KOMPAS.com - Mayoritas penduduk Indonesia mengandalkan air isi ulang sebagai sumber utama air untuk minum.
Sekitar 31,87 persen rumah tangga di Indonesia mengandalkan air isi ulang untuk minum menurut publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) berjudul Indikator Perumahan dan Kesehatan Lingkungan 2023.
Itu artinya, sekitar tiga dari 10 rumah tangga di Indonesia mengandalkan air isi ulang sebagai air minum bagi keluarganya.
Baca juga: Jauh dari Target, Akses Air Minum Perpipaan di Indonesia Masih 19,47 Persen
Tingginya ketergantungan penduduk Indonesia terhadap air minum tersebut tersebar merata di perkotaan maupun perdesaan.
Di sisi lain, air isi ulang dan air kemasan bermerk dinilai bukanlah sumber air yang berkelanjutan atau sustainable.
Menurut BPS, sumber air minum dikatakan layak jika rumah tangga memiliki sumber air minum utama berupa air terlindungi, yaitu leding, sumur bor atau pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, atau air hujan.
Setelah air isi ulang, sumur bor atau pompa menjadi andalan kedua bagi penduduk Indonesia untuk memenuhi kebutuhan air minum dengan persentase 17,07 persen rumah tangga.
Baca juga: Dana Air Global Perlu Dibuat untuk Jangka Panjang
Andalan ketiga pemenuhan air minum bagi penduduk Indonesia adalah sumur terlindungi dengan persentase 15,26 persen rumah tangga. Disusul dengan mata air terlindungi dengan cakupan 10,10 persen.
BPS menggarisbawahi, penggunaan air leding atau perpipaan menjadi yang paling ideal jika dibandingkan dengan sumber air minum lainnya, walau sistem ini juga dapat mengalami kontaminasi.
Akses terhadap air perpipaan dinilai merupakan standar emas atau gold standard dalam upaya pemerataan akses air minum aman.
Akan tetapi, pada 2023, baru sekitar 8,92 persen rumah tangga di Indonesia yang menggunakan air leding sebagai sumber air utama untuk minum.
Baca juga: Badan Geologi Bakal Tambah 9 Balai Percepat Izin Pengusahaan Air Tanah
Peningkatan cakupan akses air minum di Indonesia dilakukan melalui dua pendekatan
utama yaitu pendekatan berbasis lembaga dan berbasis masyarakat.
Dalam pendekatan berbasis lembaga, strategi utama untuk meningkatkan jaringan air minum perpipaan adalah dengan melalui badan usaha milik daerah (BUMD) di bidang air minum seperti perusahaan daerah air minum (PDAM).
Sedangkan strategi utama untuk meningkatkan jaringan air minum perpipaan berbasis masyarakat adalah melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) yang dimulai sejak 2008.
Baca juga: Air Bersih dan Sehat untuk Indonesia Emas
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya