KOMPAS.com - Sejumlah peneliti di Singapura berhasil mengembangkan cat khusus yang bisa meredam efek urban heat island.
Urban heat island adalah fenomena di daerah perkotaan yang mengalami suhu lebih tinggi daripada daerah di sekitarnya.
Cat yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Nanyang Technological University (NTU) tersebut mengandung zat tambahan yang memantulkan panas matahari.
Baca juga: Fenomena Urban Heat Island Bikin Panas Makin Membakar, Ini Penyebab dan Upaya Menangkalnya
Dalam penelitian tersebut, mereka mengecat atap, tembok, dan jalan trotoar. Penelitin mereka telah diterbitkan di jurnal Sustainable Cities and Society pada Maret
Hasilnya, cat tersebut dapat membuat kawasan perkotaan lebih nyaman untuk bekerja dan bermain di tengah dunia yang semakin panas.
Selama ini, sebagian besar penelitian tentang pelapisan cat terbatas pada simulasi atau diuji dalam model yang diperkecil.
Namun, para peneliti di Singapura tersebut bertindak lebih jauh dengan meneliti dampaknya di dunia nyata, sebagaimana dilansir Euronews, Senin (1/4/2024).
Mereka membandingkan suhu dan tingkat kenyamanan di wilayah yang dicat khusus dengan area yang tidak dilapisi cat di dekatnya.
Para peneliti mengukur pergerakan udara, suhu permukaan dan udara, kelembaban, dan radiasi selama dua bulan.
Baca juga: Peneliti BRIN: Desa Inovasi Berperan Penting dalam Membangun Indonesia
Mereka menemukan bahwa area yang dilapisi cat khusus tersebut mampu mengurangi panas yang dilepaskan dari permukaan yang dilapisi hingga 30 persen.
Dampaknya, suhu menjadi lebih dingin 2 derajat celsius saat waktu terpanas dalam sehari.
Dengan bahan aditif yang memantulkan panas matahari, cat ini berhasil mengurangi penyerapan dan emisi panas permukaan.
Atap dengan lapisan cat tersebut memantulkan sinar matahari 50 persen lebih banyak dan menyerap panas hingga 40 persen lebih sedikit selama waktu terpanas di hari cerah, dibandingkan dengan atap konvensional.
Hal ini juga membuat area tersebut lebih nyaman bagi pejalan kaki.
"Studi kami memberikan bukti bahwa lapisan cat mengurangi penumpukan panas dan berkontribusi terhadap pendinginan lingkungan perkotaan," kata penulis utama studi tersebut, EVS Kiran Kumar Donthu.
Baca juga: Peneliti BRIN Ungkap Penurunan Populasi Amfibi Berdampak Buruk terhadap Manusia
Temuan ini bisa sangat berharga bagi kota-kota yang mencari cara cepat dan murah untuk memerangi dampak gelombang panas.
"Ini adalah solusi minimal untuk pendinginan perkotaan yang memiliki dampak langsung, dibandingkan dengan opsi lain yang seringkali memerlukan pembangunan kembali perkotaan secara besar-besaran," kata Kiran Kumar Donthu.
Dengan mengurangi jumlah panas yang diserap dalam struktur perkotaan, bangunan juga menjadi lebih sejuk dan mengurangi kebutuhan AC dalam ruangan.
Hal ini tidak hanya berguna di Singapura dengan cuacanya panas sepanjang tahun, namun juga di wilayah perkotaan lainnya seiring dengan dunia yang semakin panas.
"Studi kami memvalidasi bagaimana pelapisan cat khusus ini dapat menjadi strategi untuk mengurangi efek urban heat island di masa depan," kata peneliti utama Associate Professor Wan Man Pun.
Penelitian lebih lanjut akan membuat tim NTU fokus pada bagaimana lapisan cat tersebut bertahan dari waktu ke waktu di lokasi percobaan yang sama.
Baca juga: Peneliti Korsel Sulap Nasi Jadi Daging Sapi, Disebut Lebih Berkelanjutan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya