KOMPAS.com - Negara-negara di kawasan Asia-Pasifik menghadapi kekurangan setidaknya 800 miliar dollar AS untuk pendanaan iklim.
Ketika keuangan publik terkuras akibat pandemi Covid-19, para pembuat kebijakan harus memanfaatkan potensi besar modal swasta untuk ikut serta dalam upaya melawan pemanasan global secara lebih efektif.
Untuk melakukan hal ini diperlukan pendekatan yang terkoordinasi dan multi-aspek dari semua pihak, mulai dari pemerintah dan bank sentral hingga pengawas keuangan dan lembaga multilateral.
Strategi penting lainnya adalah penghapusan subsidi bahan bakar fosil secara bertahap, yang jumlahnya mencapai rekor 1,3 triliun dollar AS.
Baca juga: Mencari Gagasan Memperkuat Ketahanan Pangan di Tengah Krisis Iklim
Hal ini juga penting untuk memperluas penetapan harga karbon, menjembatani kesenjangan data yang penting, dan mendorong pembiayaan inovatif serta kemitraan publik-swasta.
Mission Chief Brunei Darussalam IMF Asia and Pacific Department Rita Basu dan Deputy Director Statistics Department IMF Cheng Hoon Lim menulis Laporan Stabilitas Keuangan Global mengenai peningkatan pendanaan iklim dan studi IMF lainnya mengenai isu-isu iklim.
Menurut mereka pendaan iklim sangat penting. Hal ini karena kemajuan penanganan krisis iklim terlalu lambat.
Suhu global diperkirakan akan melampaui ambang batas kritis sebesar 1,5 derajat Celsius di atas suhu pra-industri.
Upaya untuk mengurangi separuh tingkat emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 gagal total, karena hanya menargetkan pengurangan sebesar 11 persen.
"Tanpa tindakan yang lebih tegas, pemanasan global akan membahayakan perumahan, kesehatan, dan ketahanan pangan," kata mereka.
Memobilisasi lebih banyak pendanaan iklim sangat penting tidak hanya untuk mitigasi emisi namun juga untuk membangun kapasitas adaptif melalui investasi pada infrastruktur yang berketahanan iklim.
Baca juga: Debat Hanya Tontonkan Gimmick, Cawapres Tak Paham Krisis Iklim
Hal ini sangat penting bagi Asia, yang merupakan rumah bagi beberapa negara penghasil emisi terbesar dan merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim karena kepadatan penduduk dan letak geografis yang tinggi.
Apa yang menjadikan peran Asia penting?
Transisi kawasan menuju keberlanjutan yang lebih baik mempunyai implikasi global. Asia menyumbang sekitar dua pertiga pertumbuhan global pada tahun lalu, dan akan kembali berkontribusi pada tahun 2024.
Namun ketergantungannya yang besar pada penggunaan batu bara untuk energi berarti bahwa Asia menyumbang lebih dari setengah emisi gas rumah kaca global yang berbahaya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya