Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/03/2024, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Jerman digadang menjadi negara yang akan mencapai target iklimnya pada 2030.

Badan Lingkungan Hidup Federal Jerman atau UBA menyampaikan, emisi "Negeri Panser" menjadi 673 juta ton atau turun sekitar 20 persen pada 2023 dibandingkan tahun 2022.

Penurunan emisi tersebut merupakan yang terbesar sejak reunifikasi Jerman pada 1990, sebagaimana dilansir Reuters, Jumat(15/3/2024).

Baca juga: Pertamina Raih Skor Baik dalam Mitigasi Iklim dan Ketahanan Air

Di satu sisi, penurunan emisi tersebut terjadi saat perekonomian Jerman juga turun 0,3 persen tahun lalu.

Selama puluhan tahun, Jerman telah menjadi mesin perekonomian Eropa, di mana pasokan energinya disuplai oleh gas murah dari Rusia.

Akan tetapi, aliran gas ke Jerman berhenti sejak Rusia menginvasi Ukraina. Hal tersebut menyebabkan harga energi fosil menjadi melambung dan permintaan luar negeri untuk ekspornya melemah.

Karena kondisi tersebut, industri menjadi loyo dan emisi di sektor ini turut merosot sekitar 7,7 persen.

Baca juga: Langkah Peternak Belgia Seret Perusahaan Migas ke Meja Hijau karena Perubahan Iklim

Menteri Aksi Iklim dan Ekonomi Jerman Robert Habeck ditanya apakah penurunan emisi disebabkan oleh melemahnya perekonomian dan bukan penurunan yang berkelanjutan.

Habeck menjawab, pemerintah Jerman mengharapkan terjadinya pemulihan ekonomi secara menyeluruh, langkah-langkah yang direncanakan lebih lanjut akan membantu mempertahankan kemajuan yang telah dicapai.

Di sisi lain, produksi listrik dari energi terbarukan Jerman meningkat.

Jerman sendiri menargetkan dapat mengurangi emisi sebesar 65 persen pada 2030 dibandingkan dengan tahun 1990.

Baca juga: Dunia di Ambang Pemutihan Terumbu Karang Massal Keempat karena Perubahan Iklim

Untuk diketahui, saat ini penurunan emisinya sudah sekitar 46 persen bila dibandingkan tingkat emisi 1990.

Selain itu, Jerman berambisi dapat mencapai netral karbon atau net zero emission (NZE) pada 2045.

Berlin berharap, emisinya akan semakin turun karena perusahaan-perusahaan sudah didorong oleh dalam "kontrak perlindungan iklim" yang baru-baru ini diluncurkan untuk mengkompensasi biaya tambahan produksi ramah lingkungan.

Selain itu, pemerintah mengandalkan perusahaan-perusahaan yang beralih dari bahan bakar fosil ke listrik untuk menjalankan pabrik mereka dan penetapan harga emisi karbon dioksida untuk mendorong industri menuju netral karbon.

Baca juga: Upaya Iklim Rambah Sepak Bola, Klub Eropa Bisa Hitung Karbon

Di sektor energi, emisi pembangkit listrik turun secara signifikan karena meningkatnya produksi listrik dari energi terbarukan, yang mencakup hampir 52 persen dari konsumsi listrik pada tahun lalu.

Peningkatan impor listrik, termasuk dari reaktor nuklir milik Perancis, dan penurunan total konsumsi energi sebesar 4 persen juga membantu mengurangi emisi.

Di sektor bangunan, emisi dari pemanasan bangunan dan ruangan turun lebih dari 7 persen.

Tahun lalu, Jerman mengeluarkan undang-undang tentang penghapusan sistem pemanas minyak dan gas secara bertahap, sebuah langkah untuk membantu mengurangi emisi lebih lanjut.

Baca juga: Mitigasi Krisis Iklim, Pertamina dan KLHK Tanam 231 Mangrove

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

AS Pertimbangkan Tambang Laut Dalam untuk Cari Nikel dan Lawan China

Pemerintah
LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

LPEM UI: Penyitaan dan Penyegelan akan Rusak Tata Kelola Sawit RI

Pemerintah
Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Jaga Iklim Investasi, LPEM FEB UI Tekankan Pentingnya Penataan Sawit yang Baik

Pemerintah
Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

Reklamasi: Permintaan Maaf yang Nyata kepada Alam

LSM/Figur
Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

Dampak Ekonomi Perubahan Iklim, Dunia Bisa Kehilangan 40 Persen GDP

LSM/Figur
Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

Studi: Mikroplastik Ancam Ketahanan Pangan Global

LSM/Figur
Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Kebijakan Tak Berwawasan Lingkungan Trump Bisa Bikin AS Kembali ke Era Hujan Asam

Pemerintah
Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

Nelayan di Nusa Tenggara Pakai “Cold Storage” Bertenaga Surya

LSM/Figur
Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

Pakar Pertanian UGM Sebut Pemanasan Global Ancam Ketahanan Pangan Indonesia

LSM/Figur
3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

3 Akibat dari Perayaan Lebaran yang Tidak Ramah Lingkungan

LSM/Figur
1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

1.620 Km Garis Pantai Greenland Tersingkap karena Perubahan Iklim, Lebih Panjang dari Jalur Pantura

LSM/Figur
Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

Semakin Ditunda, Ongkos Atasi Krisis Iklim Semakin Besar

LSM/Figur
Harus 'Segmented', Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Harus "Segmented", Kunci Bisnis Sewa Pakaian untuk Dukung Lingkungan

Swasta
ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

ING Jadi Bank Global Pertama dengan Target Iklim yang Divalidasi SBTi

Swasta
Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Dekarbonisasi Baja dan Logam, Uni Eropa Luncurkan Rencana Aksi

Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau