Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Singapura Kembangkan Cat Mampu Redam Urban Heat Island

Kompas.com - 02/04/2024, 10:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Sejumlah peneliti di Singapura berhasil mengembangkan cat khusus yang bisa meredam efek urban heat island.

Urban heat island adalah fenomena di daerah perkotaan yang mengalami suhu lebih tinggi daripada daerah di sekitarnya.

Cat yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Nanyang Technological University (NTU) tersebut mengandung zat tambahan yang memantulkan panas matahari.

Baca juga: Fenomena Urban Heat Island Bikin Panas Makin Membakar, Ini Penyebab dan Upaya Menangkalnya

Dalam penelitian tersebut, mereka mengecat atap, tembok, dan jalan trotoar. Penelitin mereka telah diterbitkan di jurnal Sustainable Cities and Society pada Maret

Hasilnya, cat tersebut dapat membuat kawasan perkotaan lebih nyaman untuk bekerja dan bermain di tengah dunia yang semakin panas.

Selama ini, sebagian besar penelitian tentang pelapisan cat terbatas pada simulasi atau diuji dalam model yang diperkecil.

Namun, para peneliti di Singapura tersebut bertindak lebih jauh dengan meneliti dampaknya di dunia nyata, sebagaimana dilansir Euronews, Senin (1/4/2024).

Mereka membandingkan suhu dan tingkat kenyamanan di wilayah yang dicat khusus dengan area yang tidak dilapisi cat di dekatnya.

Para peneliti mengukur pergerakan udara, suhu permukaan dan udara, kelembaban, dan radiasi selama dua bulan.

Baca juga: Peneliti BRIN: Desa Inovasi Berperan Penting dalam Membangun Indonesia

Kurangi panas

Mereka menemukan bahwa area yang dilapisi cat khusus tersebut mampu mengurangi panas yang dilepaskan dari permukaan yang dilapisi hingga 30 persen.

Dampaknya, suhu menjadi lebih dingin 2 derajat celsius saat waktu terpanas dalam sehari.

Dengan bahan aditif yang memantulkan panas matahari, cat ini berhasil mengurangi penyerapan dan emisi panas permukaan.

Atap dengan lapisan cat tersebut memantulkan sinar matahari 50 persen lebih banyak dan menyerap panas hingga 40 persen lebih sedikit selama waktu terpanas di hari cerah, dibandingkan dengan atap konvensional.

Hal ini juga membuat area tersebut lebih nyaman bagi pejalan kaki.

"Studi kami memberikan bukti bahwa lapisan cat mengurangi penumpukan panas dan berkontribusi terhadap pendinginan lingkungan perkotaan," kata penulis utama studi tersebut, EVS Kiran Kumar Donthu.

Baca juga: Peneliti BRIN Ungkap Penurunan Populasi Amfibi Berdampak Buruk terhadap Manusia

Replikasi

Temuan ini bisa sangat berharga bagi kota-kota yang mencari cara cepat dan murah untuk memerangi dampak gelombang panas.

"Ini adalah solusi minimal untuk pendinginan perkotaan yang memiliki dampak langsung, dibandingkan dengan opsi lain yang seringkali memerlukan pembangunan kembali perkotaan secara besar-besaran," kata Kiran Kumar Donthu.

Dengan mengurangi jumlah panas yang diserap dalam struktur perkotaan, bangunan juga menjadi lebih sejuk dan mengurangi kebutuhan AC dalam ruangan.

Hal ini tidak hanya berguna di Singapura dengan cuacanya panas sepanjang tahun, namun juga di wilayah perkotaan lainnya seiring dengan dunia yang semakin panas.

"Studi kami memvalidasi bagaimana pelapisan cat khusus ini dapat menjadi strategi untuk mengurangi efek urban heat island di masa depan," kata peneliti utama Associate Professor Wan Man Pun.

Penelitian lebih lanjut akan membuat tim NTU fokus pada bagaimana lapisan cat tersebut bertahan dari waktu ke waktu di lokasi percobaan yang sama.

Baca juga: Peneliti Korsel Sulap Nasi Jadi Daging Sapi, Disebut Lebih Berkelanjutan

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Dukung Dunia Pendidikan, BRI Peduli Salurkan Bantuan Rp 500 Juta kepada SDN di Bogor
Dukung Dunia Pendidikan, BRI Peduli Salurkan Bantuan Rp 500 Juta kepada SDN di Bogor
BUMN
Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China
Riset: Tips Jitu Percepat Transisi Energi adalah Kolab dengan China
LSM/Figur
Lewat Label 'Kota Kotor', KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah
Lewat Label "Kota Kotor", KLH Dorong Perbaikan Pengelolaan Sampah
Pemerintah
Pertamina Port Logistik Gelar Aksi Transplantasi Terumbu Karang dan Pembersihan Sampah di Kepulauan Seribu
Pertamina Port Logistik Gelar Aksi Transplantasi Terumbu Karang dan Pembersihan Sampah di Kepulauan Seribu
BUMN
Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim
Swasta
Konsep Baru Adipura: Yang Gagal Kelola Sampah Bakal Dapat Predikat Kota Kotor
Konsep Baru Adipura: Yang Gagal Kelola Sampah Bakal Dapat Predikat Kota Kotor
Pemerintah
Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Transparansi ESG Jadi Sorotan Baru Dunia Usaha, Bagaimana di Tanah Air?
Swasta
Pantau Konsumsi Energi AI, IEA Resmikan Observatorium Khusus
Pantau Konsumsi Energi AI, IEA Resmikan Observatorium Khusus
Pemerintah
KKP Minta Komdigi 'Take Down' Situs Jual Beli Pulau Indonesia
KKP Minta Komdigi "Take Down" Situs Jual Beli Pulau Indonesia
Pemerintah
Dorong Logistik Berkelanjutan, KAI Logistik Tanam 500 Mangrove
Dorong Logistik Berkelanjutan, KAI Logistik Tanam 500 Mangrove
BUMN
KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional
KKP Bantah Isu 4 Pulau di Anambas Dijual di Situs Internasional
Pemerintah
Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan
Studi Baru Sebut Larangan Kantong Plastik Ampuh Kurangi Penggunaan
LSM/Figur
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Kompleksitas Sawit di Tesso Nilo adalah Buah Ketidaktegasan Pemerintah
Pemerintah
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Komisi Eropa Berencana Batalkan Penyusunan Regulasi Anti-Greenwashing
Pemerintah
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Lawan Krisis Iklim, BRIN Genjot Pemuliaan Tanaman Buah Pakai Speed Breeding
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau