Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

18 tahun sebagai akademisi (dosen), konsultan, pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & sustainability (keberlanjutan). Saat ini mengemban amanah sebagai Full-time Lecturer, Associate Professor & Head of Centre Sustainability and Leadership Centre di LSPR Institute of Communication & Business, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Dewan Pakar Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT), GEKRAF & HIPMI Institute

Kepemimpinan dalam Energi Terbarukan: Bauran Energi untuk Target 2030

Kompas.com, 29 Januari 2024, 10:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ini menjadi tantangan bagi para pemimpin kita, khususnya dari sisi pemerintah untuk berpikir kreatif dan inovatif tentang ini.

Pemimpin di kalangan pemerintah, swasta, organisasi, dan lain-lain memiliki peran penting untuk memastikan Indonesia memenuhi komitmennya. Terlebih, potensi energi terbarukan di Indonesia sangat besar.

Peran kepemimpinan

Pemimpin dalam energi terbarukan rasanya perlu melipatgandakan komitmen, lebih kreatif, dan berpikir di luar kotak.

Kondisi dunia mungkin tidak lagi bisa menunggu negara-negara yang lambat dalam transisi energi terbarukan.

Pemimpin kita perlu mengakselerasi pengembangan energi terbarukan agar bisa keluar dari ketergantungan terhadap energi fosil sekaligus menekan laju pertumbuhan suhu bumi.

Setiap pemimpin stakeholder bisa berperan aktif dalam pengembangan energi terbarukan. Dari pemerintah, kepemimpinan saat ini perlu mengisi kekosongan di area investasi, kebijakan, dan regulasi.

Investasi bisa kita dapatkan melalui kerja sama yang sifatnya strategis, dalam konteks ini sasarannya adalah kerja sama pengembangan energi terbarukan, transfer of technology, dan transfer of knowledge.

Ketiga hal ini bisa menopang laju pertumbuhan energi terbarukan. Indonesia telah menjalin kerja sama dengan Britania Raya dalam program MENTARI (Menuju Transisi Energi Rendah Karbon Indonesia).

Kerja sama ini diperpanjang, di mana yang seharusnya berakhir pada 2024, kemudian menjadi 2027. Britania Raya juga menambahkan dana sebesar 6,5 juta poundsterling atau Rp 138 miliar.

Kerja sama lainnya adalah Indonesia dengan Kenya di sektor energi panas bumi. Kerja sama yang nantinya akan digawangi oleh Pertamina dengan Geothermal Development Company ini bernilai 1,5 miliar dollar AS.

Angka investasi ini bisa membantu Indonesia mengembangkan energi panas bumi. Terlebih, Indonesia memiliki potensi panas bumi sebesar 40 persen dari potensi dunia.

Artinya, pemimpin bisa memanfaatkan kekayaan panas bumi sebagai leverage untuk bekerja sama dengan negara lain.

Semakin banyak kerja sama akan semakin baik bagi Indonesia untuk memenuhi komitmen energi terbarukannya.

Pemimpin harus memperbanyak kerja sama strategis yang mendatangkan investasi, transfer of knowledge, dan transfer of technology, sehingga memudahkan Indonesia untuk mengakselerasi pengembangan potensi energi terbarukan.

Pemimpin juga harus memastikan terbentuknya enabling environment yang memudahkan sektor swasta mengembangkan energi terbarukannya secara mandiri.

Pemerintah dapat mempercepat pengesahan Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan (RUU EBET) agar ada kejelasan regulasi bagi para pemangku kepentingan.

Kejelasan terhadap regulasi itu penting, sehingga pembangunan energi terbarukan berjalan sinergi antara pusat dan daerah, serta kolaborasi antara swasta dan pemerintah bisa lebih lancar.

Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pengembangan energi terbarukan sempat terhenti karena minim anggaran. Regulasi belum jelas, sehingga menyulitkan pemerintah daerah untuk melakukan upaya pembangunan.

Kejelasan baru diberikan saat terbitnya Perpres No.11/2023 tentang Urusan Pemerintahan Konkuren Tambahan di Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral pada Subbidang Energi Terbarukan.

Pengesahan RUU EBET akan memperjelas arah laju energi terbarukan Indonesia di masa depan dan memudahkan para pemangku kepentingan untuk ikut serta dalam mengembangkan energi terbarukan.

Tidak hanya itu, pemerintah harus mampu memitigasi dampak dari transisi energi, yakni greenflation.

Menurut Guru Besar Ilmu Ekonomi Moneter Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Telisa Aulia Falianty, greenflation adalah kenaikan harga barang dan jasa atau inflasi akibat transisi perekonomian menjadi lebih ramah lingkungan.

Pemimpin perlu mengetahui ini karena Indonesia sedang dalam masa transisi energi, yang berarti banyak sektor yang akan beradaptasi dengan kondisi transisi menuju energi terbarukan.

Menurut peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Dhenny Yuartha, greenflation belum menjadi isu di Tanah Air karena transisinya perlahan dan didukung oleh berbagai kebijakan.

Namun, dia juga menghimbau bahwa ada kemungkinan itu bisa terjadi. Jika itu terjadi, pemimpin harus sudah siap mempersiapkan solusi konkret agar efek ekonomi dari transisi energi terbarukan tidak bertahan lama dan tidak meluas.

Kolaborasi kepemimpinan Hexahelix

Namun demikian, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam mengembangkan energi terbarukan. Dengan dana yang besar, otomatis diperlukan pelibatan banyak pihak agar Indonesia dapat mempercepat pengembangan energi terbarukan.

Terlebih, secara umum, menurut Edelman Trust Barometer tahun 2024, sebanyak 75 persen rakyat Indonesia memercayai pemimpin dari NGO, bisnis, pemerintah, dan media.

Artinya, ini berarti rakyat menunggu kolaborasi antarpemimpin lintas sektor untuk mengakselerasi pengembangan energi terbarukan.

Dengan kata lain, peran swasta, akademisi, komunitas, organisasi, dan masyarakat sipil sangat penting bagi kemajuan energi terbarukan. Kepemimpinan saat ini harus berlandaskan kolaborasi hexahelix, di mana semua pihak bisa saling berkontribusi.

Peran perusahaan swasta bisa dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah pengembangan energi terbarukan secara mandiri.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau