KOMPAS.com - Rencana penurunan target energi baru terbarukan (EBT) dinilai membuat investor luar negeri pikir-pikir untuk menanamkan modal di Indonesia.
Manajer Program Transformasi Energi Institute for Essential Services Reform (IESR) Deon Arinaldo mengatakan, keyakinan investor untuk mengembangkan energi terbarukan akan goyah karena kabar tersebut.
"Pemberitaan mengenai penurunan target EBT berdampak pada keyakinan aktor, developer, dan investor EBT yang punya rencana atau keinginan menanamkan investasinya di Indonesia," kata Deon kepada Kompas.com, Jumat (26/1/2024).
Baca juga: PLTU Pensiun Dini, EBT Digenjot Ciptakan 600.000 Green Jobs
Sebelumnya, Dewan Energi Nasional (DEN) tengah menyusun pembaruan atau revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN).
Dalam revisi PP KEN tersebut, target bauran EBT diturunkan, dari 23 persen menjadi antara 17 sampai 19 persen pada 2025.
Salah satu alasan mengapa target EBT diturunkan adalah karena pertumbuhan ekonomi yang meleset dari proyeksi.
Deon menuturkan, dengan kondisi yang ada ditambah penurunan target EBT, investor akan ragu-ragu ke depannya.
Baca juga: Investasi EBT Tahun 2023 Menurun, Migas dan Minerba Naik
Seharusnya, kata Deon, pemerintah berupaya mendukung pengembangan energi terbarukan agar target yang ada tercapai, bukan menurunkan target yang ada.
"Jelas keyakinan confidence untuk pengembangan energi terbarukan (dari investor) akan goyah," ujar Deon.
Di satu sisi, target bauran EBT selalu meleset dari target setiap tahunnya. Menurut catatan DEN, pada 2021 realisasi bauran EBT hanya 12,32 persen dari target 14,52 persen.
Sedangkan pada 2022, realisasi bauran EBT malah turun dari tahun sebelumnya yakni 12,30 persen. Sementara target bauran EBT pada 2022 adalah 15,69 persen.
Pada 2023, realisasi bauran EBT baru mencapai 13,1 persen dari target 17,87 persen.
Baca juga: Cak Imin Sebut Target Bauran EBT Diturunkan, Ini Faktanya
Diberitakan Kompas.com pada Desember 2023, Kepala Biro Fasilitasi Kebijakan Energi dan Persidangan DEN Yunus Saefulhak menuturkan, revisi PP KEN dilakukan karena melesetnya asumsi pertumbuhan makro.
Yunus menyampaikan, target-target dalam PP KEN yang lama pada 2025 sulit tercapai karena mengasumsikan pertumbuhan makronya antara 7 sampai 8 persen.
Realitasnya, di tengah jalan pertumbuhan ekonomi justru melambat dan tidak sampai 7 persen.
Dalam draf revisi KEN yang baru, bauran EBT ditarget 17 persen untuk skenario rendah dan 19 persen untuk skenario tinggi pada 2025.
Sedangkan pada 2060, porsi EBT dalam bauran energi nasional ditarget 70 persen untuk skenario rendah dan 72 persen untuk skenario tinggi dalam draf revisi KEN terbaru.
Baca juga: Pemerintah Revisi Target Bauran EBT, Tinggal Diteken Jokowi
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya