Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 2.704 Charging Station Buat Ngecas Kendaraan Listrik, Jakarta Terbanyak

Kompas.com, 19 Januari 2024, 14:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Jisman P Hutajulu mengungkapkan, pembangunan infrastruktur Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) pada tahun 2023 menembus 2,5 kali lipat dibandingkan target yang ditetapkan.

Total sepanjang 2023, realisasi pembangunan infrastruktur KBLBB mencapai 2.704 unit, dari target sebanyak 1.035 unit.

Angka ini merupakan gabungan dari stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dan stasiun pengisian baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU).

"Target infrastruktur KBLBB kita ada 1.035 unit, sedangkan realisasinya lebih dari 2,5 kali yaitu 2.704 unit. Atau secara persentase sebesar 261 persen," ujarnya pada saat konferensi pers Capaian Kinerja Sektor Ketenagalistrikan 2023 di Jakarta, Kamis (18/1/2024). 

Baca juga: Indonesia-Vietnam Perkuat Kerja Sama, Bidik Kendaraan Listrik

Dalam sebaran infrastruktur KBLBB, Jisman menjelaskan, Pulau Jawa masih mendominasi dibandingkan dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia.

Dengan rincian sebagai berikut, Banten (46 SPKLU dan 294 SPBKLU); DKI Jakarta (258 SPKLU dan 555 SPBKLU); Jawa Barat (211 SPKLU dan 367 SPBKLU); Jawa Tengah dan DIY (74 SPKLU dan 72 SPBKLU); Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara (179 SPKLU dan 217 SPBKLU).

Sementara untuk di wilayah Sumatera (78 unit SPKLU dan 199 SPBKLU); Kalimantan (17 SPKLU dan 20 SPBKLU); Sulawesi (39 SPKLU daan 48 SPBKLU); Maluku (5 SPKLU); dan Papua (4 SPKLU).

Apabila provinsi-provinsi tersebut ditotal keseluruhan, terdapat SPKLU sebanyak 932 unit dan SPBKLU 1.772 unit di Indonesia. 

Dorong persebaran merata

Jisman menjelaskan, nantinya Kementerian ESDM akan membuat konsep sehingga ketimpangan pembangunan infrastruktur KBLBB tersebut bisa menjadi rata di seluruh daerah.

Salah satu caranya dengan melibatkan United Nations Development Programme (UNDP) dalam mengembangkan infrastruktur KBLBB, melalui program Enhancing Readiness For The Transition To Electric Vehicle In Indonesia (ENTREV).

"Kami sekarang sudah ada kerjasama dengan UNDP melalui ENTREV, kami sudah minta mulai sekarang itu sudah dibuat konsep yang mengarah nanti roadmap, bagaimana kita mengembangkan infrastruktur KBLBB atau charging unit ini, jangan nanti menumpuk di Jakarta saja," terang dia. 

Baca juga:

Sebab, kata Jisman, pemerintah ingin agar penggunaan kendaraan listrik bisa digunakan layaknya kendaraan konvensional yang berbahan bakar minyak (BBM) atau fosil. Artinya, bisa dibawa ke daerah mana saja. 

Saat ini, ia menyebut Kementerian ESDM melalui program ENTREV tengah melakukan proses studi dan kajian, untuk menambah persebaran charging unit kendaraan listrik. 

"Jadi tujuannya harus jelas, kebanyakannya ke mana, supaya kita membangun charging unit juga di sana. Jadi tidak ada keraguan masyarakat membawa kendaraan listriknya untuk transportasi. Misalnya Jakarta atau Bandung, di dalam perjalanannya itu sudah tersedia charging unit yang memudahkan penggunaan KBLBB tersebut," pungkasnya. 

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Agroforestri Karet di Kalimantan Barat Kian Tergerus karena Konversi Sawit
Agroforestri Karet di Kalimantan Barat Kian Tergerus karena Konversi Sawit
LSM/Figur
Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Perkebunan Sawit Tak Bisa Gantikan Hutan untuk Serap Karbon dan Cegah Banjir
Pemerintah
Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar
Di Balik Kayu Gelondongan yang Terdampar
LSM/Figur
Survei LinkedIn 2025 Sebut Permintaan Green Skills di Dunia Kerja Meningkat
Survei LinkedIn 2025 Sebut Permintaan Green Skills di Dunia Kerja Meningkat
Swasta
Menunda Net Zero Picu Gelombang Panas Ekstrem, Wilayah Dekat Khatulistiwa Paling Terdampak
Menunda Net Zero Picu Gelombang Panas Ekstrem, Wilayah Dekat Khatulistiwa Paling Terdampak
LSM/Figur
Guru Besar IPB Sebut Kebun Sawit di Sumatera Bisa Jadi Hutan Kembali
Guru Besar IPB Sebut Kebun Sawit di Sumatera Bisa Jadi Hutan Kembali
Pemerintah
Banjir Sumatera Jadi Pelajaran, Kalimantan Utara Siapkan Regulasi Cegah Ekspansi Sawit
Banjir Sumatera Jadi Pelajaran, Kalimantan Utara Siapkan Regulasi Cegah Ekspansi Sawit
Pemerintah
Panas Ekstrem Ganggu Perkembangan Belajar Anak Usia Dini
Panas Ekstrem Ganggu Perkembangan Belajar Anak Usia Dini
Pemerintah
Implementasi B10 Hemat Rp 100 T Per Tahun, Ini Strategi Pertamina agar Pasokan Stabil
Implementasi B10 Hemat Rp 100 T Per Tahun, Ini Strategi Pertamina agar Pasokan Stabil
BUMN
Genjot Pengumpulan Botol Plastik PET, Coca-Cola Indonesia Luncurkan Program “Recycle Me” 2025
Genjot Pengumpulan Botol Plastik PET, Coca-Cola Indonesia Luncurkan Program “Recycle Me” 2025
Swasta
KLH Janji Tindak Tegas Perusahaan yang Picu Banjir di Sumatera Utara
KLH Janji Tindak Tegas Perusahaan yang Picu Banjir di Sumatera Utara
Pemerintah
27 Harimau Sumatera Terdeteksi di Leuser, Harapan Baru untuk Konservasi
27 Harimau Sumatera Terdeteksi di Leuser, Harapan Baru untuk Konservasi
LSM/Figur
Proyek Bioetanol Kurang Libatkan Petani, Intensifikasi Lahan Perkebunan Belum Optimal
Proyek Bioetanol Kurang Libatkan Petani, Intensifikasi Lahan Perkebunan Belum Optimal
Swasta
Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
Perempuan dan Anak Jadi Korban Ganda dalam Bencana Sumatera, Mengapa?
LSM/Figur
4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
4 Gajah Terlatih Bantu Angkut Material akibat Banjir di Aceh
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau