aplikasi Agronomi mereka.

Mereka juga fokus pada menciptakan model ilmu data yang dapat memberikan rekomendasi praktis bagi petani, seperti saran pupuk yang lebih akurat berdasarkan kondisi dunia nyata daripada aturan dasar.

Pendekatan ini, dengan menggunakan data dunia nyata, bertujuan untuk terus meningkatkan teknologi ini dan pada akhirnya meningkatkan produktivitas petani kecil di Asia Tenggara.

DayaTani telah menjalin kemitraan dengan pemain industri utama untuk mendukung petani Indonesia. Dengan bantuan dari Microsoft Singapura, mereka mengembangkan chatbot LLM yang disesuaikan untuk kebutuhan pertanian.

Perusahaan juga bekerja sama dengan perusahaan agritech terkemuka dalam penjualan input, menawarkan sumber daya berkualitas tinggi dengan harga yang kompetitif kepada petani DayaTani.

Selain itu, perusahaan-perusahaan terkemuka dalam perdagangan output terlibat dalam pembelian hasil hortikultura dari jaringan petani DayaTani, memastikan pasar yang dapat diandalkan untuk produk-produk mereka.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau