Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Korban Kekerasan Seksual Butuh Waktu Lama Berani Melapor

Kompas.com, 29 Februari 2024, 13:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Banyak perempuan korban kekerasan seksual yang membutuhkan waktu lama untuk berani melaporkan kepada pihak berwenang tentang kasus yang dialami.

Hal tersebut diungkapkan Anggota Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Veryanto Sitohang, sebagaimana dilansir Antara, Rabu (28/2/2024).

Veryanto menyampaikan, fenomena tersebut terjadi karena berbagai faktor yang tak lepas dari apa yang dialami perempuan korban kekerasan seksual.

Baca juga: Anies Sebut 15 Juta Orang Jadi Korban Kekerasan Seksual

Bahkan, di antara mereka ada yang baru berani melapor selang beberapa bulan sampai beberapa tahun hingga berani untuk bicara.

"Banyak juga korban kekerasan yang membutuhkan waktu, dia merasa tidak berdaya, butuh menata hati dulu, butuh pemulihan dulu," kata Veryanto.

Oleh karena itu, perempuan korban kekerasan seksual yang berani melapor perlu didukung.

Dia merasa miris bila ada pihak-pihak yang mempertanyakan kebenaran kasus kekerasan seksual karena korban yang baru melaporkan kasusnya yang sudah lama terjadi.

Baca juga: Kekerasan Seksual Perempuan Naik, Banyak yang Tidak Berani Lapor

"Bila ada orang yang meragukan kasus kekerasan seksual dengan kalimat 'kenapa baru sekarang berani lapor, kenapa tidak (lapor) ketika terjadi peristiwa.' Ini pertanyaan yang memiriskan hati, menunjukkan kalimat itu dikeluarkan dari orang yang tidak tahu kondisi korban," ujar Veryanto.

Dia menjelaskan, perempuan yang menjadi korban kekerasan mengalami situasi berbeda sehingga korban sudah tidak sama lagi dibandingkan dengan saat kasus itu belum terjadi.

"Bahkan saat pelaku sudah dihukum penjara, korban belum tentu sudah mengalami pemulihan, banyak yang masih mengalami penderitaan," ujarnya.

Baca juga: Edukasi Pencegahan Kekerasan Seksual Harus Libatkan Laki-laki

Veryanto turut menyampaikan, kasus-kasus kekerasan seksual yang terungkap saat ini trennya cenderung meningkat.

Fenomena ini patut diapresiasi, karena artinya sudah banyak korban yang berani mengungkap dan melaporkan kasus kekerasan seksual yang mereka alami.

"Mungkin dulu kasus kekerasan seksual juga banyak terjadi tapi tidak banyak yang berani melaporkan, sehingga tahun 2022, 2023, 2024 kasus-kasus ini mencuat. Kita harus apresiasi keberanian korban," ujar Veryanto.

Baca juga: Stereotipe Maskulinitas Buat Pria Korban Pelecehan Seksual Pilih Bungkam

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
AGII Dorong Implementasi Standar Keselamatan di Industri Gas
LSM/Figur
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Tak Niat Atasi Krisis Iklim, Pemerintah Bahas Perdagangan Karbon untuk Cari Cuan
Pemerintah
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar 'Langkah Membumi Ecoground 2025'
Dorong Gaya Hidup Berkelanjutan, Blibli Tiket Action Gelar "Langkah Membumi Ecoground 2025"
Swasta
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
PGE Manfaatkan Panas Bumi untuk Keringkan Kopi hingga Budi Daya Ikan di Gunung
BUMN
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
PBB Ungkap 2025 Jadi Salah Satu dari Tiga Tahun Terpanas Global
Pemerintah
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
Celios: RI Harus Tuntut Utang Pendanaan Iklim Dalam COP30 ke Negara Maju
LSM/Figur
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Kapasitas Tanah Serap Karbon Turun Drastis di 2024
Pemerintah
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
TFFF Resmi Diluncurkan di COP30, Bisakah Lindungi Hutan Tropis Dunia?
Pemerintah
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
COP30: Target Iklim 1,5 Derajat C yang Tak Tercapai adalah Kegagalan Moral
Pemerintah
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
Trend Asia Nilai PLTSa Bukan EBT, Bukan Opsi Tepat Transisi Energi
LSM/Figur
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
4.000 Hektare Lahan di TN Kerinci Seblat Dirambah, Sebagiannya untuk Sawit
Pemerintah
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Muara Laboh Diperluas, Australia Suntik Rp 240 Miliar untuk Geothermal
Pemerintah
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Bisa Suplai Listrik Stabil, Panas Bumi Lebih Tahan Krisis Iklim Ketimbang EBT Lain
Swasta
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
BCA Ajak Penenun Kain Gunakan Pewarna Alami untuk Bidik Pasar Ekspor
Swasta
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Investasi Energi Terbarukan Capai Rp 21,64 Triliun, REC Dinilai Bisa Percepat Balik Modal
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau