Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/03/2024, 12:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Pengelolaan produksi pangan yang lebih adaptif dengan beralih ke sistem yang berkelanjutan dibutuhkan untuk mengantisipasi dampak krisis iklim di masa mendatang.

Pasalnya, perubahan iklim dan dampak berbagai fenomena alam seperti El Nino telah memengaruhi produktivitas bahan pangan seperti beras.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sejak 2015 hingga tahun 2017, produksi padi meningkat dari 69 juta ton ke 81 juta ton gabah kering giling (GKG).

Baca juga: Harga Bahan Pokok Terus Naik, Subtitusi Pangan Konsumen Jadi Kunci

Namun pada 2018, produksi padi menurun cukup drastis yakni 56,54 juta ton hingga mencapai produksi terendahnya pada 2023 sebesar 53,63 juta ton.

Faktor lain yang menyebabkan menurunnya produksi padi selain perubahan iklim yang ekstrem adalah karena berkurangnya luasan lahan sawah yang dipicu oleh alih fungsi lahan.

Dosen dan peneliti pangan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung Angga Dwiartama mengkhawatirkan sistem pangan di Indonesia saat ini.

Hal tersebut disampaikan Angga dalam diskusi daring bertajuk "Bahan Pokok Mahal: Pentingnya Keberlanjutan Pangan di Tengah Krisis Iklim" pada Selasa (5/3/2024).

Pasalnya, sistem pangan di Indonesia, khususnya padi, sangat ringkih terhadap guncangan seperti El Nino.

Baca juga: Program Makan Siang Gratis, Food Estate, dan Diversifikasi Pangan

Menurutnya, berpikir secara business as usual atau konvensional dalam produksi pangan harus ditinggalkan untuk mengantisipasi krisis iklim dan beralih ke arah keberlanjutan pangan.

Ahmad memaparkan tiga rekomendasi utama untuk adaptasi perubahan iklim dalam sektor pertanian padi.

Pertama, pemerintah harus membangun infrastruktur lokal yang sesuai dengan karakteristik sosio-ekologis setiap wilayah. Sentralisasi produksi pertanian harus dihindari, dan infrastruktur yang tangguh harus dibangun sesuai dengan sistem ekologis-sosial setempat.

Kedua, pemerintah harus meningkatkan akses petani gurem terhadap sumber daya pertanian yang mencukupi seperti lahan, air, dan sarana produksi. Pasalnya, petani gurem merupakan mayoritas di Indonesia namun rentan terhadap guncangan

Ketiga, penguatan kapasitas masyarakat perdesaan secara luas melalui praktik adaptasi perubahan iklim.

Baca juga: Bantu Tangani Stunting, 400 Petani Muda di NTT Bangun Ketahanan Pangan

“Masyarakat perdesaan tidak hanya tentang pertanian. Pemahaman yang lebih luas tentang strategi penghidupan dan praktik adaptasi perubahan iklim di perdesaan dapat memperkuat ketangguhan masyarakat terhadap perubahan iklim,” tutur Ahmad dilansir dari siaran pers yang diterima Kompas.com.

Peneliti iklim dari Traction Energy Asia Ahmad Juang Setiawan menyampaikan, krisis iklim juga mengancam produktivitas kelapa sawit sebagai bahan baku minyak goreng.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi Betulan, Emisi Segera Capai Puncak

Studi: 2024 Jadi Era Transisi Energi Betulan, Emisi Segera Capai Puncak

LSM/Figur
Bisakah Negara-negara di Asia Hentikan Penggunaan Batu Bara?

Bisakah Negara-negara di Asia Hentikan Penggunaan Batu Bara?

Pemerintah
Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

Harga PLTS dan PLTB Turun Drastis, ASEAN Harus Ambil Kesempatan

LSM/Figur
“Social Enterprise” yang Ramah Lingkungan Masih Hadapi Stigma Negatif

“Social Enterprise” yang Ramah Lingkungan Masih Hadapi Stigma Negatif

Swasta
Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Singapura Putuskan Ikut Danai Studi Kelayakan CCS di Negaranya

Pemerintah
Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

Perluasan Hutan Tanaman Energi Dinilai Percepat Deforestasi di Kalimantan Barat

LSM/Figur
Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

Penegakan Hukum dan Rendahnya Kesadaran Masyarakat jadi Tantangan Kelola Sampah

LSM/Figur
Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

Pengajar dan Praktisi Minta Prabowo Revolusi Ketenagakerjaan ke Arah Berkelanjutan

LSM/Figur
Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Seruan Pendanaan Pelestarian Alam Menggema dalam KTT Keanekaragaman Hayati COP16

Pemerintah
79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

79 Persen Eksekutif Agrifood Laporkan Pertumbuhan Pendapatan dari Investasi Keberlanjutan

Pemerintah
 Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Bank Belum Siap Hadapi Perubahan Iklim

Pemerintah
Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

Emisi CO2 Global dari Kebakaran Hutan meningkat 60 Persen Sejak 2001

LSM/Figur
Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

Tolak PLTU Captive, Koalisi Sulawesi Tanpa Polusi Minta Prabowo Revisi Perpres 112/2022

LSM/Figur
Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Google Bakal Manfaatkan Nuklir untuk Pasok Listrik Data Center

Swasta
Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Ilmuwan Eksplorasi Rumput Laut Jadi Sumber Energi dan Pakan Ternak

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau