Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRIN Fokus Riset Pengelolaan Sampah, Dukung Pertumbuhan Ekonomi dan Transisi Energi

Kompas.com, 2 Desember 2025, 20:54 WIB
Manda Firmansyah,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan mendukung transisi energi di Indonesia dengan mengembangkan pemanfaatan limbah sampah organik (biowaste).

Ke depannya, penelitian BRIN akan difokuskan untuk mengoptimalkan pemanfaatan biowaste sebagai sumber energi terbarukan, sekaligus mengembangkan berbagai inovasi untuk mengubah sampah menjadi sumber energi terbarukan.

Baca juga:

"Ini sekarang sedang proses untuk penyempurnaan teknologi yang kami memiliki agar bisa disebarkan ke berbagai wilayah," ujar Kepala BRIN, Arif Satria kepada Kompas.com di Jakarta, Selasa (2/12/2025).

Di sisi lain, BRIN juga akan mengarahkan penelitian-penelitiannya untuk menunjang pengembangan jenis bahan bakar biodiesel campuran, baik B40 (40 persen biodiesel dan 60 persen solar atau diesel fosil) maupun B50 (50 persen biodiesel dan 50 persen solar).

Baca juga: BRIN Ungkap Sulitnya Temukan Rafflesia karena Tumbuh di Wilayah Terpencil

Penelitian BRIN fokus ke pengelolaan sampah dan lingkungan

Ke depannya, penelitian BRIN akan difokuskan untuk mengoptimalkan pemanfaatan biowaste sebagai sumber energi terbarukan.Dok. Shutterstock/MOHAMED ABDULRAHEEM Ke depannya, penelitian BRIN akan difokuskan untuk mengoptimalkan pemanfaatan biowaste sebagai sumber energi terbarukan.

Menurut Arif, BRIN akan mengembangkan berbagai inovasi yang dapat memberikan solusi atas berbagai persoalan di Indonesia, khususnya terkait lingkungan.

"Sekarang BRIN berfokus membawa dampak bagi keberlanjutan (sustainability), dampak bagi kemajuan bangsa Indonesia," tutur Arif.

Adapun Indonesia telah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen pada tahun 2029. Kenaikan pertumbuhan ekonomi dinilai akan beriringan dengan semakin peliknya permasalahan sampah.

Oleh sebab itu, diperlukan edukasi untuk mendorong masyarakat mengelola sampah berbasis komunitas (community-based waste management).

"Ini agar tidak menjadi permasalahan kota atau kabupaten," ucap Arif.

Baca juga: 

Selain mengubah budaya konsumen, BRIN juga menawarkan berbagai inovasi berbentuk teknologi untuk mendukung pengembangan industri yang ramah lingkungan (clean industry).

Misalnya, mengembangkan teknologi untuk mengubah asap (polutan) menjadi pupuk cair (produk bernilai).

Perspektif ekonomi sirkular untuk mendukung industri yang ramah lingkungan dapat pula ditemukan dalam pengelolaan limbah crude palm oil (CPO). Saat ini, limbah CPO sudah bisa diolah menjadi pakan ternak, baju, dan helm.

Menurut Arif, perspektif ekonomi sirkular harus mewarnai pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

"Kalau ekonomi sirkular bisa menjadi ruh dalam pertumbuhan ekonomi maka pengelolaan itu bukan efek samping dari pertumbuhan ekonomi, tapi itu tertanam (embedded) dalam pertumbuhan ekonomi dan bahkan bisa terselesaikan dengan sendirinya karena hulunya sudah selesai," ujar Arif.

Baca juga: Sampah Plastik “Berlayar” ke Samudra Hindia dan Afrika, Ini Penjelasan Peneliti BRIN

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
BRIN Fokus Riset Pengelolaan Sampah, Dukung Pertumbuhan Ekonomi dan Transisi Energi
BRIN Fokus Riset Pengelolaan Sampah, Dukung Pertumbuhan Ekonomi dan Transisi Energi
Pemerintah
Menteri LH Hanif Nilai Indonesia Belum Siap Hadapi Krisis Iklim, Sibuk Cari Cara Turunkan Emisi
Menteri LH Hanif Nilai Indonesia Belum Siap Hadapi Krisis Iklim, Sibuk Cari Cara Turunkan Emisi
Pemerintah
Kerugian Banjir Sumatera Capai Rp 68 T, Celios Desak Moratorium Tambang dan Sawit
Kerugian Banjir Sumatera Capai Rp 68 T, Celios Desak Moratorium Tambang dan Sawit
LSM/Figur
Menteri LH Hanif Soal COP30, Negara Dunia Masih Berdebat dan Krisis Iklim Terabaikan
Menteri LH Hanif Soal COP30, Negara Dunia Masih Berdebat dan Krisis Iklim Terabaikan
Pemerintah
Ketika Alam Dirusak, Jangan Salahkan Alam
Ketika Alam Dirusak, Jangan Salahkan Alam
Pemerintah
Perluasan Kota Ancam Akses Air Bersih pada 2050, Ini Studinya
Perluasan Kota Ancam Akses Air Bersih pada 2050, Ini Studinya
Swasta
Ratusan Ilmuwan Tandatangani Deklarasi Dartington, Desak Pemimpin Dunia Atasi Perubahan Iklim
Ratusan Ilmuwan Tandatangani Deklarasi Dartington, Desak Pemimpin Dunia Atasi Perubahan Iklim
Pemerintah
Tak Lepas dari Ancaman, Bahan Kimia Abadi Ditemukan di Hewan Laut
Tak Lepas dari Ancaman, Bahan Kimia Abadi Ditemukan di Hewan Laut
LSM/Figur
Kemenhut Bantah Tudingan Bupati Tapsel soal Beri Izin Penebangan Hutan Sebelum Banjir
Kemenhut Bantah Tudingan Bupati Tapsel soal Beri Izin Penebangan Hutan Sebelum Banjir
Pemerintah
SCG Pangkas Emisi lewat Semen Rendah Karbon dan Efisiensi Energi
SCG Pangkas Emisi lewat Semen Rendah Karbon dan Efisiensi Energi
Swasta
Banjir Sumatera Dipicu Deforestasi, Mayoritas Daerah Aliran Sungai Kritis
Banjir Sumatera Dipicu Deforestasi, Mayoritas Daerah Aliran Sungai Kritis
LSM/Figur
Industri Manufaktur Sumbang 17 Persen PDB, Kemenperin Kembangkan Industri Hijau
Industri Manufaktur Sumbang 17 Persen PDB, Kemenperin Kembangkan Industri Hijau
Pemerintah
UNDP: Kesenjangan Pembangunan Antarnegara Bisa Melebar akibat AI
UNDP: Kesenjangan Pembangunan Antarnegara Bisa Melebar akibat AI
Pemerintah
Banjir, Illegal Logging, dan Hak Publik atas Lingkungan yang Aman
Banjir, Illegal Logging, dan Hak Publik atas Lingkungan yang Aman
Pemerintah
Bencana Sumatera: Refleksi Kolektif untuk Taubat Ekologis
Bencana Sumatera: Refleksi Kolektif untuk Taubat Ekologis
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau