Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

18 tahun sebagai akademisi (dosen), konsultan, pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & sustainability (keberlanjutan). Saat ini mengemban amanah sebagai Full-time Lecturer, Associate Professor & Head of Centre Sustainability and Leadership Centre di LSPR Institute of Communication & Business, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Dewan Pakar Perhimpunan Persahabatan Indonesia Tiongkok (PPIT), GEKRAF & HIPMI Institute

Kepemimpinan dalam Energi Terbarukan: Bauran Energi untuk Target 2030

Kompas.com, 29 Januari 2024, 10:43 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Banyak perusahaan swasta yang telah memanfaatkan energi terbarukan untuk operasional sehari-hari. Misalnya, PT Uni-Charm Indonesia melakukan pemasangan dua pembangkit listrik tenaga surya di East Java Factory dan Ngoro Industrial Park.

Tidak hanya itu, Bluebird juga siap mengoptimalkan panel surya dengan harapan bisa mereduksi emisi karbon hingga 2.000 per tahun.

Kesadaran perusahaan swasta untuk menggunakan energi terbarukan di internalnya setidaknya menunjukkan bahwa perusahaan juga berkomitmen dalam pengurangan emisi karbon. Ada progres yang sangat baik.

Hal ini selaras dengan laporan dari PwC 2024, di mana 63 persen perusahaan sedang meningkatkan efisiensi energi. Alhasil, apabila seluruh perusahaan di Indonesia melakukan hal ini, bukan tidak mungkin Indonesia bisa memenuhi target energi terbarukan tahun 2030.

Bentuk lain dari kontribusi swasta adalah investasi. Perusahaan swasta bisa melakukan investasi terhadap proyek pengembangan energi terbarukan yang strategis.

Ketika investasi energi terbarukan semakin besar, peluang untuk menciptakan pekerjaan semakin banyak.

Total investasi dari kapasitas yang terbangun saat ini sebesar Rp 590,73 triliun. Angka ini masih akan terus meningkat, terlebih kedepannya regulasi akan semakin jelas, sehingga bisa mengundang investor dan perusahaan untuk berkontribusi.

Menurut Manajer Program Transformasi Energi Institute for Essential Services Reform (IESR), Deon Arinaldo, potensi jumlah lapangan pekerjaan yang akan tercipta sebanyak 3,2 juta.

Potensi ini sangat besar, sehingga investasi akan menjadi katalis bagi pengembangan lapangan kerja di sektor energi terbarukan.

NGO dan yayasan juga punya peran dalam bidang energi terbarukan. Mereka mampu menyentuh akar rumput dan mengedukasi masyarakat agar mengurangi bahan bakar fosil, sehingga penting untuk menyebarkan kesadaran agar memahami isu energi terbarukan.

Studi dari Celios (Center of Economi and Law Studies) mengungkapkan bahwa sebagian besar masyarakat belum memahami isu JETP.

Penelitian dari Fraser et.al. (2022) meneliti adopsi energi surya di Massachusetts, Amerika Serikat, dan Chiba, Jepang. Mereka menyimpulkan bahwa memang dukungan wali kota sangat meningkatkan adopsi energi surya, akan tetapi kekuatan modal sosial akar rumput dapat memperkuat atau merusak upaya pemerintah kota, tergantung dari jenis modal sosialnya.

Oleh karena itu, NGO dan yayasan bisa memberikan edukasi terkait energi terbarukan kepada masyarakat.

Tidak hanya itu, menurut Khusna & Margenta (2022), NGO dan yayasan bisa berperan dalam mengakses pembiayaan untuk proyek energi skala kecil dan vital, tetapi tidak menarik secara ekonomi melalui mekanisme corporate social responsibility (CSR), sehingga masyarakat juga akan menggunakan energi terbarukan.

Di satu sisi, CSR dalam pola seperti ini dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan.

Masyarakat bisa menjadi lingkungan pendukung bagi munculnya local champion. Local champion ini yang menjadi aktor utama agar masyarakat di lingkungannya ikut serta mengadopsi energi terbarukan.

Contoh sederhananya ada di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Ada koperasi bernama Koperasi Serba Usaha Jasa Peduli Kasih di Desa Kamanggih, Sumba Timur.

Koperasi tersebut berdiri sejak 1999 dan masih mengelola biogas yang berasal dari kotoran ternak babi, PLTMH, PLTB dan PLTS.

Saya yakin cerita koperasi tersebut ada di daerah lain. Kita tinggal mengangkat dan mendorong local champion di seluruh daerah di Indonesia untuk menjadi motor penggerak.

Di samping pemerintah, perusahaan, dan NGO, peran media juga tidak kalah krusial. Media harus konsisten menyuarakan isu energi terbarukan dan perubahan iklim.

Media perlu menciptakan urgensi agar pemerintah, perusahaan, dan NGO mempercepat proses pengembangan energi terbarukan.

Akademisi juga punya peran signifikan dalam mempercepat proses transisi energi. Melalui penelitian-penelitian mutakhir dan hasil riset lapangan, mereka bisa membawa pengetahuan yang berguna bagi pemerintah dan swasta.

Pengetahuan tersebut bisa dalam bentuk metode pengoptimalan energi terbarukan, potensi lain dari energi terbarukan, bagaimana mengembangkan suatu daerah dengan energi terbarukan, dan lain sebagainya.

Singkatnya, mengembangkan energi terbarukan membutuhkan bantuan dari banyak pihak. Kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, dan NGO dapat mengakselerasi pengembangan energi terbarukan.

Menurut Zaman et.al. (2022), yang terpenting adalah kepemimpinan di setiap aktor ini suportif, yang berperan signifikan dalam keberhasilan proyek berkelanjutan.

Tenggat waktu semakin sempit dan pemimpin perlu mempercepat langkahnya dalam memenuhi target yang diusung.

Penulis percaya bahwa dengan kekuatan kolaborasi, Indonesia bisa memenuhi target dan bahkan menciptakan local champion di daerah Indonesia yang menjadi perpanjangan tangan pemerintah.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
Tren Global Rendah Emisi, Indonesia Bisa Kalah Saing Jika Tak Segera Pensiunkan PLTU
LSM/Figur
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
JSI Hadirkan Ruang Publik Hijau untuk Kampanye Anti Kekerasan Berbasis Gender
Swasta
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Dampak Panas Ekstrem di Tempat Kerja, Tak Hanya Bikin Produktivitas Turun
Pemerintah
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
BMW Tetapkan Target Iklim Baru untuk 2035
Pemerintah
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
Lebih dari Sekadar Musikal, Jemari Hidupkan Harapan Baru bagi Komunitas Tuli pada Hari Disabilitas Internasional
LSM/Figur
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Material Berkelanjutan Bakal Diterapkan di Hunian Bersubsidi
Pemerintah
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Banjir Sumatera: Alarm Keras Tata Ruang yang Diabaikan
Pemerintah
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Banjir Sumatera, Penyelidikan Hulu DAS Tapanuli Soroti 12 Subyek Hukum
Pemerintah
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Banjir Sumatera, KLH Setop Operasional 3 Perusahaan untuk Sementara
Pemerintah
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
Berkomitmen Sejahterakan Umat, BSI Maslahat Raih 2 Penghargaan Zakat Award 2025
BUMN
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Veronica Tan Bongkar Penyebab Pekerja Migran Masih Rentan TPPO
Pemerintah
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
Mengapa Sumatera Barat Terdampak Siklon Tropis Senyar Meski Jauh? Ini Penjelasan Pakar
LSM/Figur
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Ambisi Indonesia Punya Geopark Terbanyak di Dunia, Bisa Cegah Banjir Terulang
Pemerintah
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Saat Hutan Hilang, SDGs Tak Lagi Relevan
Pemerintah
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
Ekspansi Sawit Picu Banjir Sumatera, Mandatori B50 Perlu Dikaji Ulang
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau