Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/02/2024, 07:00 WIB
Faqihah Muharroroh Itsnaini,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menilai, tidak ada satupun dari ketiga koalisi partai politik pendukung calon presiden dan wakil presiden 2024 yang bebas dari jejak kejahatan ekologis.

Menurut Walhi, semua partai politik terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam penghancuran hutan serta dampak-dampak ekologis yang harus ditanggung oleh rakyat.

“Kami melihat bahwa tidak ada satupun koalisasi yang tidak memiliki jejak pengrusakan hutan, secara khususnya melalui penerbitan izin secara besar-besaran,” kata Manager Kampanye Hutan dan Kebun Walhi Nasional Uli Arta Siagian, saat media briefing di Jakarta, Senin (12/2/2024).

Partai politik yang menjabat di pemerintahan, menurut Uli secara tidak langsung menjadi penting.

Baca juga: Abah Jajang, Pemilik Rumah Surga di Cianjur Dapat Penghargaan Tokoh Lingkungan

Sebab, semua kebijakan dalam sektor lingkungan khususnya kehutanan sangat dipengaruhi oleh pemimpin tertinggi yaitu kepala negara atau presiden, dan Menteri Kehutanan dari parpol maupun non parpol, yang saat itu menjabat.

Lalu, di antara ketiga paslon, muncul pertanyaan, koalisi mana yang berkontribusi paling parah atau memiliki jejak pengrusakan hutan paling besar?

Untuk mengetahui hal tersebut, Walhi pun menyampaikan riset keberpihakan dan andil para parpol terhadap lingkungan, sejak kepemimpinan presiden era Orde Baru yakni Soeharto pada 1967-1998.

Jejak kejahatan ekologis terbesar

Dari ketiga koalisi, Walhi mengungkapkan, Koalisi Indonesia Maju yang merupakan pengusung pasangan calon nomor 02 yakni Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, menjadi koalisi yang paling besar jejak kejahatan kehutanannya.

Jejak penghancuran ini, dapat dilacak dari besarnya penerbitan izin sektor kehutanan serta pelepasan kawasan hutan yang terjadi dari rezim ke rezim.

Baca juga: Program Sosial dan Lingkungan HK Tahun 2023 Capai Rp 11,24 Miliar

Saat melihat jejak kejahatan ekologis di sektor kehutanan, era partai Golkar berkuasa (zaman Soeharto dan Habibie), terdapat 10 juta hektar hutan telah diserahkan kepada korporasi.

Lalu, pada kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), melalui kedua Menteri Kehutanan saat itu yakni MS Kaban (Ketum partai PBB) dan Zulkifli Hasan (Ketum Partai PAN), sebesar 21,9 juta hektar hutan diserahkan kepada korporasi.

“Artinya, total ada 31,9 juta hektar hutan diserahkan kepada korporasi untuk dihancurkan. Jumlah ini setara dengan lebih dari dua kali luas pulau Jawa atau setara dengan 37 kali luas pulau Bali,” terang Uli.

Partai-partai tersebut, saat ini menjadi pendukung pasangan calon (paslon) Prabowo Gibran.

Pada zaman SBY pula, selain 31,9 juta hektar hutan diserahkan kepada korporasi, terdapat 1.257 unit izin restorasi ekosistem dan pinjam pakai kawasan hutan, untuk korporasi.

Baca juga: Pemilu 2024: Suara untuk Lingkungan Hidup

Tak hanya itu, Uli menjelaskan, “keberlanjutan” sebagai tagline Koalisi Indonesia Maju juga sarat dengan keberlanjutan kebijakan-kebijakan yang diterbitkan rezim Jokowi, dan ditujukan untuk menghancurkan lingkungan.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Sistem Pangan Berkelanjutan Punya 3 Hambatan, Salah Satunya Makanan Murah
Sistem Pangan Berkelanjutan Punya 3 Hambatan, Salah Satunya Makanan Murah
Pemerintah
Inggris Genjot Tenaga Angin Darat, Target 29 GW pada 2030
Inggris Genjot Tenaga Angin Darat, Target 29 GW pada 2030
Pemerintah
Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
Perubahan Iklim Terlalu Cepat, Hutan Pun Sulit Beradaptasi
LSM/Figur
Waste Station dan Single Stream Recycling, Strategi Rekosistem Ajak Anak Muda Kelola Sampah
Waste Station dan Single Stream Recycling, Strategi Rekosistem Ajak Anak Muda Kelola Sampah
Swasta
Dari Leuser hingga Jakarta, Perempuan dan Komunitas Muda Jadi Garda Depan Lingkungan
Dari Leuser hingga Jakarta, Perempuan dan Komunitas Muda Jadi Garda Depan Lingkungan
LSM/Figur
FIF Kembangkan UMKM hingga Pensiunan lewat Pendanaan Tanpa Bunga
FIF Kembangkan UMKM hingga Pensiunan lewat Pendanaan Tanpa Bunga
Swasta
KG Media Kolaborasi dengan Unilever, Bikin Edukasi Lingkungan Lebih Atraktif
KG Media Kolaborasi dengan Unilever, Bikin Edukasi Lingkungan Lebih Atraktif
Swasta
Baru 370 dari 5000 Sekolah di Jakarta Tanamkan Pendidikan Lingkungan
Baru 370 dari 5000 Sekolah di Jakarta Tanamkan Pendidikan Lingkungan
Swasta
36 Atraktor Dipasang di Belitung Timur, Bantu Nelayan Dapat Cumi
36 Atraktor Dipasang di Belitung Timur, Bantu Nelayan Dapat Cumi
Swasta
KLH Akan Cabut Izin Lingkungan 9 Usaha Pemicu Longsor di Puncak
KLH Akan Cabut Izin Lingkungan 9 Usaha Pemicu Longsor di Puncak
Pemerintah
Banjir Masih Akan Hantui Indonesia, Lemahnya Monsun Australia Faktor Cuacanya
Banjir Masih Akan Hantui Indonesia, Lemahnya Monsun Australia Faktor Cuacanya
Pemerintah
KLH: Perusahaan Harus Ikut PROPER, Banyak yang Belum Patuh
KLH: Perusahaan Harus Ikut PROPER, Banyak yang Belum Patuh
Pemerintah
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
Usung Kearifan Lokal, BREWi JAYA Jadi Wujud Bisnis Berkelanjutan UB untuk Pendidikan Terjangkau
LSM/Figur
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
OECD: Biaya Kekeringan Diperkirakan Naik 35 Persen pada 2035
Pemerintah
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
Ramai PHK dan Susah Dapat Kerja? FAO Ajak Lirik Sektor Pertanian
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau