Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/04/2024, 16:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com - Pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) di Indonesia dinilai stagnan selama tiga tahun.

Hal tersebut mengemuka dalam laporan dari lembaga konsultan global Bain & Company yang berkolaborasi dengan GenZero, Standard Chartered Bank, dan Temasek berjudul Southeast Asia’s Green Economy 2024 Report: Moving the needle.

Menurtu laporan tersebut, sejak 2019 hingga 2022, pengembangan PLTS dan PLTB Indonesia tidak mengalami progres yang berarti alias 0 persen dibandingkan pembangkit listrik lainnya.

Baca juga: Tak Terbendung, PLTS Bakal Dominasi Pembangkit Listrik di Dunia

Sedangkan proporsi PLTS dan PLTB yang terpasang dibandingkan semua pembangkit listrik hanya 1 persen dalam laporan tersebut.

Kondisi di Indonesia berbanding terbalik dengan Vietnam dengan catatan pengembangan PLTS dan PLTB yang selalu meningkat dari tahun ke tahun dalam kurun tiga tahun.

Persentase pengembangannya adalah 3 persen pada 2019, 5 persen pada 2020, 12 persen pada 2021 , dan 13 persen pada 2023.

"Hanya Vietnam yang menunjukkan pertumbuhan signifikan saat feed-in-tariff yang tinggi dan iklim yang mendukung kondisi. Ini ditandai dengan sinar matahari yang berlimpah dan kecepatan angin kencang," tulis tim peneliti dalam laporan tersebut.

Sementara itu, menurut studi lainnya, kapasitas terpasang PLTS Indonesia termasuk yang rendah di kawasan ASEAN atau Asia Tenggara.

Baca juga: PLN Indonesia Power Kebut Pembangunan PLTS 500 MW

Menurut laporan Global Energy Monitor (GEM) dalam A Race to the Top: Southeast Asia 2024, kapasitas terpasangang PLTS di Indonesia baru mencapai 21 megawatt (MW) pada 2023.

Angka tersebut membuat Indonesia menempati peringkat kedelapan dan 11 negara anggota ASEAN yang dinilai dalam laporan tersebut.

Capaian Indonesia tersebut bahkan lebih rendah daripada Singapura, yang memiliki PLTS dengan kapasitas terpasang 186 MW.

Meski demikian, GEM memproyeksikan Indonesia berpotensi menambah kapasitas PLTS sebesar 16.530 MW.

Penambahakan kapasitas PLTS tersebut terdiri atas 11.508 MW proyek yang diumumkan dan 5.022 proyek yang masuk tahap prakonstruksi.

Baca juga: Dalam 9 Tahun, Kapasitas Terpasang PLTS Global Melonjak 700 Persen

Menurut GEM, pengembangan energi terbarukan di Indonesia terhambat oleh besarnya pengaruh bahan bakar fosil.

GEM  juga mencatat, Indonesia menjadi salah satu negara di ASEAN dengan konsumsi energi fosil terbesar.

Versi pemerintah

Di sisi lain, data yang dikeluarkan GEM tersebut berbeda dengan versi pemerintah yakni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Dikutip dari publikasi Kementerian ESDM, Capaian Kinerja Sektor ESDM Tahun 2023, total pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) pada 2023 mencapai 13.155 MW.

Baca juga: Australia di Ambang Tumpukan Limbah PLTS Jika Tak Ditangani dengan Baik

Dari jumlah tersebut, kapasitas terpasang PLTS adalah 573,8 MW.

Terdapat perbedaan signifikan dari kapasitas PLTS, yang mana versi GEM adalah 21 MW sedangkan versi Kementerian ESDM adalah 573,8 MW.

Menurut Outlook Energi Indonesia 2022 yang dirilis Dewan Energi Nasional (DEN), total potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai 3.643 gigawatt (GW).

Dari total potensi tersebut, energi surya memiliki potensi yang sangat besar yaitu 3.294 GW.

Baca juga: Pertama di Indonesia, ITS Ciptakan Purwarupa PLTS Apung di Laut

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Krisis Iklim Ancam Piala Dunia 2026, Stadion Tak Aman untuk Bertanding
Krisis Iklim Ancam Piala Dunia 2026, Stadion Tak Aman untuk Bertanding
LSM/Figur
Balai Tesso Nilo Umumkan Kematian Anak Gajah Tari, Penyebabnya Masih Diselidiki
Balai Tesso Nilo Umumkan Kematian Anak Gajah Tari, Penyebabnya Masih Diselidiki
Pemerintah
APP Group Kucurkan Rp 462M untuk Konservasi dan Restorasi 1 Juta Ha Lahan
APP Group Kucurkan Rp 462M untuk Konservasi dan Restorasi 1 Juta Ha Lahan
Swasta
Hadapi Krisis Iklim, Bone dan TTS Masukkan Pangan Lokal ke Kurikulum
Hadapi Krisis Iklim, Bone dan TTS Masukkan Pangan Lokal ke Kurikulum
Pemerintah
KKP Pastikan Hanya Satu Sampel Udang Ekspor yang Tercemar Radioaktif
KKP Pastikan Hanya Satu Sampel Udang Ekspor yang Tercemar Radioaktif
Pemerintah
Kaltim Menuju Dunia, Sangkulirang–Mangkalihat Jadi Taman Bumi Perdana
Kaltim Menuju Dunia, Sangkulirang–Mangkalihat Jadi Taman Bumi Perdana
LSM/Figur
ESDM Beri IUP pada PT Gag Nikel di Raja Ampat, Greenpeace Desak Penghentian
ESDM Beri IUP pada PT Gag Nikel di Raja Ampat, Greenpeace Desak Penghentian
LSM/Figur
Proyek Strategis vs Masyarakat Adat, Kemenhut Akui Rumit
Proyek Strategis vs Masyarakat Adat, Kemenhut Akui Rumit
Pemerintah
5 Daerah di Indonesia Raih Penghargaan ASEAN Environmentally Sustainable Cities
5 Daerah di Indonesia Raih Penghargaan ASEAN Environmentally Sustainable Cities
Pemerintah
2025, Kemenhut Targetkan 100 Ribu Hektare Hutan Adat Resmi Diakui
2025, Kemenhut Targetkan 100 Ribu Hektare Hutan Adat Resmi Diakui
Pemerintah
Greenpeace: Anggaran KLH Naik, tapi Alokasi Pengelolaan Sampah Masih Kurang
Greenpeace: Anggaran KLH Naik, tapi Alokasi Pengelolaan Sampah Masih Kurang
LSM/Figur
Lari Tambah Usia hingga 7 Tahun, Semakin Baik jika di Kawasan Hijau
Lari Tambah Usia hingga 7 Tahun, Semakin Baik jika di Kawasan Hijau
LSM/Figur
Relawan World Cleanup Day RI Terbanyak di Dunia Tujuh Tahun Berturut-turut
Relawan World Cleanup Day RI Terbanyak di Dunia Tujuh Tahun Berturut-turut
Pemerintah
Kolaborasi SIS dan Cambridge, Wujudkan Pendidikan Internasional yang Inklusif dan Terjangkau
Kolaborasi SIS dan Cambridge, Wujudkan Pendidikan Internasional yang Inklusif dan Terjangkau
Swasta
Orangutan Tapanuli Tinggal 577 Ekor, Dua Koridor Hutan Perlu Diperluas
Orangutan Tapanuli Tinggal 577 Ekor, Dua Koridor Hutan Perlu Diperluas
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau