Di tempat yang sama, Vice president of Asia-Pacific Marine Programs Conservation International Dr. Mark Erdmann menegaskan, dengan adanya temuan ini muncul kebutuhan mendesak untuk perluasan perlindungan pari manta.
Studi ini juga menyoroti satu situs agregasi pari manta yang dikenal sebagai Eagle Rock, yang tidak jauh di selatan Pulau Kawe, sebagai hub penting dalam jaringan pergerakan pari manta karang.
"Temuan ini menekankan kebutuhan yang sangat mendesak untuk memperluas perlindungan spasial hingga ke area ini melalui perluasan jejaring KKP di Raja Ampat, terutama karena meningkatnya ancaman terhadap area penting ini dari aktivitas tambang nikel di Pulau Kawe ," ungkap Mark.
Baca juga: 3 Perairan Jadi Lokasi Penambangan Pasir Laut, Walhi: Pemerintah Tak Peduli Desakan
Sementara itu, Kepala BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat Syafri menyambut baik studi ini sebagai rekomendasi yang sangat penting guna menyempurnakan upaya konservasi untuk spesies ikonik di Raja Ampat.
"Kami akan mempertimbangkan rekomendasi-rekomendasi ini secara serius dan selanjutnya berkolaborasi dengan Pokja Manta untuk menyempurnakan dan mengintegrasikannya ke dalam strategi pengelolaan pari manta saat ini," kata Syafri.
Para peneliti berharap hasil penelitian terbaru ini dapat membuka jalan untuk peluang penelitian pada masa depan.
Termasuk studi genetik dan telemetri satelit, yang bertujuan untuk memahami lebih dalam dan rinci tentang struktur populasi, daya jelajah, dan sebaran pari manta karang, guna meningkatkan strategi pengelolaan dan konservasi jenis ikan yang menjadi ikon pariwisata di Raja Ampat.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya