Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akar Penyebab Anak Obesitas Tak Lepas dari Pengaruh Orangtua

Kompas.com - 07/03/2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menuturkan, akar permasalahan obesitas pada anak adalah keluarga.

Sebab, jika orangtua gemuk maka anaknya juga gemuk, karena anak mengikuti pola hidup orangtuanya.

Dia mengingatkan, meski membuat anak terkesan lucu dan menggemaskan, obesitas membawa risiko sindrom metabolik yang berkaitan dengan berbagai penyakit seperti jantung koroner, stroke, dan pembuluh darah.

Baca juga: Cegah Berbagai Penyakit, Obesitas Mesti Dihindari Sejak Kecil

"Jadi, kalau kita membiarkan anak-anak itu tetap gemuk, maka kita menyimpan tabungan anak tersebut untuk menjadi penyakit jantung dan pembuluh darah di masa yang akan datang,” kata Dante sebagaimana dilansir Antara, Rabu (6/3/2024).

Menurutnya, obesitas dapat diatasi dengan menerapkan pola hidup yang sehat.

Kementerian Kesehatan, ujarnya, mengeluarkan program Isi Piringku sebagai pedoman gizi, yang menyarankan konsumsi protein perlu diperbanyak dibandingkan karbohidrat dalam satu piring sekali makan.

Menurutnya, anak-anak memerlukan banyak protein untuk tumbuh kembang, bukan dengan memperbanyak karbohidrat.

"Karbohidrat tetap penting untuk energi, tetapi kita batasi, kita gunakan untuk mencegah supaya anak-anak tidak gemuk," ujar Dante.

Baca juga: Pelaku Usaha Bertanggung Jawab Sosialisasikan Gizi Seimbang Demi Cegah Obesitas

Menurut Riset Kesehatan Dasar, satu dari tiga masyarakat di Indonesia mengalami obesitas.

Selain itu, ujar Dante, satu dari lima anak-anak di Indonesia mengalami kelebihan berat badan.

Di satu sisi, persentase obesitas terus meningkat dalam satu dekade terakhir, dari 8 persen pada 2007 menjadi 21,8 persen pada 2018.

Dante menyebutkan, kenaikan angka obesitas hampir terjadi di semua negara berkembang karena adanya perubahan dalam pendapatan yang lebih baik.

"Pendapatan mereka mulai naik, makanan mereka mulai berubah dan sebagainya, sehingga angka obesitas di daerah tersebut menjadi lebih tinggi," tutur Dante.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti menyampaikan, salah satu tantangan dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian obesitas adalah akses teknologi dan fasilitas yang berfokus pada pelanggan.

Baca juga: Hati-hati, Kurang Aktivitas Fisik Bisa Sebabkan Obesitas

Contoh fasilitas tersebut adalah layanan pesan makan online dan ojek online, sehingga membuat masyarakat kurang melakukan aktivitas fisik.

"Terjadinya gaya hidup yang mager (malas gerak) atau sedentary lifestyle, juga meningkatnya lingkungan obesogenik, yaitu makanan yang tinggi kadar gula dan lemak serta tanpa memperhatikan nilai kalori," katanya Eva.

Eva mengungkapkan, kesuksesan pencegahan dan pengendalian obesitas di Indonesia tidak lepas dari dukungan semua pihak baik lintas sektor maupun lintas program, swasta, dan masyarakat.

Dia mengatakan, masyarakat diharapkan mau meningkatkan pengetahuan dan kesadaran serta kepedulian terhadap obesitas dengan melakukan deteksi sedini secara teratur di pos pembinaan terpadu (posbindu) maupun fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes).

"Obesitas sangat mungkin dicegah dengan menerapkan perilaku hidup sehat," papar Eva.

Dia menambahkan, pencegahan memerlukan komitmen setiap individu untuk bisa bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya.

Baca juga: Waspada, Ini 4 Klasifikasi Tingkat Obesitas Beserta Dampaknya

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau