KOMPAS.com - Hanya dalam waktu sembilan tahun, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di seluruh dunia telah meningkat lebih dari tujuh kali lipat.
Menurut Badan Energi Terbarukan Internasional atau International Renewable Energy Agency (Irena), pada 2014 kapasitas terpasang PLTS di seluruh dunia hanya mencapai 180.759 megawatt (MW).
Sembilan tahun kemudian, pada 2023, kapasitas terpasang PLTS sudah mencapai 1,418 terawatt (TW) alias naik 785 persen dibandingkan 2014.
Baca juga: Australia di Ambang Tumpukan Limbah PLTS Jika Tak Ditangani dengan Baik
Peningkatan kapasitas PLTS tertinggi terjadi pada 2030 yang naik 345.833 MW bila dibandingkan 2022.
Sementara itu, China menjadi negara yang paling banyak memiliki kapasitas terpasang PLTS.
Hingga 2023, kapasitas terpasang PLTS di China mencapai 609.921 MW alias 42,98 persen dari total panel surya yang terpasang di seluruh dunia.
Negara kedua yang paling banyak PLTS adalah Amerika Serikat (AS) dengan kapasitas terpasang 139.205 MW hingga 2023.
Baca juga: Pertama di Indonesia, ITS Ciptakan Purwarupa PLTS Apung di Laut
Berdasarkan data tersebut, terjadi ketimpangan yang besar dalam hal kapasitas terpasang PLTS di seluruh dunia.
Direktur Jenderal Irena Francesco La Camera mengakui, diperlukan intervensi untuk mengatasi ketimpangan pengembangan PLTS dan energi terbarukan secara keseluruhan.
Pasalnya, ada banyak negara berkembang dan negara tertinggal yang kesulitan mengembangkan energi terbarukan.
"Pola konsentrasi dalam geografi dan teknologi mengancam semakin intensifnya ketimpangan dekarbonisasi dan menimbulkan risiko signifikan terhadap pencapaian target tiga kali lipat energi terbarukan," tutur La Camera.
Baca juga: Perusahaan Budidaya Unggas Gunakan PLTS, Tekan 1.000 Ton Emisi Karbon
Irena menegaskan, ketimpangan pertumbuhan energi terbarukan tidak hanya berdampak pada distribusi geografis, namun juga penerapan teknologi.
Irena merekomendasikan peningkatan pendanaan secara besar-besaran dan kolaborasi internasional yang kuat untuk mempercepat transisi energi, dan menempatkan negara-negara berkembang sebagai prioritas utama.
Investasi diperlukan dalam jaringan listrik, pembangkitan, fleksibilitas, dan penyimpanan energi.
Agar mencapai target 7,2 TW kapasitas terpasang energi terbarukan pada 2030, dibutuhkan penguatan kelembagaan, kebijakan, dan keterampilan.
Baca juga: Aturan Baru Disahkan, Daftar PLTS Atap On-grid Cuma Januari dan Juli
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya