Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/02/2024, 15:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Perubahan iklim semakin mengancam keberlangsungan hidup beruang kutub. Spesies tersebut kini menghadapi kelaparan.

Temuan tersebut dilaporkan oleh penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal ilmiah Nature Communications.

Penelitian tersebut menggunakan kalung dengan kamera dan GPS untuk melacak pergerakan sejumlah beruang kutub selama tiga tahun di Teluk Hudson, sebuah laut di pedalaman Samudra Arktik.

Baca juga: Apakah Beruang Kutub Berbahaya bagi Manusia?

Di sini, periode ice-free atau es yang mencair berlangsung menjadi lebih lama karena perubahan iklim, sebagaimana dilansir Earth.org, Selasa (27/2/2024).

Ice free adalah periode musiman di mana es laut mencair di kawasan Samudra Arktik, Kutub Utara, selama beberapa waktu.

Beruang kutub sangat bergantung pada es laut untuk berbagai aktivitas seperti bepergian, beristirahat, kawin, dan berburu.

Mangsa utama beruang kutub adalah anjing laut karena memiliki kandungan lemak yang tinggi yang berguna bagi beruang kutub untuk bertahan hidup di iklim dingin.

Mamalia besar ini memakan sedikitnya 50 anjing laut setiap tahunnya. Akan tetapi, karena pola pencairan es laut berubah, beruang kutub kini hanya dapat berburu dari bulan November hingga Juli.

Baca juga: Beruang Kutub Terlihat Berkeliaran Dekat Permukiman dengan Lidah yang Terjepit Kaleng Susu Kental Manis

Ketika es mencair, beruang kutub datang ke darat, mencari sumber makanan lain atau mengandalkan penyimpanan lemaknya sampai es membeku kembali.

"Beruang kutub sebenarnya kreatif, mereka cerdik. Mereka akan mencari cara untuk bertahan hidup dan mencari sumber makanan untuk mengimbangi kebutuhan energi mereka jika mereka termotivasi," kata Anthony Pagano, ahli biologi satwa liar dari Survei Geologi AS sekaligus penulis utama studi tersebut.

Namun, analisis baru menunjukkan bahwa kemampuan beruang untuk beradaptasi dengan kondisi baru bukanlah jaminan kelangsungan hidup mereka.

"Meskipun beruang kutub di darat menunjukkan plastisitas perilaku yang luar biasa, temuan kami memperkuat risiko kelaparan, terutama pada beruang sub-dewasa, dengan perkiraan peningkatan pada periode di darat," bunyi studi tersebut.

Samudera Arktik telah memanas dua kali lebih cepat dibandingkan wilayah lain di dunia, sehingga menyusutkan lapisan es laut sebesar 14 persen per 10 tahun.

Baca juga: Populasi Beruang Kutub Terancam Sampah Sisa Makanan Manusia, Ini Penyebabnya

Dibandingkan dengan median tutupan es laut yang tercatat antara 1981 hingga 2010, wilayah tersebut telah kehilangan sekitar 770.000 mil persegi antara 2011 hingga 2021.

Karena beruang menghabiskan waktu lebih lama tanpa makanan, kesehatannya menurun.
Menurut World Wildlife Fund (WWF), setiap satu minggu ketika es mencair di Teluk Hudson, beruang datang ke darat dengan berat badan lebih ringan sekitar 10 kg dan dalam kondisi kesehatan yang lebih buruk.

Bahkan, mereka yang selamat dari kelaparan akan menderita kekurangan gizi yang parah, terutama beruang kutub betina yang mempunyai anak.

Beruang yang tidak sehat dapat menurunkan tingkat reproduksi dan memicu kepunahan di lokasi tertentu.

Penilaian ulang yang dilakukan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) pada 2015 menunjukkan, ada kemungkinan besar populasi beruang kutub global akan menurun lebih dari 30 persen dalam 35 hingga 40 tahun ke depan.

Baca juga: Populasi Beruang Kutub Tersembunyi di Lokasi yang Mustahil Ditinggali, Studi Jelaskan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

CDP: Setengah Perusahaan Dunia Tak Gunakan Listrik Terbarukan

LSM/Figur
PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

PLN Jalin Kolaborasi dengan Pemain EBT Global untuk Transisi Energi

Pemerintah
BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

BP Taskin dan Genta Pangan Dorong Ketahanan Pangan Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah
Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Sistem Pangan Berkelanjutan Cegah 300 Juta Orang Kekurangan Gizi

Pemerintah
IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

IFRS Foundation Terbitkan Panduan soal Keberlanjutan dalam Laporan Keuangan

Swasta
WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

WWF: Penurunan Populasi Satwa Liar Bisa Berdampak ke Ekonomi

LSM/Figur
Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Jakarta Dihantui Banjir Rob, Pemprov Bakal Bangun Tanggul Pantai

Pemerintah
Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Perubahan Iklim Berakibat Kasus DBD Global Naik 19 Persen Tahun Ini

Pemerintah
5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

5 Kerja Sama PLN untuk Transisi Energi pada COP29

Pemerintah
UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

UMKM Butuh Dukungan 789 Miliar Dollar AS untuk Peluang Pertumbuhan Hijau

Pemerintah
Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

Pemerintah Didesak Setop Perdagangan Karbon pada COP29

LSM/Figur
Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

Tanoto Foundation Gelar Simposium Perkuat Komitmen Kebijakan PAUD-HI

LSM/Figur
90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

90 Persen Pemimpin Bisnis Percaya AI Berdampak Positif pada Keberlanjutan

Pemerintah
Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

Sistem Penyimpanan Jadi Kunci Ketahanan Energi Terbarukan di Asia Tenggara

LSM/Figur
Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Bentuk Karakter Anak, KemenPPPA akan Hadirkan Ruang Bersama Merah Putih

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau