KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berwacana mengubah tanaman pangan, salah satunya singkong, menjadi bahan bakar alternatif berupa bioetanol.
Menurut Prabowo, strategi tersebut diambil untuk mencapai swasembada energi yang berasal dari bahan nabati seperti singkong, sawit, dan tebu.
Di sisi lain, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan, suplai singkong untuk memenuhi kebutuhan bahan baku bioetanol masih belum memadai.
Baca juga: BBM Baru RON 95 Akan Meluncur Akhir Juli, Ada Campuran Bioetanol
Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Yudhistira Nugraha mengatakan, singkong memang termasuk tanaman yang dapat dikonversi menjadi bioetanol.
Namun, produksi singkong dalam negeri sampai saat ini masih belum memenuhi kebutuhan. Untuk bahan baku industri dan pangan saja, Indonesia masih mengimpor singkong.
"Indonesia masih harus mengimpor singkong dari luar negeri utamanya untuk kebutuhan bahan baku industri dan pangan," kata Yudhistira sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (2/3/2024).
Untuk menjadikan singkong sebagai bioetanol, kata Yudhistira, hal yang harus terlebih dulu dilakukan adalah meningkatkan produksi singkong nasional.
Baca juga: Toyota Sudah Siap Sambut Era Bioetanol
Menurut Yudhistira, perlu ada lahan khusus untuk dijadikan sebagai kebun energi, sehingga tidak mengganggu peruntukan singkong sebagai bahan pangan.
Menurut Outlook Ubi Kayu Tahun 2020 yang diterbitkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, luas panen singkong di Indonesia antara 1980 hingga 2019 cenderung mengalami penurunan.
Laju pertumbuhan rata-rata singkong turun sebesar 1,76 persen per tahun. Pada 1980, luas panen singkong tercatat 1,41 juta hektare.
Sedangkan pada 2019, luas panen singkong menyusut drastis tinggal menjadi 0,63 juta hektare pada tahun 2019.
Adapun perkembangan produksi ubi kayu di Indonesia periode 1980-2019 secara umum berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan.
Baca juga: Jika Terpilih, Prabowo-Gibran Mau Genjot Produksi Bioetanol dari Singkong dan Tebu
Angka perkembangan produksi ubi kayu selama empat dekade tersebut meningkat rata-rata hanya 0,66 persen per tahun. Tingkat produktivitas sebanyak 155,58 kubik per tahun.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Prabowo mengupayakan Indonesia bisa terbebas dari ketergantungan impor bahan bakar minyak (BBM).
Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan sumber daya nabati lokal yang diklaim tidak akan pernah habis.
Menurut Prabowo, Indonesia kaya akan tanaman komoditas perkebunan yang bisa diolah menjadi etanol, salah satu bahan bakar nabati.
"Kita nanti green energy dan kita akan swasembada energi bensin, dari mana? Dari etanol, etanol dari mana? Dari tebu dan singkong," kata Prabowo.
Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Bioetanol?
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya