Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/02/2024, 09:00 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Negara-negara di Asia menyadari betapa bahaya iklim berdampak langsung terhadap kehidupan dan mata pencaharian, dan telah membuat komitmen yang lebih dalam, seperti yang ditunjukkan oleh revisi Kontribusi Nasional yang ditentukan dalam Perjanjian Paris tahun 2015.

Asia dapat membantu perjuangan melawan perubahan iklim dengan menunjukkan cara menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.

Baca juga: Cak Imin Tuding Pemerintah Belum Serius Tangani Krisis Iklim

Negara-negara emerging market dan negara-negara berkembang di Asia membutuhkan investasi setidaknya 1,1 triliun dollar AS per tahun untuk memenuhi kebutuhan mitigasi dan adaptasi.

Namun negara-negara tersebut hanya memperoleh 333 miliar dollar AS, sebagian besar berasal dari instrumen utang berkelanjutan seperti obligasi ramah lingkungan, dan lebih dari setengahnya berasal dari sumber-sumber publik.

Kekurangan ini menyebabkan negara-negara tersebut mempunyai kesenjangan pendanaan setidaknya sebesar 815 miliar dollar AS.

China memimpin dalam menarik pendanaan iklim, membuat kemajuan besar dalam adopsi energi terbarukan, dan kolaborasinya dengan Uni Eropa telah menghasilkan kerangka kerja penting untuk pendanaan berkelanjutan, seperti Taksonomi Common Ground dan Prinsip Obligasi Hijau Tiongkok yang lebih ketat.

Sementara negara-negara kepulauan Pasifik dan negara-negara kecil lainnya sering mengalami kesulitan mengakses pasar modal internasional atau memperoleh pembiayaan melalui dana iklim global.

Secara khusus, mereka merasa sulit untuk memenuhi persyaratan akreditasi yang ketat untuk dana iklim global karena kapasitas mereka sudah sangat terbatas dan pengelolaan investasi publik sangat menantang.

Baca juga: Krisis Iklim Picu Kepunahan Kera Besar Lebih dari 200.000 Tahun Lalu

Bagi negara-negara besar, obligasi ramah lingkungan (green bond) mungkin sama mahalnya dengan obligasi konvensional karena investor tampaknya kurang percaya terhadap karakteristik ramah lingkungan dalam instrumen utang berkelanjutan di Asia.

Permasalahan ini menggarisbawahi tantangan yang lebih luas terhadap aspirasi pendanaan di kawasan ini.

IMF kemudian menggelar survei terhadap 19 negara di Asia. Hasilnya, terjadi kesenjangan penting dalam data, pengungkapan, dan taksonomi, dan hal ini diperburuk oleh kebijakan iklim nasional yang tidak konsisten yang dapat mendorong subsidi bahan bakar fosil.

Kekurangan ini melemahkan kepercayaan investor terhadap target dan transisi yang berwawasan ke depan.

Greenwashing juga merupakan sebuah risiko, karena hal ini dapat menimbulkan pertanyaan mengenai legitimasi klaim lingkungan hidup yang dibuat oleh penerbit obligasi.

Selain itu, meningkatnya fragmentasi geoekonomi, termasuk saling mendukung dan melemahkan rantai pasokan global, dapat mengancam tindakan kooperatif dan kolektif untuk membendung perubahan iklim.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau