Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/02/2024, 18:00 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

Ia pun berharap kepada siapa saja yang terpilih menjadi wakil rakyat dan pemimpin negara nanti, dapat memberikan perhatian kepada penghayat.

Gress Raja enggan pula menjadi golput karena tidak sesuai dengan ajaran Kepercayaan Pelajar Kawruh Jiwa yang ia anut.

“Dari masa ke masa kami percaya leluhur kita pasti mempersiapkan dan momong orang-orang pilihannya untuk menjadi pemimpin. Maka tugas kita adalah mencari tahu siapa calon pemimpin yang dituntun dan dipersiapkan leluhur. Jadi menjadi golput itu hanya untuk orang-orang yang tidak merasa memiliki negara dan bangsa ini,” jelasnya.

Ia selama ini tak pernah terlewat datang ke TPS karena ingin ikut mendorong terpilihnya pemimpin dan wakil rakyat yang kiranya paling punya komitmen tinggi dalam mendukung kesetaraan di masyarakat.

Darmo paham isu terkait penghayat kepercayaan mungkin dianggap kurang populer bagi masyarakat, sehingga banyak partai tidak mengkampanyekannya.

Terkait hal ini, ia hanya bisa berharap kepada para politikus yang memang peduli terhadap isu keberagaman untuk mau membantu para penghayat menyosialisasikan kehadiran mereka kepada masyarakat luas.

“Dukungan semacam itu sangat berarti bagi kami untuk menekan terjadinya diskriminasi maupun hambatan dalam mengakses layanan publik,” jelasnya.

Di sisi lain, Darmo juga mengajak kepada para penghayat untuk berani juga membuka diri kepada masyarakat luas.

Ia menegaskan, hal ini baik untuk kepentingan para penghayat sendiri karena bisa meluruskan anggapan-anggapan yang mungkin keliru di masyarakat tentang keberadaaan penganut aliran Kepercayaan.

Baca juga: Keluarga Penghayat Kepercayaan di Gunungkidul Lega Akhirnya Pernikahannya Diakui Negara

“Teman-teman penghayat juga perlu membuka diri untuk tidak eksklusif,” pesan dia.

Darmo juga mengajak kepada para penghayat lain untuk jangan sampai melewatkan kesempatan mencoblos.

“Bagi saya, pemimpin dan wakil rakyat yang ideal adalah yang amanah, punya semangat tolerasi, dan peduli terhadap kelompok minoritas,” tutur warga Kelurahan Mojo, Pasar Kliwon itu.

Darmo ingin siapa pun calon pemimpin dan wakil rakyat yang terpilih, nantinya berani mengakui Bhinneka Tunggal Ika dan setiap keputusannya didasarkan kepada rasa berbudi pekerti luhur.

Sementara itu, Darmo, yang sejak 2023 terpilih menjadi Sekretaris 1 MLKI Solo, begitu berterima kasih kepada berbagai pihak yang selama ini mendukung keberadaan MLKI atau para penghayat di Solo.

Ini termasuk pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Solo yang telah bersedia hadir dalam beberapa acara MLKI atau sebaliknya, mengundang penghayat terlibat di forum mereka.

Darmo pun menyampaikan aspirasi semoga suatu saat MLKI atau penghayat Kepercayaan dapat diajak bergabung ke dalam keanggotaan FKUB agar keberadaanya dapat kian diakui di masyarakat.

Gress Raja menyampaikan harapan serupa. Ia menyampaikan, MLKI belum diajak bergabung FKUB karena dianggap bukan agama.

Menurutnya, para penghayat akan merasa sangat beruntung jika bisa masuk FKUB. Sebab, para penghayat akhirnya mendapatkan pengakuan lebih besar atau kuat, sehingga diharapkan kondusifitas Solo juga bisa kian terjalin.

Berdasarkan pantauan Kompas.com, usulan penghayat atau MLKI Solo bisa bergabung dengan FKUB sempat pula dibahas dalam forum Diskusi dan Refleksi Akhir Tahun 2023 yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) RI di Ndalem Padmosusastro, Solo, pada 26 Desember lalu.

Ketua FKUB Solo, Mashuri, turut hadir di dalam forum tersebut. Bersama Ramanto, ia menjadi narasumber, duduk di hadapan lebih kurang 40 penghayat dari berbagai aliran Kepercayaan di Kota Bengawan.

Ketua MLKI Solo Ramanto Setro Taruno (kedua dari kiri -belakang) sedang berbincang dengan Ketua FKUB Solo Mashuri (tengah -belakang) di tengah-tengah acar Diskusi dan Refleksi Akhir Tahun 2023 yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) RI di Ndalem Padmosusastro, Solo, pada Selasa (26/12/2023). Dalam forum itu, Ramanto mengingatkan kepada 40-an penghayat untuk tidak menjadi golpul dalam setiap penyelenggaraan Pemilu.KOMPAS.com/IRAWAN SAPTO ADHI Ketua MLKI Solo Ramanto Setro Taruno (kedua dari kiri -belakang) sedang berbincang dengan Ketua FKUB Solo Mashuri (tengah -belakang) di tengah-tengah acar Diskusi dan Refleksi Akhir Tahun 2023 yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) RI di Ndalem Padmosusastro, Solo, pada Selasa (26/12/2023). Dalam forum itu, Ramanto mengingatkan kepada 40-an penghayat untuk tidak menjadi golpul dalam setiap penyelenggaraan Pemilu.

Menanggapi usulan para penghayat, Mashuri, menjelaskan bahwa pengurus FKUB Solo belum bisa menerima keanggotan mereka karena menyesuaikan dengan kebijakan organisasi.

Meski begitu, dia memastikan FKUB Solo akan tetap menjaga hubungan baik dan kerukunan dengan para penghayat.

"Kami di daerah hanya menjabarkan keputusan Asosiasi FKUB se-Indonesia. Tapi usulan itu akan coba kami sampaikan (ke Asosiasi). Kami punya keharusan merukuni penghayat, memberikan atau mengupayakan pemenuhan hak yang sama, dan merangkul satu sama lain," ucap dia.

Dalam kesempatan itu, Mashuri turut mengimbau para penghayat tidak ragu lagi menunjukkan kehadiran mereka di tengah-tengah masyarakat. Para penghayat dipersilakan mengakses layanan perubahan kolom agama di KTP menjadi penganut Kepercayaan terhadap Tuhan YME.

Ia menegaskan dirinya siap ikut turun tangan apabila masih ada penghayat yang mengalami diskriminasi atau intimidasi di masyarakat. Dengan ini, ia meminta para penghayat untuk jangan segan melapor atau memberitahu dirinya jika masih mendapati hal-hal yang tidak diinginkan.

“Saya akan hadir di garda depan jika ada intimidasi terhadap teman-teman penghayat,” seru tokoh agama yang juga menjadi Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Solo itu.

Jangan jadi komoditas

Saat dimintai pendapat, Ketua Program Studi Agama dan Lintas Budaya atau (CRCS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Samsul Maarif melihat, belum ada pasangan capres dan cawapres dalam Pemilu 2024 yang memberikan perhatian serius atau dukungan secara jelas terhadap kelompok minoritas penganut aliran kepercayaan atau masyarakat adat.

Begitu juga, ia menyaksikan, belum ada caleg yang menyuarakan isu terkait penghayat.

Menurut Anchu, sapaan akrab Samsul Maarif, dampak elektabilitas politik dan situasi sosial membuat kelompok marginal ini semakin tersingkir dan jarang dibicarakan.

Baca juga: Pemilu Jadi Momentum Pertumbuhan Industri Konstruksi Indonesia

"Selama ini kelompok rentan, marginal, yang diusung para calon di Pemilu dan Pilpres hanya anak, perempuan, dan disabilitas. Penghayat kepercayaan maupun masyarakat adat jarang diangkat. Jangankan diajak (berpolitik), dibicarakan saja jarang. Banyak hal yang membuat para calon di Pilpres atau Pileg tak melirik keberadaan penghayat," ungkap dia saat dihubungi.

Anchu bercerita, selama ini ada penganut kepercayaan yang mau maju ke dunia politik, seperti menjadi caleg atau kepala daerah, tetapi selalu tersingkir.

Selain jumlah penghayat yang dianggap relatif kecil, biaya pencalonan juga mahal. Di samping itu, ada potensi elektabilitas politikus dari penghayat tergerus karena muncul pertentangan di masyarakat jika partai politik maupun caleg mengangkat kelompok minoritas ini.

Ia menyaksikan, pemahaman budaya masih kerap bertolak belakang dengan umat beragama di kancah politik.

Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa memasuki masa pemilu seperti sekarang ini, kelompok minoritas menjadi semakin rentan dan harus menanggung beban diskriminasi lebih berat dari publik.

Karena biasanya, ketika kampanye, ada juga politikus yang menggunakan isu minoritas untuk mencari popularitas demi mendulang suara.

Ia pun mengajak kepada para politikus, jangan sampai menjadikan penghayat sebagai komoditas lima tahunan, yang kemudian ditinggalkan sesudahnya.

“Semua pihak harus menyadari bahwa pemilu damai adalah wujud demokrasi, yang berpijak pada keberagaman masyarakat. Hal yang dibutuhkan adalah kita harus saling melindungi satu sama lain,” harap Anchu.

Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Humas Bawaslu Kota Solo Agus Sulistyo mengatakan, pihaknya telah menggelar edukasi politik yang menyasar para penghayat kepercayaan pada Januari ini.

Ia mengakui, itu adalah kali pertama Bawaslu Solo menggandeng masyarakat penghayat sebagai kelompok minoritas. Bawaslu mengadakan sosialisasi guna meningkatkan peran serta penghayat dalam program pengawasan Pemilu.

“Kami berusaha memberikan pemahaman kepada teman-teman penghayat untuk tidak ragu melapor apabila mendapati pelanggaran atau kejanggalan dalam Pemilu. Itu termasuk, bilamana mereka merasa menjadi korban dalam kegiatan yang berkaitan dengan Pemilu,” jelas dia.

Di sisi lain, Agus memastikan, Bawaslu telah mengimbau kepada parpol peserta pemilu untuk tidak menyinggung isu suku, agama, ras, antargolongan (SARA) selama menyosialisasikan diri ataupun di masa kampanye. Hal ini penting untuk menjaga situasi perpolitikan tetap damai.

“Kami mengingatkan semua pihak untuk mengindari politik SARA dan identitas,” seru dia.

Sementara itu, Anchu mengapresiasi sikap para penghayat kepercayaan di Solo yang memutuskan untuk tidak golput dalam setiap pemilu meski menghadapi situasi terdiskriminasi. Ia yakin semangat mereka juga dimiliki oleh para penghayat di daerah lain.

“Saya memahami ajarannya, memahami keterlibatan para penghayat selama ini dalam berbangsa. Mereka cukup kental untuk terus membayangkan bangsa ini bergerak, di antaranya, dengan melek politik, terlibat dalam pemilu,” ucap dia.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com